Semua Bab Sentuhan Candu Tuan Benji: Bab 111 - Bab 120

"Serius, Kai? Di kamar kita?" Abia bertanya sambil mengernyit tidak habis pikir. Sedangkan Benji hanya meringis begitu melihat api yang menyala dalam netra tajam istrinya. Perempuan itu tampak luar biasa murka.Dan Benjamin Kaisar jelas sadar bahwa dirinya salah."Bibi ... m-maaf, tapi Tuan Benji yang membawaku ke sana tadi pagi untuk ditidurkan. Aku tidak tahu---""Ditidurkan atau ditiduri, Lily?" tanya Abia memotong cepat.Lily seketika kehilangan kata untuk menjawab. Karena sejujurnya, ia juga tidak ingat karena terlalu mengawang dan mengantuk. Gadis itu tidak tahu apakah sang tuan menggagahinya lagi atau tidak setelah ia terlelap di sofa dan digendong ke kamar Abia."Rupanya kalian bersenang-senang, ya?" kekeh Abia sebelum kemudian berlalu meninggalkan kamar tamu.Lily yang tidak mau membuat bibinya salah paham, sontak mengejar dan menahan lengan Abia yang nyaris menghilang di ambang pintu. "Bibi! Bibi! Aku yang salah. Aku yang tegang dan canggung, makanya Tuan Benji berpikir unt

"Kau mau pergi ke mana? Ini masih pagi!" Benji menatap istrinya yang kini sibuk berdandan di depan meja rias tidak percaya. Perempuan itu tampak buru-buru seolah punya urusan penting yang prioritasnya setara urusan negara."Aku ada urusan, Kai. Urusan pekerjaan ...." Abia menjawab sambil tetap fokus pada cermin besar di hadapan, lebih peduli pada kerataan lipstik di bibir menggodanya daripada wajah kesal Benji."Pekerjaan apa sepagi ini? Dan sejak kapan kau sesemangat ini untuk bekerja?!" tanya Benji menginterogasi.Sejenak, Abia yang pagi ini mengenakan kemeja putih dan rok selutut berwarna hitam, menghela napas begitu panjang. "Aku akan interview kerja hari ini. Aku ingin kerja kantoran lagi. Aku sudah bosan di rumah." Ucapan istrinya bahkan semakin membuat Benji mengernyit heran. "Kau tidak pernah cerita! Kau bilang hanya membangun bisnis kecil-kecilan di Bali bersama teman SMA-mu," protes pria itu merasa ketinggalan berita tentang istrinya."Aku memang kenal direktur perusahaann

"Sudah selesai?"Lily bertanya polos pada Benji yang kini bangkit dari atas tubuhnya. Pria sipit itu bahkan langsung melompat turun dari ranjang dan mengenakan celana bahan hitamnya yang teronggok di lantai."Kenapa? Mau lagi? Apa sekarang kau kecanduan disentuh olehku?" ledek Benji sambil menoleh pada Lily yang masih terengah di atas ranjang hotel.Lily menggeleng cepat. "T-tidak! Maksudku ... tadi kau menakutiku dan bilang akan melakukannya dengan kasar," sanggah gadis itu membela diri."Iya, dan aku tidak bilang akan melakukannya semalaman." Pria yang kini mengambil rokok di atas nakas kembali menegaskan.Dan Lily hanya bisa memalingkan wajah karena malu pada pria itu. Benar juga. Apa yang sebenarnya gadis itu harapkan? Kenapa ucapannya seolah meminta Benji untuk berbuat lebih? "Tuan merokok terus ...," komentar Lily begitu melihat Benji yang kini mengembuskan asap mengandung nikotin itu dari mulut."Padahal aku sudah lama tidak merokok," sahut Benji jujur.Seingatnya, Benji terak

“Apa dia sudah pulang?” Benji menatap kamar tamu yang sebelumnya akan ditempati Lily sebelum Akane mengusirnya. Namun, menyadari tidak ada gadis pendek itu di sana, ia tanpa sadar menghela napas kecewa. Tadi Benji belum sempat menyapanya karena sedang terlalu marah. Mungkin saja Abia juga langsung mengusirnya karena perempuan itu malu dilihat bertengkar dengan sang suami. “Hhh ... kenapa semuanya membuatku pusing?” keluh Benji sambil berjalan menuju taman belakang guna menyegarkan pikiran. Pria itu pun duduk pada bangku taman tepat di bawah pohon tabebuya tua yang sudah ada sejak Benji belum membeli rumah ini. Seekor kucing langsung menghampirinya dan naik ke pangkuan Benji. Itu jelas kucing oren milik Bi Anin yang sudah sempat dibawa pulang oleh Lily dari rumah Geovano. “Kenapa? Aku tidak punya makanan. Aku hanya punya rokok!” Mungkin, saking stressnya akhir-akhir ini karena tingkah sang istri ditambah pekerjaan yang me

"Apa aku ambil cuti kerja saja?" Abia memandang suaminya yang kini duduk di sofa sambil memijit pelipis. Benji memang tidak tidur nyenyak karena sakit kepala sejak semalam. Saat ini, mereka berada di kediaman Galendra karena Lily yang kemarin nekad membawa sang tuan ke sini. "Tentu saja kau harus cuti! Apa pekerjaanmu lebih penting daripada suamimu? Apa Kaisar tidak memenuhi kebutuhanmu sampai kau harus bekerja?" Di saat biasanya Aluna lah yang menyahut julid, kini malah Geovano yang bertanya sewot. "Tidak apa-apa. Pergilah bekerja, Abia! Ada Lily yang akan merawat suamimu selagi kau tidak bisa," sahut Aluna malah bersikap ramah. Keramahan yang justru jadi alarm pertanda bahaya bagi Abia. Apalagi begitu Lily muncul dari ambang pintu dapur sambil membawa tiga cangkir minuman panas ke meja ruang keluarga. "Apa ini? Aku mau kopi!" komentar Benji begitu melihat Lily menghidangkannya secangkir teh hijau, sedangkan ayah dan ibu tirinya malah diberikan kopi. "Kata dokter sebaiknya jang