Sambil menyesap kopi, Stanley memperhatikan Shanaya mengobrol dengan pria di sebelahnya dengan ekspresi kaku. Tiba-tiba, amarahnya pun meluap. Shanaya benar-benar tidak pernah berhenti menguji kesabarannya."Permisi, Pak Darren, aku ke toilet dulu."Shanaya berdiri dan berjalan ke toilet. Sementara itu, Stanley meletakkan cangkir kopinya dan ikut berdiri.Begitu keluar dari toilet, Shanaya langsung didorong dan ditahan ke dinding dengan kuat oleh seseorang. Punggungnya menempel di dinding yang dingin, sedangkan di depannya, berdiri sosok seorang pria jangkung yang dapat sepenuhnya menutupi dirinya.Shanaya pun terlonjak dan nyaris berteriak kaget. Jari-jari kuat pria itu mencengkeram dagunya, lalu memaksanya untuk mendongak dan membalas tatapannya. Pada saat ini, Shanaya baru menyadari bahwa pria di depannya adalah Stanley. "Shanaya, sudah kubilang, selama kita belum cerai, kamu itu masih milikku. Jangan uji kesabaranku." Suara Stanley terdengar rendah dan berbahaya. Matanya membara
Read more