Dipaksa Jadi Istri Kedua Suami Adikku 의 모든 챕터: 챕터 11 - 챕터 20

Satu minggu berjalan sangat cepat untuk Riri. Semua berjalan sesuai dengan rencana adiknya. Hari ini adalah hari pernikahan dia dan Ansel. Ansel dan Lili juga sudah secara resmi bercerai. Baik secara hukum dan agama. Mereka bercerai tanpa sepengetahuan orang tua Ansel. Di dalam kamar pengantin yang tidak dihiaskan dengan apapun, sang pengantin duduk di atas cermin. Dia menatap pantulan dirinya pada cermin. Tubuhnya sudah dibalut menggunakan gaun yang sangat simple. Harganya juga sangat murah. Mamanya hanya asal memilih gaun tanpa mau mengeluarkan biaya yang lebih.Riri beralih menatap wajahnya. Wajahnya sudah dihiasi dengan make up alakadarnya. Tidak ada senyuman sedikitpun di wajah tersebut. Tidak peduli jika hari itu adalah hari pernikahannya. Pernikahan yang pernah diharapkan namun bukan seperti ini.Pernikahan bagi seseorang akan menjadi hal yang paling indah seumur hidupnya. Di mana moment itu hanya ingin terjadi sekali seumur hidup, mencintai sampai tua. Beda halnya dengan Rir

"Lili, bagaimana mereka akan punya anak jika mereka tidak berada di satu kamar. Tidak mungkin kan, anak itu hadir sendiri.""Tapi Ma …." "Cukup Lili. Ini adalah pilihan kamu. Kamu harus menerima konsekuensinya," kata David dengan tegas."Baik, Ansel boleh satu kamar dengan Riri. Tapi dengan satu syarat," tawar Lili."Syarat?" tanya mereka bertiga."Iya, mereka boleh satu kamar dengan syarat Riri tidak boleh menyentuh Ansel," jawab Lili."Kamu jangan gila Lili. Jika mereka tidak bersentuhan, dari mana anak itu datang? Apa dari kecebong yang nyasar dari Hongkong?" tanya David sangat tajam karena mulai kesal dengan sikap yang sangat kekanakan yang membuat Lili terpojok."Aku tetap tidak akan membiarkan mereka satu kamar," tolak Lili keras kepala.Lili mendekat ke arah Ansel. Tangannya segera memeluk tangan Ansel sebagai bentuk penolakannya. Sedangkan Ansel dengan cepat melepaskan diri dari Lili. Dia tidak akan menyentuh seorang perempuan yang bukan istrinya, meskipun Lili. Apalagi Lili

"Masuk, kamu ambil saja sendiri di dalam," sahut Lili jutek. "Aku? Masuk?" tanya Riri tidak yakin."Iya, kamu ambil sendiri. Mana mau aku capek-capek ambil baju dalam lemari. Kamu pikir aku babu kamu. Kamu pilih saja sendiri," kata Lili bergeser dari pintu dan kembali masuk ke dalam kamar diikuti Riri.Sekarang Riri bisa melihat betapa mewahnya kamar Lili. Semua barang yang ada di kamar Lili tidak ada satupun yang bisa disandingkan dengan barang yang ada di kamarnya."Jadi, di mana baju Ansel?" tanya Riri mengabaikan barang mewah yang ada di kamar Lili.Riri bertanya karena di dalam kamar Lili ada tujuh pintu lemari yang tinggi. Biar dia lebih cepat mengambil baju Ansel dan pergi dari sana."Noh, di sana," kata Lili menunjuk ke lemari dengan dagu sambil meniup kukunya."Baiklah," sahut Riri yang percuma bertanya kepada Lili.Riri berjalan ke arah pintu lemari. Tangannya bergerak ingin membuka salah satu lemari milik Lili yang paling dekat dengannya."Bukan di sana, itu koleksi sepatu

"Ri," panggil Ansel. "Ah, iya," sahut Riri yang sempat melamun. "Kamu duluan saja ke kamar dan menyiapkan keperluan kamu. Aku akan ke kamar Lili sebentar," ujar Ansel. "Ke kamar Lili?" "Ya, aku ingin membujuknya. Aku harus membujuk dia sebelum kita pergi. Aku sudah hafal kebiasaannya. Sekalian aku mau mengambil barangku di dalam kamar Lili." "Ah, baiklah," jawab Riri meremas kedua tangan di pahanya. Disaat-saat seperti ini Ansel juga lebih mengutamakan Lili. Ansel sama sekali tidak lagi melihatnya. Dia terus melangkah ke kamar Lili. 'Apa yang kamu pikirkan, Ri. Sudah seharusnya Ansel mengutamakan Lili. Ri, kamu jangan pernah berharap dia akan mencintai kamu. Kamu harus sadar, kamu tidak akan pernah ada arti di hati Ansel. Mulai saat ini kamu jangan pernah berharap sama Ansel apapun. Kamu harus menutup mata atas kebaikan dia, apapun itu. Apa yang dia lakukan semata-mata hanya untuk Lili, orang yang dia cintai.' Riri bangun dari meja makan menuju ke kamarnya. Dia ingin menyiap

*** Mereka tiba di bandara tepat waktu. Mereka keluar dari mobil dan menunggu supir mengeluarkan koper mereka. Riri sedikit gugup. Dia baru pertama kali ke bandara. Dia belum pernah naik pesawat. Dia berjaga-jaga agar tidak berpisah dari Ansel. Setelah koper selesai diturunkan, sang supir langsung pamit pulang. Ansel menyeret koper milik sendiri. Riri juga menarik sendiri. Dia mengekor di belakang Ansel. Ansel berhenti berjalan karena tiket yang dipegang terjatuh. Dia menjulur tangannya untuk meraih tiket tersebut. Namun naas, karena Riri yang tidak fokus ke depan, melihat ke kiri dan ke kanan dan juga Ansel yang tiba-tiba berhenti, jadi dia menabrak Ansel. Ansel jatuh terjerembab. Dia kaget tiba-tiba terdorong. Matanya langsung mencari sang pelaku. Untung saja tempatnya tidak terlalu ramai. Jadi dia tidak terlalu malu. "Maaf, Ansel. Tadi kamu tiba-tiba berhenti," ucapan Riri takut. Ansel mengabaikan Riri. Dia dengan cepat meraih tiket pesawat dan menuju ke pintu masuk. Riri l