All Chapters of Gadis Mungil CEO: Mommy, Please Jadi Ibuku: Chapter 51 - Chapter 60

Lily menghabiskan waktu yang sangat menyenangkan selama di Florida, terlebih karena ada kakek dan neneknya.Aku senang jika melihat gadis kecil itu senang, walaupun serangan mual itu membuatku sempat sangat panik.Untung saja rasa mualku hanya ekstrem di hari pertama dan kedua berada di Florida. Hari ketiga sampai hari terakhir, aku sudah merasa jauh lebih baik, sehingga aku tidak perlu susah payah menyembunyikan kekhawatiranku.Kami kembali ke New York tepat di hari Senin pagi. Dan setelah mendarat di New York, Lily yang ketiduran langsung dibawa pulang oleh David dan pelayan, sedangkan sopir pribadi Mark mengantarku dan Mark ke Lawrence Company.Ya, aku harus langsung bekerja.Jadwal Mark akan sangat padat sepanjang pekan ini. Satu jam setelah mendarat di New York, bahkan Mark sudah punya jadwal bertemu dengan klien besar Lawrence Company.“Apakah semua datanya sudah siap?” tanya Mark.“Sudah,” jawabku cepat.Heels-ku berketuk seirama dengan pantofel mahalnya di koridor lantai 35. S

Aku meremas ujung bawah piyamaku, memerhatikan Mark yang sedang melunakkan bantal, dia bersiap untuk berbaring di kasur.Bahkan punggung tegapnya yang membelakangiku pun sudah terasa sangat mengintimidasi.Bagaimana aku harus memberitahu Mark bahwa aku hamil? Itu terasa seperti bunuh diri!Ada beberapa kemungkinan tentang bagaimana reaksinya jika dia tahu. Dan semua kemungkinan itu jelas negatif. Tak mungkin dia mau menerimaku dan menerima fakta bahwa aku mengandung anaknya.Dia beristri!“Bisa berhenti menatapku seperti itu?” ucap Mark tiba-tiba. “Itu sangat mengganggu.”“Eh?!” Aku tersadar dari lamunanku. “I-iya. Maaf....”Mark menegakkan posisi berdirinya, lalu menoleh ke belakang, memandangiku yang berdiri di dekat meja baca di sisi kamar. “Sampai kapan kau akan berdiri di sana? Kemarilah dan segera tidur!”Aku mengangguk pelan seraya melangkahkan kakiku untuk menyusulnya di kasur.Udara terasa sangat berat bagiku sampai penerangan kamar diredupkan, kemudian aku berbaring terlenta

“Kau tidak hamil, ‘kan?”Pertanyaan David sontak membuat dadaku terasa disentak kuat.Kugigit kencang bagian dalam bibir bawahku, sejenak melampiaskan rasa panik yang menyerang.“A-a-apa yang kau bicarakan?” Aku tertawa kaku. “Itu tidak masuk akal.”“Aku memantaumu belakangan ini, Nona. Semenjak dari Florida. Gelagatmu tampak sangat aneh.”“Aneh bagaimana? Aku tidak mengerti,” sahutku berusaha tenang.David tetap fokus menyetir mobil selagi kami melaju di jalur dua arah. Dia melirikku sesaat sebelum berkata, “Kau... seperti saat Nyonya Paula baru mengandung Lily.”Tenggorokanku tercekat.“Aku tidak tahu persis sudah sejauh mana hubunganmu dengan Tuan Lawrence. Tapi sejauh yang aku tahu, Tuan Lawrence tak akan mau memiliki anak lagi setelah Nona Lily.”Aku mendorong salivaku kuat-kuat, melewati tenggorokanku yang seolah dicekat kawat berduri.Tapi ini tidak adil.Mengapa seakan-akan aku yang salah?Aku memang hamil, namun aku tidak hamil tanpa alasan. Aku dan Mark melakukannya bersama.

Bermenit-menit rasa mual itu terlampiaskan lewat muntahan yang agak parah, aku bangkit dari posisi berlututku sembari mengusap bibir dengan punggung tangan.Saat menekan tombol flush pada belakang kloset, mataku yang berair melirik ngeri ke arah Mark di dekat pintu.Susah payah aku tertegun, gugup, tetapi aku tetap berjalan lambat mendekati wastafel untuk cuci tangan dan membasuh mulut.Mark tak beranjak sedikit pun. Tatapannya juga tak lepas dariku.Setelah aku selesai membersihkan diri, barulah akhirnya dia bersuara, “Apa kau baik-baik saja?”Aku mengangguk pelan, sedikit menunduk menatap lantai, terlampau cemas untuk melihat wajahnya.Mark bergeser dari dekat pintu. Suara baritonnya dibalut kekhawatirkan kala dia berkata, “Ayo, keluar dari sini. Segeralah berbaring agar tak muntah lagi.”Aku kembali mengangguk.Dia pasti sangat heran dan curiga, tetapi tampaknya dia jauh lebih mengkhawatirkanku, makanya dia tak langsung menginterogasiku, dan justru lebih dulu menyuruhku istirahat.

“Jadi, kau benar-benar hamil, Nona Walter?”Aku membeku. Sebuah besi berat seperti menyangkut di kakiku, membuat lututku seketika gemetar.Suhu udara di depan klinik juga seakan mendadak turun drastis, membuat telapak tanganku merasakan dingin yang menusuk ke tulang.“Kau... apa kau mengikutiku ke sini?” tanyaku panik kepada David.Tapi dia tak menjawab. Dia mengambil langkah untuk mendekatiku yang masih berdiri di depan pintu klinik, dan aku secara refleks mundur satu langkah.David melirik ke arah amplop cokelat besar yang kupeluk. Pelipis asisten pribadi Mark itu berkedut singkat, sebelum kemudian dia menatap persis ke arah mataku.“Apakah itu hasil pemeriksaan kandunganmu, Nona?” tanya David, datar.Aku menurunkan pandangan dan menundukkan kepala.Tak berani menjawab, sebab berbohong pun sudah tak bisa, sehingga aku memilih mengunci mulut dengan leher yang kaku.“Bagaimana kondisinya?” tanya David, alih-alih merebut hasil pemeriksaanku untuk melihatnya sendiri.“B-bagus. Maksudmu.