"Saya...," Aku mencoba mencari alasan setelah dia mengancam akan mengangkat telepon dari Steven. "Saya rasa itu tidak penting, Tuan."Dia tak merespons lagi, tetapi rahangnya yang tampak mengeras, seirama dengan intimidasi dari sorot matanya.Aku tertegun ngeri. Dia serius dengan perintahnya.Di seberang meja, Lily menatap kami bergantian, mata birunya yang jernih penuh kebingungan dengan pipinya yang mengembung selagi mengunyah sereal.Aku tidak punya pilihan. Dengan jari gemetar, aku menekan tombol hijau di ponselku, terpaksa mengangkat telepon dari Steven di depan Mark."Nyalakan pengeras suara," titah Mark.“Tuan, seharusnya ini bukan urusan—”"Nyalakan," ulang Mark, suaranya datar. “Aku ingin dengar.”Lidahku sudah gatal ingin berdecak. Bosku ini kian melewati batas, dia benar-benar mengontrolku dengan berbagai cara. Sayangnya, meski jengkel, tak ada yang bisa kulakukan selain patuh.[Anna! Ya Tuhan, kau di mana saja?! Kenapa baru mengangkat teleponku?!]Aku tersentak mendengar S
Last Updated : 2025-10-20 Read more