Perintah Mark yang menyuruhku untuk kembali duduk, sangat tidak mausk akal. Tapi aku tidak bisa membantahnya. Aku melirik Paula sekilas, bahuku menegang karena gugup, lalu akhirnya mengambil posisi duduk di samping kiri Lily. Sedangkan Mark, rapi dengan jas abu-abu gelapnya, duduk di samping kiriku, berhadapan lurus dengan Paula di sisi lain meja. Semua tampak normal, kecuali jantungku yang berdebar seakan ingin keluar dari tulang rusuk. “Ibu?” panggil Lily pelan, saat aku mengisi piringku dengan dua potong sandwich daging yang sudah disiapkan juru masak. Lily menatapku dengan mata jernihnya yang terlihat cemas, seolah dia sedang mencoba membaca situasi, dan ingin melihat apakah ada perubahan dariku atau tidak. Aku tersenyum lembut padanya, mengusap punggungnya perlahan, lantas berkata, “Makanlah. Habiskan panekukmu. Stroberi dan bluberinya segar, ‘kan?” Mendengar ekspresi dan suaraku yang tetap normal, Lily sontak tampak lega. Dia mengangguk, kemudian melahap panekuk di piring
Last Updated : 2025-12-08 Read more