Suasana ruang sidang Negeri tampak penuh. Deretan bangku kayu dipenuhi pengunjung. Beberapa wartawan mencatat, sementara aparat berseragam berdiri di sudut ruangan.Pintu samping terbuka.“Saksi Nawang Wulan,” panggil panitera.Nawang berdiri dari bangku pengunjung. Tangan kosong, tanpa membawa apa pun—hanya dirinya, keberaniannya, dan ingatan pahit yang harus ia ungkapkan di hadapan hukum. Ia berjalan maju dan duduk di kursi saksi di hadapan majelis hakim.Dari barisan pengunjung, Bu Yani dan Pak Herman menatap dengan kebencian. Sementara Bisma yang duduk sebagai terdakwa menatapnya dalam-dalam. Nawang tidak bisa menafsirkan arti tatapan itu.Hakim ketua membuka berkas.“Saudari saksi, mohon sebutkan nama lengkap, umur, alamat, dan pekerjaan.”Nawang menjawab dengan tenang. Setelah itu, sumpah saksi dibacakan, dan ia mengucapkannya dengan tegas. Pemeriksaan oleh Jaksa Penuntut Umum pun dimulai.“Saudari saksi,” ujar jaksa, “ceritakan kepada majelis hakim apa yang terjadi pada malam t
آخر تحديث : 2025-12-01 اقرأ المزيد