Tous les chapitres de : Chapitre 41 - Chapitre 50

BAB 41 BULAN MADUKetika tidak sengaja melihat nomor Evana kembali aktif, Evankan langsung menelpon dengan nada kesal."Kemana saja kau gadis bodoh?!"Tapi diam tidak ada jawaban."Evana!" Evankan kembali memanggil."Halo...!"Tut..tut...tut...Panggilan terputus."Oh, berani sekali kau menutup telepon!"Evankan kembali menelpon dan semakin kesal. Ponsel Evana dimatikan."Sial!"Evankan lanjut memakai adiknya. "Kau memang layak hidup miskin selamanya!"Begitu mendengar suara perempuan, Aron langsung mematikan kembali ponsel Evana. Entah sepertinya Aron memang bakal sangat cemburu seandainya tadi yang menelpon suara laki-laki.*******Aron akan membawa Eva ke tempat private agar tidak ada yang mengusik kebersamaan mereka berdua. Hanya berdua, Aron ingin cuma berdua dengan Eva. Tanpa rutinitas pekerjaan dan masalah bisnis lainnya.Mobil hitam mewah yang mengantar mereka menuju bandara meluncur mulus di jalanan basah. Tak ada genggaman tangan, tak ada sentuhan manis seperti pasangan penga

BAB 43 NIKMATIN PELAN-PELANSetelah sarapan singkat yang sunyi, Eva bangkit dari kursi. Langkahnya pelan, tapi dalam hatinya bergemuruh.Aron berdiri tak jauh di belakangnya. Diam. Tangannya masih di saku celana, wajahnya tampak datar seperti biasa. Tapi di balik matanya ada sesuatu yang tak bisa disembunyikan... ketegangan.“Ambil waktumu lima belas menit,” ucap Aron akhirnya. “Setelah itu kita pergi.”Eva menoleh, menatap terkejut. “Kenapa terburu-buru ini masih pagi?"“Tadi sudah kukatakan,” sahut Aron dingin. “Kita akan pergi ke Tuscany.”"Oh, haruskah kita pergi ke sana?" Eva pikir mereka cuma akan bertemu di resort sekitar Danau Como."Bukan kau yang menentukan!" Aron nampak tidak suka dengan pertanyaan Eva.“Tidak bisakah kau berbicara padaku seperti manusia biasa?” Eva tidak pernah suka dengan cara Aron Loghan memberi perintah. Sudah sejak kemarin Eva ingin membantah. "Bagaimana jika kau pergi sendiri saja, akan aku tunggu di sini. Aku tidak akan kabur kemana-mana!"Aron diam

BAB 45 CEMBURU BERTEMU SAINGANSuasana makan malam yang awalnya tenang dan terkendali mendadak berubah ketika suara langkah kaki terdengar dari arah pintu utama. Langkah-langkah mantap, berirama, penuh keanggunan dari sosok wanita yang tak pernah kehilangan kendali.Semua kepala menoleh.Seorang wanita berdiri di ambang pintu. Cantik mempesona dengan rambut hitam legam terurai halus di bahu. Leher jenjang, bahu indah, dan wajah berkarakter kuat yang tak hanya cantik tetapi juga penuh wibawa. Viona Daliana Murai."Oh, aku tidak tahu ternyata di rumahku sedang kedatangan tamu kehormatan."Aron juga sama terkejut. Tidak menyangka dirinya akan bertemu dengan Viona.Viona mengenakan gaun panjang satin berwarna biru gelap, membungkus tubuh rampingnya dengan sempurna.“Viona, sayang, kenapa kau tidak memberitahu jika akan pulang,” sapa ibunya dengan antusias.Viona melangkah masuk, menghampiri meja makan dengan langkah anggun yang penuh percaya diri. Eva bisa merasakan hawa dingin tak kasat

BAB 47 EVA MABUKPintu kamar didorong terbuka dengan kasar. Aron Loghan membopong tubuh Eva yang sedang mabuk gila ke dalam kamar utuk kemudian langsung dia lempar ke atas ranjang. Wajahnya gelap, rahangnya mengeras menahan amarah karena Eva terus berusaha berontak dan melawan.“Diam!” Aron berdesis tajam untuk memperingatkan.Eva malah bangkit berdiri dengan tawa pelan, tubuhnya hampir kembali terjatuh kalau saja Aron tidak mencengkeram lengannya. Matanya setengah terpejam, bibirnya merah karena wine, pipinya merona, dan langkahnya limbung.“Lepaskan... aku bisa berdiri sendiri,” gumamnya serak. Tapi suaranya tak terdengar mengancam. Lebih seperti anak kecil yang sedang ngambek.Aron mendorongnya ke tepi ranjang. Eva terduduk sambil terhuyung, tangannya memegang kepalanya sendiri. “Dunia berputar... kepalaku pusing, sakit, karena berada di dekatmu!”Aron mendesah berat, kedua tangannya mengepal di sisi tubuh kaku. Kesabarannya sudah di ujung tanduk karena hinaan dan makian yang terus

BAB 49 Pinggul Eva benar-benar sakit, sepertinya Aron sudah bermain terlalu keras ketika Eva mabuk tidak sadar karena anggur. Eva merasa telah menjadi korban maniak sex yang tidak akan mungkin mau berhenti menyiksnya. Eva bakal terus dipakai seperti budak pemuas. "Oh, brengsek!" Eva mengumpat karena rasa perih. Bahkan pinggul dan lutut Eva rasanya agak memar karena terbentur lantai marmer. Seandainya Eva ingat dan dapat melihat berbagai adegan gila yang telah dilakukan Aron Loghan ketika menikam tubuhnya. Pasti kali ini Eva sudah menjerit histeris. Sekarang Eva cuma bisa berdesis-desis di kamar mandi untuk membasuh bagian tubuhnya yang berdenyut. Sungguh Eva bersumpah tidak akan menyentuh anggur lagi. Pria bisa menyelip masuk seenaknya ketika Eva tidak sadar. Rasanya Eva juga tidak henti ingin memaki dirinya sendiri. "Bodoh sekali kau, Eva!" "Sudah tahu tinggal satu kamar dengan pria gila, tapi malah membiarkan dirimu mabuk!" "Sekarang rasakan akibatnya!" Eva di ting