All Chapters of Gairah Sahabat Suami : Chapter 281 - Chapter 290

Amara menurut dan tidak melakukan aksi protes lagi. Dia sudah ingin segera beristirahat. Rasanya benar benar lelah menghadapi laki-laki yang bernama Andreas itu dan tidak ada lagi drama ganti baju seperti barusan.Laki-laki itu tidak mengenal menyerah meski sudah banyak penolakan dan aksi yang dilakukan Arya dan Amara.Apa aku harus benar-benar menyerah saja. Gimana dengan mas Arya? Apa yang sebenarnya sedang dia rencanakan. Bagaimana aku bisa bicara berdua dengan dia kalau laki-laki itu terus mengintil kayak upil.Amara sedang berdiskusi dengan hatinya lagi. Dia sudah benar-benar lelah menghadapi keadaan. Rasanya dia ingin menyerah. Karena Arya berada disebelah kanannya, dia berusaha memiringkan sedikit tubuhnya, tapi tetap terasa nyeri."Tidur biasa aja dulu, sayang. Jangan terlalu memaksakan. Ingat kamu masih proses pemulihan. Aku nggak mau kenapa napa atau menyebabkan luka kamu terbuka," Arya berbicara mengelus rambut istrinya.Dia tahu istrinya sangat ingin bermanja dengan bebas.

"Sstt! Sudah sayang, aku nggak apa apa kok!" Arya harus tetap tenang dan berkepala dingin saat mendengar kenyataan itu.Meski dia meluapkan segala kemarahan, apa yang sudah terjadi antara Anderas dan istrinya tidak akan mengubah apapun.Istrinya memang sudah pernah berhubungan langsung dengan Andreas."Tapi, Mas ….""Nggak apa-apa, kamu mau mandi sama aku atau sama dia sama aja kok. Udah ya, nggak usah dibikin ribet," mendengarnya saja Mara semakin berang.Dia tidak menyangkut kalau suaminya akan berkata seperti itu. Dia seolah tidak melindungi malah menjerumuskan Amara masuk ke dalam mulut singa.Amara terdiam saat mendengar keputusan suaminya. Dia ingin sekali menolak, tapi dia merasa penolakan pun pasti sudah tidak ada gunanya.Andreas menatap wajah berat Amara yang tidak setuju. Meskipun begitu dia tetap mengabaikannya. Dia merasa tetap harus melakukan penyerangan agar semua usaha yang sudah dilakukannya tidak sia-sia."Ayo aku bantu bersihkan tubuhmu dulu," Andreas berjongkok di

Andreas masih mendekat tubuh Amara dengan erat. Sepertinya laki-laki bertubuh besar itu benar-benar enggan menjauhkan tubuhnya."Andreas!" panggil Amara lirih."Uhhm!""Bisakah kamu melepaskan aku? Rasanya panas dan gatal," ucap Amara membuat kening Andreas berkerut.Mereka berdua saat ini sudah berada di dalam kamar mandi. Dan seluruh pakaian Amara sudah terjatuh di lantai hanya menyisakan dua kain yang menutupi jeruk sunkist nya juga belahan berenda bibir bawahnya."Ah, maafkan aku," segera Andreas merenggangkan tubuhnya dan kembali memeriksa tubuh Amara yang sedikit keluar darah akibat pergulatan pendeknya dengan Arya tadi malam.Andreas berlutut dan memeriksa luka di perut wanita yang berwajah mirip seperti istrinya itu."Apa ini sakit? Aku panggilkan Juan untuk memeriksa lukamu saja, ya?" tawar Andreas, wajahnya langsung pucat saat mendengar Amara meringis menahan sakit."Nggak perlu, bisakah kamu mempercepat semuanya. Aku nggak mau kedinginan di kamar mandi lukaku bertambah pa

"Sayang," Arya mencoba menyendokkan salah satu makanan kesukaan istrinya."Aku lagi nggak mau makan itu, kalau Mas mau, Mas aja yang memakannya," kata Amara setengah sangit berbicara pada suaminya.Tentu saja Amara masih marah dengan ucapan suaminya tadi, Amara masih sudah habis pikir kenapa suaminya bisa sampai berpikiran selektif itu hanya demi langgengnya rumah tangga yang sedang mereka bina."Apa ada makanan yang tidak kamu sukai? Kalau kamu masih menginginkan yang lainnya aku masih bisa koki untuk membuatkan menu yang lain. Katakan saja padaku kalau kamu nggak cocok dengan menu yang kokiku buat," Andreas sudah tidak peduli lagi, dia menyelak bicara saat dia memiliki kesempatan."Iya aku menginginkan cilok dan siomay juga rujak buah dengan bumbu kacang yang medok juga super pedas," kata Amara, sebenarnya dia sedang membuat Arya cemburu.Arya mendelik saat mendengar permintaan istrinya. Dia tahu saat ini istrinya belum boleh memakan makanan itu secara berlebihan apalagi dengan pors

"Mencintai? Kau sedang melakukan trik dan berbohong apa denganku? Kau pikir aku tidak tahu, itu hanya alasanmu saja. Kalau kau benar-benar mencintainya, aku lebih bersimpati dan merasa bangga kalau kau melepaskannya. Daripada kau membuatnya seperti ini dan sudah barang tentu dia akan sakit hati oleh perbuatanmu itu.""Kalau aku itu dirimu, aku akan membiarkan dia mencari kebahagiaannya dan kamu sendiri lebih baik mencari wanita lain yang benar-benar pas dengan seleramu. Aku yakin istrimu itu hanya sekedar bayang-bayang dari masa lalu. Aku yakin kau hanya menjadikannya tumbal.""Sebagai laki-laki sudah selayaknya kau melindungi dan menjaganya. Tidak membiarkan laki-laki manapun untuk menyentuhnya lagi, tapi ini kau malah mengizinkanku. Lucu sekali aku sendiri pun bahkan tidak sudi berbagai denganmu. Aku hanya ingin dia menjadi milikku seutuhnya."Lagi-lagi Arya mendapatkan tamparan dari perkataan yang keluar dari Andreas, dia tidak menyangka laki-laki yang dianggapnya tidak waras akan