All Chapters of TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI : Chapter 21 - Chapter 30

Dengan malas, Darren meletakkan kembali handphone ke meja. Namun, telepon terus berbunyi memunculkan nama Yuda. Renata hendak mengambil handphone itu, tetapi dicegah oleh Darren. Darren segera membalikkan tubuh Renata hingga berada di bawahnya. Ditatapnya manik hitam yang tampak ketakutan itu."Rileks, Sayang! Dia hanya ngecek kamu!"Jelas sekali, Renata tidak bisa menyembunyikan rasa cemas. Berulang kali, dia melirik handphone yang tergeletak di atas nakas. "Mas, bagaimana kalau Mas Yuda tahu?""Asal kamu tidak angkat teleponnya, dia tidak akan tahu. Kalaupun tahu, itu lebih baik!""Mas, tidak bisa begitu!" Renata memalingkan pandangan dari Darren. Darren menunduk, mencium kening dan mengusap kepala Renata dengan sayang. "Sayang, ayolah, jangan pikirkan apa pun sekarang!"Renata menggigit bibir, lalu mengangguk pelan. Darren tidak ingin aktivitas intim ini dikacaukan orang lain. Termasuk Yuda. Dia kembali membawa Renata ke puncak kenikmatan berulang kali. Melupakan rasa sakit disi

"Apa yang kamu inginkan dariku, Yuda?"Meskipun santai, pertanyaan itu seperti menantang Yuda. Yuda segera mencengkeram kerah kemeja Darren. Namun, Darren masih bersikap tenang. Ditatapnya mata Yuda yang penuh kilat amarah.Lalu, Darren menatap sekilas pada Renata yang tampak cemas di belakang Yuda. Tidak ingin ada perkelahian, Renata segera menarik tangan Yuda, tetapi justru ditepisnya kasar."Diam, kamu Rena!" Hal itu jelas memancing kemarahan Darren. Tangan Darren terkepal mendengar bentakan dan sikap kasar Yuda pada Renata tadi. Namun, dia berusaha menahannya. Darren tidak ingin Yuda semakin menyakiti Renata."Mas Yuda, kenapa selalu begini, setiap kalian bertemu? Apa lagi yang harus kami jelaskan, kalau kamu selalu tidak percaya, Mas?" Mata Renata berkaca-kaca, lalu menarik napas lelah.Sudut bibir Yuda terangkat sebelah. "Maling mana ada yang ngaku?" "Kalau kamu takut kami ada affair, kenapa bukan kamu saja yang perbaiki diri?" Darren balas tersenyum mengejek."Apa maksudmu, h

Tatapan Renata menantang Yuda. "Silakan saja menikah lagi. Karena sampai kapan pun, Mas Yuda tidak mungkin punya anak denganku!" "Apa yang kamu bicarakan, Rena?" Yuda menatap tajam istrinya, lalu menoleh sekilas ke arah dalam rumah. "Jangan hiraukan ucapan Ibu! Ini rumah tangga kita, Rena!" Renata mendekati Yuda, menepuk pelan dada bidang yang terbalut jas mahal itu. Tidak lupa, dia menyunggingkan senyum sinis. Ucapan pedas ibu mertuanya tadi kembali meruntuhkan harga diri Renata. Yuda masih memperhatikan Renata dengan rahang mengeras. "Rumah tangga kita, tapi selalu dicampuri orang tuamu, Mas! Aku capek banget, tahu! Kamu yang tidak mau punya anak, tapi mereka selalu memojokkanku." Sekali lagi Renata tersenyum miring. Tatapannya berubah nanar. "Apa aku bicara jujur saja pada Bapak dan Ibu, supaya tahu, seperti apa anak kesayangannya itu, hm?" "Renata!" Yuda menekan suara serendah mungkin. Lalu dipegangnya telapak tangan Renata. "Baiklah, kita mulai progam anak! Tapi jangan temui

"Keluarlah, Renata!" teriak Darren tanpa mau menatap Renata.Seorang perawat segera merangkul bahu Renata dan mengajaknya keluar. Renata menatap Darren dengan air mata menetes. Langkahnya sempat terhenti dan menolah sekali lagi pada Darren yang masih bergeming.Tatapan Darren berkabut ke arah kaca rumah sakit. Dadanya naik turun menahan luapan emosi dan kesedihan secara bersamaan. Sebagai laki-laki mapan, seharusnya Darren bisa mendapatkan wanita lebih baik dari Renata.Namun, cinta tidak pernah memandang pada siapa akan berlabuh. Sialnya lagi, Darren harus jatuh cinta dengan istri orang. Dia tidak pernah selemah ini dalam menerima kenyataan menyakitkan."Aaargh!" Darren memukul brankar, lalu memaksa bergerak. Namun, rasa nyeri di engkel memaksanya bertahan di posisi semula. Lantas dia tersenyum miris, mengasihi dirinya sendiri yang tidak berdaya.Cinta dan perjuangan untuk melindungi Renata, sudah selesai hari ini. Tepatnya dipaksa selesai oleh wanita itu. Darren menoleh, ketika per

"Aku sudah katakan padamu, tidak ada perceraian!"Yuda masih bersikeras. Tatapannya berubah tajam pada Renata. Namun, wanita itu sudah tidak peduli. Renata menggeleng pelan, lalu bergegas ke kamar mandi.Ternyata, Yuda masih menunggunya. Laki-laki itu duduk di tepi ranjang setelah berganti pakaian. Matanya fokus pada handphone. Entah sedang melihat apa, sampai tidak menyadari Renata sudah keluar dari kamar mandi."Ayo, kita turun Mas! Tidak enak sama Ibu!"Yuda mendongak sebentar dan mengangguk malas. Meskipun tidak tertarik duduk bersama di ruang makan, Yuda terpaksa mengikuti ajakan Renata.Bu Rasti selalu menyunggingkan senyum sumringah. Tidak peduli wajah anak semata wayangnya itu semerah tomat. Di sebelahnya, Renata tersenyum sekilas, lalu menggenggam jemari tangan Yuda."Enak sekali masakanmu, Kak! Ini makanan kesukaan Mas Yuda. Iya, kan, Mas?"Anggi dan Bu Rasti dibuat terkejut dengan reaksi Renata. Bahkan, Renata tidak menunjukkan rasa cemburu sedikit pun. Mereka tidak tahu, w