"Jadi, kamu mengajakku ke sini ingin membuatku semakin penasaran, Mas?"Darren menggeleng pelan. "Bukan begitu, Sayang. Aku serius dengan tujuanku, Rena. Tapi semua butuh proses!" Tangan Darren sedikit terangkat, menyingkir rambut Renata ke belakang telinga. Bibir ranum Renata merekah tipis. Semenjak bersama Darren, Renata mulai akrab dengan senyum. Hal yang dulu jarang menghiasi wajah cantiknya. Melihat senyum dan tatapan penuh harapan itu, Darren menelan ludah. Tidak tega rasanya, membuat senyum itu berganti air mata lagi. Darren juga membalasnya dengan senyum samar, lalu menunjuk ke arah pondok kecil."Sepertinya enak di sana sambil makan strawberry!"Darren mengangguk. "Iya, tapi dicuci dulu lah. Sabar, ya, Sayang. Kita harus berjuang sama-sama, kan?""Hm, baiklah! Masih ada waktu sembilan bulan lagi, kan? Kalau Mas Darren berubah pikiran juga tidak apa-apa. Aku bisa kok, hidup berdua dengan anakku, tanpa kamu Mas!"Dengan gemas, Darren menjentikkan jari di kening Renata. Tidak
Last Updated : 2025-12-03 Read more