All Chapters of TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI : Chapter 31 - Chapter 40

"Mak-sud Mas Yuda, apa? Aku tidak mengerti!" Dista berusaha mengelak. Namun, Yuda justru tertawa kecil. Ekor matanya menangkap kegelisahan Dista. Dista semakin bingung ketika tiba-tiba Yuda menghentikan mobil di tepi jalan. Yuda menoleh pada Dista. "Tidak apa-apa, Dista. Kamu jujur saja, berapa puluh juta Darren membayarmu?" ulangnya. Jari-jari Dista saling memilin di atas pangkuan. Hal itu tidak lepas dari pengamatan Yuda. Sekali lagi, Yuda tersenyum satu sudut. "Tidak ada bayaran. Mas Darren pacar yang royal. Dia sering ngasih uang untuk anakku meskipun aku sudah tolak, Mas!" "Oh, begitu!" Yuda mengangguk-angguk. "Aku bisa membayarmu dua kali lipat dari yang Darren berikan, kalau kamu mau jawab jujur, Dista!" Dista menoleh cepat dan menantang mata Yuda. Dia tahu laki-laki di sebelahnya ini sangat licik. Yuda pasti ingin mengorek habis-habisan perihal hubungan Darren dan Renata darinya. Dista menggeleng samar. "Aku sudah menjawabnya, Mas. Aku dan Mas Darren sudah putus, tapi k

"Aku tidak mau berbagi dengan siapa pun, Rena!" Sekali lagi, Yuda menegaskan. Tidak ada emosi di dalam ucapannya. Tenang dan datar. Sedetik kemudian, Yuda menatap dalam pada Renata. Rasa sesak dan sakit memenuhi rongga dadanya. Cintanya pada Renata begitu besar, tetapi harus dihadapkan pada kenyataan paling pahit.Sebuah pengkhianatan. Yuda tidak menyalahkan Renata sepenuhnya. Dia sadar, dua tahun menikah hanya memberi materi berlimpah dan siksaan pada Renata. Tahun pertama pernikahan yang seharusnya manis itu, justru terasa dingin.Menginjak tahun kedua, Yuda justru lebih banyak menyakiti Renata. Padahal, bukan itu yang diinginkan seorang perempuan dari pernikahan. Renata ingin dilindungi, dihargai, dan merasa nyaman. Mirisnya, Renata justru mendapatkan itu dari Darren. Manik hitam Renata tergenang air, mewakili hati yang harus menerima getirnya luka perpisahan.Yuda tahu itu. "Ayo, kita bicara di atas!" ajaknya lalu menatap Bu Rasti. "Maaf, Bu, aku ingin bicara berdua dengan istrik

Tatapan Bu Rasti menangkap gelang di tangan kanan Renata. Dia mendekat berusaha mengambil benda itu. Namun, sekuat tenaga Renata mempertahankannya."Bu, ini saya beli dari gaji, bukan uang Mas Yuda!""Bohong! Gajimu tidak seberapa, mana bisa beli gelang harga belasan juta!" ejek Bu Rasti lalu menarik tangan Renata. "Berikan pada Ibu dan tinggalkan rumah anakku!" teriaknya lagi."Tidak! Ini punya saya!"Karena tidak ada yang mau mengalah, mereka pun saling tarik. Bu Rasti semakin geregetan, setelah gagal merampas gelang Renata. Dia segera mendorong kuat tubuh Renata hingga hampir jatuh."Aargh!"Dug! Renata memegangi dahinya yang perih karena membentur pinggiran meja. Mata Renata berkunang-kunang bersamaan setetes cairan hangat jatuh ke hidungnya. Tidak hanya Yuda, ternyata Bu Rasti sama saja.Bu Rasti berdiri ketakutan. Dia mematung menatap Renata tanpa sepatah kata. Bahkan tidak dipedulikan lagi Renata yang melangkah gontai keluar dari rumah."Dasar perempuan tidak tahu diri! Minggat

Tatapan Bu Rasti tajam pada anak semata wayangnya itu. "Kamu anak kami satu-satunya, Yuda. Jauh-jauh kuliah ke luar negeri bukan untuk menjadi kacung istri. Tidak ada harta untuk Renata! Kalian tidak punya anak. Sekarang, pikirkan masa depanmu selanjutnya!" Brak! Bu Rasti bergegas memasuki kamar dan membanting pintu. Yuda mendengus lirih, lalu pergi ke kamar. Ruangan besar itu tampak hampa dan sepi. Yuda tercekat, ketika melihat tempat tidur yang sudah rapi.Tidak ada kehidupan lain di kamar itu seperti sebelumnya. Tidak akan dilihat lagi senyum dan tangis Renata. Yuda menatap lemari pakaian Renata. Sebagian besar baju-baju Renata masih utuh di situ. Rupanya, Renata tidak membawa sepotong pun baju yang dibelikan Yuda. Dia pergi hanya membawa seragam dan benda pribadinya saja.Yuda membuka laci. Buku tabungan, kartu ATM, dan perhiasan pemberian Yuda tidak dibawa Renata. Yuda menelan ludah berat. Menantu yang dituduh tidak tahu diri itu, ternyata meninggalkan semua pemberian suaminya.

"Kalian sama saja! Sama-sama membuatku nelangsa!"Suara Renata serak menahan tangis. Dia takut Yuda semakin dendam padanya dan Darren. Renata menyingkirkan tangan Darren dari perutnya. Tidak ingin bertengkar, Darren kembali duduk. Dia sedikit tahu, mood orang hamil mudah berubah. Darren tidak mau Renata kembali sedih. Dia mengusap kepala Renata dan menciumnya lembut."Baiklah, kalau gitu aku tidur di kamar sebelah. Selamat tidur, Sayang!"Tidak ada jawaban, Darren menarik napas pelan. Sekali lagi diusapnya kepala Renata. Dia beranjak dari kamar, lalu berhenti sejenak di ambang pintu. Ditutupnya pintu dengan hati-hati. Bukan pindah ke kamar sebelah, tetapi Darren justru tiduran di sofa sambil memegang handphone. Ternyata, Darren membeli beberapa pakaian dan keperluan pribadi Renata. Dia menoleh ke arah pintu kamar sambil tersenyum sekilas.Tanpa terasa, Darren ketiduran di sofa, dalam posisi memegang handphone. Tepat tengah malam, suara berisik dari bangunan sebelah mengagetkan Darre