Lonceng kematian berdentang nyaring di telinga Pedang Bayangan, bukan alarm Republik, melainkan detak waktu yang tersisa. Enam puluh detik! Ia harus menyeret Panglima Jae-won, yang tubuhnya terasa kaku dan mati rasa akibat racun Plasma-Zink, seperti menyeret boneka kayu besar yang dipenuhi timbal, melalui koridor Aether yang bergejolak. Saat Pedang Bayangan menarik Jae-won, dinding Aetheric Nullifier di lorong itu meledak dalam percikan energi yang terkontrol, diciptakan oleh Sang Pemahat Angin. Lorong beton itu kini tampak seperti terowongan yang diterangi oleh cahaya kebiruan Aether murni, sebuah jalur yang seharusnya tidak ada di Benteng Hati Serigala. Jae-won terhuyung, Rune-nya, yang nyaris kosong, merasakan sentuhan Aether yang bebas dan liar, sebuah sensasi yang menyakitkan sekaligus menghidupkan. "Jangan gunakan Rune Anda," bisik Pedang Bayangan, suaranya teredam filter, tetapi tegas. "Fokus pada napas. Jendela ini hanya sementara. Kita harus bergerak!" Mereka bergerak mene
Last Updated : 2025-11-17 Read more