/ Sci-Fi / AETHERITH: Perang Planet Astarhea / Chapter 14: Operasi Pahlawan Empat

공유

Chapter 14: Operasi Pahlawan Empat

작가: YRD20
last update 최신 업데이트: 2025-11-15 23:27:16

Gerbang baja terluar Istana Kerajaan Harimau Merah, yang diukir dengan relief harimau bersayap kuno, terbuka dengan raungan berdentum yang jarang terdengar.

Di tengah plaza Istana yang megah, mendaratlah sebuah Dropship Kekaisaran yang dihiasi lambang Phoenix emas berkilauan. Pendaratan ini melanggar setiap protokol keamanan dan menunjukkan keputusasaan, bukan kesombongan.

​Ratu Aruna, mengenakan gaun sutra Kerajaan berwarna merah tua dengan lapisan zirah ringan di bahu, menunggu di Ruang Audiensi. Di meja tengah, terproyeksi holo-map yang menampilkan status genting: Panglima Jae-won tertangkap di Port Alpha Wolf, dan Modul Inti kini terkunci rapat di tangan Presiden Wei Shen.

​Pintu Ruang Audiensi terbuka, dan masuklah Putri Mahkota Akari. Ia mengenakan seragam Kekaisaran berwarna putih keemasan yang sempurna. Meskipun tetap anggun, ketegasan yang rapuh terpancar dari matanya. Ia berjalan ke tengah ruangan.

​"Yang Mulia Ratu Aruna," sapa Akari, suaranya terdengar terkontrol, tanpa na
이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • AETHERITH: Perang Planet Astarhea   Chapter 36: Kemunculan Argentum Dan Tabib Udzhur

    Langit-langit di Level B3 Menara Babelia mulai berderit hebat. Lempengan baja titanium setebal satu meter melengkung seolah ditekan oleh kekuatan raksasa yang tak terlihat. Debu teknologi—butiran logam mikro yang bersinar keperakan—jatuh menghujani ruangan, menciptakan kabut metalik yang menyesakkan napas. Di tengah laboratorium yang berantakan, kolam air raksa setinggi sepuluh meter mendadak mendidih. Cairan berat itu meledak ke atas, lalu memadat membentuk sesosok pemangsa purba: Argentum, sang Naga Mekanis. ​Wujud Argentum adalah perpaduan antara keindahan dan kengerian teknologi. Tubuhnya tidak memiliki bentuk statis; seluruh kulit dan ototnya adalah aliran logam cair perak yang terus berdenyut. Setiap kali ia melangkah, cakar-cakarnya memanjang dan menajam, menciptakan bunyi denting logam yang menyayat telinga saat bersentuhan dengan lantai. Sepasang matanya berupa sensor merah tajam yang menyapu seluruh ruangan dengan ketepatan yang mematikan. ​"Kartika, awas di sampingmu!" t

  • AETHERITH: Perang Planet Astarhea   Chapter 35: Misi Gulungan Terakhir

    Kontras dengan badai pasir yang mengamuk dan puing-puing Menara Babelia yang berserakan di permukaan Gurun Utara, Level B1 Substratum Babelia adalah sebuah mahakarya arsitektur futuristik yang tersembunyi jauh di perut bumi. Begitu kaki melangkah masuk, keheningan yang steril segera menyambut. Ruangan ini tidak mengenal kegelapan; seluruh koridor bermandikan cahaya putih bersih dari panel spektrum luas yang tertanam mulus di langit-langit, menciptakan atmosfer laboratorium yang sangat cerah dan modern. Dinding-dindingnya terbuat dari polimer putih mengilap dengan aksen logam kromium yang memantulkan setiap gerakan seperti cermin yang jernih. ​Di tengah aula utama yang luas, Kapsul Regenerasi Aetherik (KRA) berdiri tegak bagaikan sebuah monumen kehidupan. Cairan regenerasi di dalamnya berdenyut pelan, memancarkan cahaya hijau zamrud yang hangat dan menenangkan. Di dalam tabung kaca yang tebal itu, tubuh Jae-won tampak mengapung dengan tenang, terhubung pada ribuan kabel halus yang men

  • AETHERITH: Perang Planet Astarhea   Chapter 34: Laboratorium Rahasia

    Kontras dengan Gurun Utara Genevivre yang tadinya panas luar biasa, begitu melewati Gerbang Babelia, suhu di dalam kompleks mendadak lenyap, digantikan oleh keheningan total. Rasanya seperti masuk ke dalam ruangan hampa, dindingnya terbuat dari batu hitam monolitik yang dingin dan lembap. ​Tim Aliansi terpincang-pincang masuk, ambruk ke lantai koridor heksagonal yang mengilap, memantulkan cahaya biru redup dari kristal tersembunyi. Ruangan itu berbau ozon, logam dingin, dan esensi mineral purba. ​Prioritas utama mereka hanya satu: Jae-won. Kartika segera mendekat, meminta Enya mengecek kondisi Panglima yang tak sadarkan diri. ​"Racunnya parah sekali," bisik Enya. "Penolakan energi total. Jantungnya berjuang. Kita hanya punya waktu sangat sedikit." ​Ilias Zaire, sang Penjaga Babelia, berdiri tegak di ujung lorong, mengamati. "Anda lolos tes niat. Sekarang buktikan kecepatan. Lab Karantina ini tidak akan menyesuaikan dirinya dengan kelemahan Anda," kata Ilias datar. Kageyama da

  • AETHERITH: Perang Planet Astarhea   Chapter 33: Sang Penjaga Reruntuhan Menara

    Udara di Gurun Genevivre terasa mendidih di bawah tekanan energi yang sangat besar. Jae-won terkapar tak berdaya di balik bebatuan purba; keracunan Aethernya memburuk dengan setiap denyutan kilat biru kobalt dari Badai Aether yang Hidup. Enya dan Kageyama berjuang menjaga formasi, sementara Kartika menggenggam Gulungan Dunia yang berpendar liar.​Tiba-tiba, Badai Aether itu bereaksi. Pusaran awan putih itu menyentak ke atas; tekanan frekuensi Badai memuncak hingga membuat telinga tim berdenging, seolah-olah seluruh atmosfer baru saja berteriak secara internal. Energi tersebut membentuk Pilar Siklon Murni yang menjulang tinggi hingga menembus lapisan awan. Kilat-kilat biru kobalt berputar di sekeliling pilar itu seperti ular yang marah. Suara angin, desisan listrik, dan gemuruh Badai mendadak lenyap, digantikan oleh keheningan total yang terasa lebih mencekik daripada Badai sebelumnya.​Dari pusat Pilar tersebut, di antara cahaya putih kebiruan, seorang pria berbalut syal tebal muncul.

  • AETHERITH: Perang Planet Astarhea   Chapter 32: Perasaan Di Tengah Badai

    Pesawat Angkasa Phoenix Ascendant meluncur dalam keheningan yang dalam, memotong kegelapan di atas Planet Astarhea. Kapal itu adalah mahakarya Kekaisaran Phoenix—sebuah ruang operasi stealth. Di dalamnya, suasana terasa sangat tenang, kontras dengan misi berbahaya yang mereka emban.​Di ruang makan, Chef Zacharia menyajikan hidangan dengan ketelitian yang tenang. Mangkuk-mangkuk Soto Harimau Emas memberikan kehangatan yang menenangkan. Di tengah meja, tersaji Bulgogi Sang Naga yang Kembali, daging panggang yang harum. Di sudut, diletakkan Mie Panjang Umur Giok yang mengilat—sebuah ironi pahit mengingat Ratu Aruna dan Putri Akari kini terbaring koma, menuntut penyembuhan yang segera. Piring-piring kecil berisi irisan tipis Sashimi Bintang Jatuh, elegan dan dingin. Akhirnya, ada Khao Pad Rajin, nasi goreng nanas yang mewah.​Jae-won, Kartika, dan Enya duduk bersama. Di sisi lain meja, Kageyama dan Pedang Bayangan duduk kaku.​"Tujuannya adalah kelangsungan hidup," balas Kartika. "Tabib

  • AETHERITH: Perang Planet Astarhea   Chapter 31: Jalan Menuju Cahaya

    Kecepatan Kumbang melampaui segala sesuatu yang pernah dikendarai Kartika atau Jae-won. Panther besar itu, dengan bulunya yang sehitam malam dan matanya yang memancarkan cahaya hijau stabil, bukanlah sekadar hewan pendamping; ia adalah manifestasi fisik dari Aether yang dikontrol penuh oleh Enya. Mereka melaju di atas atap perumahan padat Kesultanan Omar.​Kumbang meluncur dari atap terakhir dan mendarat dengan mulus di halaman belakang yang gelap milik Penginapan milik Chef Zacharia. Di sana, Chef Zacharia, pemilik penginapan mewah, berdiri menunggu, masih mengenakan celemek koki yang bersih, wajahnya pucat karena ketegangan.​Enya turun dari Kumbang. Risa melompat dan langsung berlari ke pelukan ayahnya. Chef Zacharia dengan cepat membawa putrinya ke ruang penyimpanan yang remang-remang.​Setelah isak tangis yang singkat, Jae-won mendesak. “Anda harus bergerak sekarang. Setiap detik yang kita habiskan di sini adalah risiko.”​Zacharia melepaskan pelukannya, mengambil kotak Gulungan

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status