All Chapters of Pembalasan Istri Sah: Identitas Tersembunyi Rani : Chapter 11 - Chapter 20

Keesokan harinya, Rani menceritakan apa yang terjadi semalam kepada Raline. Raline merasa tidak begitu suka dengan Tedi, karena menurut Raline, Rani itu bisa mendapatkan laki-laki yang kaya dan tampan, tidak perlu repot-repot meladeni laki-laki seperti itu. "Gue kurang setuju kalau lu deket sama dia, kayaknya dia bukan cowok baik deh." Ucap Raline menyampaikan pendapatnya. "Ya gue gak tahu dia baik apa enggak, tapi dia emang udah nyelametin gue pas diganggu sama cowok gak jelas di gang depan." Jelas Rani. "Bisa aja kan itu suruhan nya dia sendiri, kaya di sinetron gitu." Tebak Raline kali ini. "Hidup lu terlalu banyak ngehalu, emangnya lu pikir dia lagi syuting FTV apa?" Rani merasa, jika tebakan Raline kali ini begitu tidak masuk akal. Raline terdiam untuk beberapa saat, dia berpikir kalau sahabatnya itu sudah mulai melunak, dan mau dekat dengan laki-laki. Tapi kenapa harus dengan laki-laki yang jauh level nya di bawah Rani. Padahal, banyak sekali anak orang kaya yang mengejar

Setelah beberapa lama Rani berbicara dengan Tedi, akhirnya Rani memutuskan untuk menerima Tedi sebagai teman. Dia tidak ingin menyakitinya lagi, mungkin dengan begini dia bisa menjadi lebih baik. Tapi itu merupakan harapan besar untuk Tedi, dia merasa telah mendapatkan kesempatan ke dua. Rani pamit pulang, kepada Tedi juga orang tuanya. Dengan mengendarai motor maticnya, Rani meninggalkan rumah tempat tinggal Tedi. Tedi, merasa sangat berbunga-bunga karena telah dijenguk oleh pujaan hatinya. Dia yakin, jika suatu saat Rani akan luluh dengan perjuangan nya. "Bu, aku mau berobat. Aku mau sehat dan kembali seperti dulu lagi." Ucapnya bersemangat. "Iya, alhamdulillah kalau kamu mau berobat. Ibu seneng dengernya." Ucap ibunya sedikit berkaca-kaca. Kekuatan cinta Tedi memang luar biasa, dia tahu kalau anaknya itu, hanya mau sembuh untuk Rani, perempuan cantik nan rupawan yang baru saja menjenguk putranya. Ibunda Tedi, yang bernama Bu Nining, langsung merasa jatuh hati saat per

Hari senin ini, adalah awal dari kehidupan baru bagi Rani. Dia memutuskan untuk kembali ke rumah yang di tinggalkan orang tuanya. Dia tidak ingin ditemukan oleh Tedi untuk sekarang ini, dia hanya ingin hidup tenang saja. Rumah yang sudah lama tidak di tempati, tapi selalu terjaga kebersihannya. Rani membayar orang untuk selalu merawat rumah itu, dia tidak membiarkan rumah orang tuanya kotor atau terbengkalai. 'Aaah, akhirnya aku bisa menikmati hidup, seperti gadis lajang lagi. Tidak perlu mengurus rumah, juga tidak perlu capek-capek untuk masak.' Rani melemparkan dirinya ke atas sofa. Dia berbaring, dan menikmati kesendiriannya. Untuk beberapa saat, dia memang tersenyum dan merasa bebas. Tapi setelahnya, dia menangis dan meneteskan air matanya lagi. 'Bunda, Ayah, aku gak kuat kalau harus sendirian di sini. Kenapa kalian berdua gak bawa aku saja sekalian? Hiks hiks hiks..' Tangisan yang dia tahan, akhirnya keluar juga. Rasanya begitu sesak, saat kita harus menahan s

Hari senin begitu melelahkan. Rani berniat lembur untuk membereskan semua pekerjaan nya. Pukul lima sore, waktunya semua karyawan pulang. Maira bersiap-siap untuk pulang, tapi dia menunggu Rani keluar dari ruangan nya. Setelah lima belas menit berlalu, Rani tidak juga keluar dari kantornya. Maira berinisiatif untuk masuk ke dalam, dan menanyakan apakah masih ada pekerjaan yang harus dia kerjakan. Karena sebagai seorang asisten, dia harus siap kapanpun jika diberikan tugas oleh bos nya. "Maaf bu, apa masih ada yang harus saya kerjakan?" Tanya Maira. Rani menoleh ke sumber suara dan menjawab "kamu pulang duluan saja, sudah tidak ada yang perlu kamu kerjakan." "Baiklah kalau begitu bu, saya izin pulang duluan, selamat sore." Pamit Maira. "Ya silahkan, selamat sore." Rani kembali fokus pada pekerjaan nya, dia benar-benar ingin segera menyelesaikan semuanya. Jika sudah ada perusahaan yang dia pilih, maka dia akan segera menghubungi mereka dan meminta mereka untuk bernegosiasi

Rani merasa telinga nya terasa panas, mungkin ada orang yang sedang membicarakan nya. Rasanya tidak nyaman sama sekali, dia melihat ke arah cermin, dan telinganya sangat merah. "Sebenarnya siapa sih yang ngomongin, sampai kuping kaya udang rebus begini?" Konon, jika telinga kita panas dan merah, maka ada yang sedang membicarakan kita. Entah itu hanya mitos atau memang fakta, karena itulah yang Rani percaya selama ini. Sore itu Rani masih disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan, semakin hari semakin sibuk pula dia. Desain yang sudah dia kerjakan, sudah lumayan banyak. Selain menjadi pemilik perusahaan, Rani juga sebagai designer utama di perusahaan nya. Ada beberapa designer yang dia pekerjakan di perusahaan nya tersebut. Tapi tetap saja, kadang kala para kolega, meminta jika Rani lah yang mendesign semuanya. Jika hanya untuk perusahaan lokal, masih bisa menggunakan desain dari karyawan nya. Tapi jika untuk brand ternama, dan juga perusahaan luar, dialah yang turun tangan