All Chapters of Pembalasan Istri Sah: Identitas Tersembunyi Rani : Chapter 31 - Chapter 40

Dua minggu telah berlalu. Rapat kembali digelar di tempat yang sama, kali ini Rani memberanikan diri untuk berkeliling pabrik, dan melihat kinerja para karyawan di sana. Rani masih tetap menggunakan masker dan kacamata hitam, dia masih tidak mau jika harus dikenali oleh kedua orang jahat itu. Saat sedang melihat-lihat di dalam pabrik, Rani tidak sengaja melihat keributan yang cukup mencuri perhatian. Kenapa di dalam pabrik ada yang ribut, apa yang mereka ributkan sampai seperti itu. Rani yang penasaran, bertanya kepada salah satu karyawan yang sedang mengendalikan mesin. "Maaf mas, itu kenapa bisa ribut di tempat kerja ya?" "Oh, itu bu, dia yang sendirian itu, suka merantau orang seenaknya, sekarang temen-temen udah pada gak tahan, jadi pada mau pergi lapor." Jawab nya. Rani berpikir sejenak, apakah orang yang saat itu dia ajak bicara saat si kantin, yang dia berikan saran untuk melaporkan Indi. Dia sebenarnya masih penasaran, tapi Rani harus segera menyelesaikan rapat h

Tari kembali ke rumah dan langsung masuk ke kamar ibu nya. "Bu, mas Tedi nya gak ada di rumah. Nomor telepon nya juga gak bisa dihubungi." Ucap Tari kepada bu Nining. "Mungkin dia lagi ada perlu, biarin aja, gak perlu kamu kasih tahu mas mu itu, ibu jugak tidak apa-apa." Sahut Bu Nining. Tari menggenggam tangan ibu nya. "Lebih baik ibu dirawat saja di rumah sakit ya bu. Di rumah kan tidak ada tenaga kesehatan." Tari tidak tega melihat ibu nya yang terlihat begitu lemas. "Ibu masih kuat, kalau kamu mau kerja kamu tinggal saja ibu. Ibu bisa kok di rumah sendiri." Bu Nining tidak pernah ingin merepotkan anaknya, tapi anaknya lah yang memang tidak tega jika harus meninggalkan ibu yang sedang sakit sendirian. Tari saat ini bekerja juga kuliah, dia ingin seperti mantan kakak iparnya. Perempuan mandiri dan berpendidikan, sehingga dapat lebih percaya diri dan tidak bergantung pada siapapun. "Bu, aku udah ngajuin cuti untuk beberapa hari. Jadi ibu gak usah khawatir soal pekerja

Setelah mereka berhenti menangis, Tari yang melihat wajah Rani yang sembab dan hidung yang merah, dia malah tertawa terbahak-bahak. Rani melihat wajah Tari yang sudah seperti tomat rebus, dia pun tidak tahan menahan tawanya. Akhirnya mereka berdua malah tertawa bersama, sampai seorang petugas medis menegur mereka karena mengganggu pasien. Mereka berdua secara otomatis berhenti tertawa, dan melihat satu sama lain. Bu Nining tersenyum bahagia, melihat anak dan menantunya begitu akur, padahal biasanya seperti musuh bebuyutan saja. "Kamu ngapin ngetawain aku tadi?" Tanya Rani kepada Tari. "Abisnya muka mbak lucu, abis nangis idungnya merah kaya ceri matanya juga bengkak." Tari masih dengan tawa yang ditahan. "Dasar aneh, kamu ngaca sana, kamu sendiri sudah merah semuka-muka. Kayak tomat mateng." Ucap Rani sambil menunjuk pipi Tari. Tari pergi ke kamar mandi dan melihat ke cermin yang ada di sana, benar saja wajahnya merah merona. 'Ah ini sih lebih kayak udang rebus' dalam ha

Semakin hari, semakin banyak pertengkaran antara Tedi dan Indi. Tedi semakin tidak suka dengan perubahan fisik Indi, bukan hanya karena dia yang semakin gemuk, tapi karena pola makan nya yang sudah diluar nalar. Saat makan, Indi tidak akan ingat pada suaminya, bahkan tidak perduli dengan sekitar nya. Tedi sudah berkali-kali menasehati Indi, dan mengajaknya ke dokter agar diketahui penyebab perubahan pola makan nya. Emosinya juga semakin tidak stabil, kadang dia harus bertengkar dengan Indi, hanya karena masalah sepele. Rasa lelah dari tempat kerja, dan juga lelah karena harus menghadapi Indi yang semakin aneh, membuat Tedi mencari pelarian. Dia tidak ingin pulang ke rumah, dan dia selalu menghabiskan waktunya untuk ngopi atau sekedar melamun di sebuah cafe. Hampir setiap hari dia ke sana, dan tidak merasa bosan. Karena di rumah dia malah merasa tersiksa, rumah yang luar biasa berantakan, bau tidak sedap dari sampah makanan, dan sikap Indi yang semakin tidak manusiawi. Tedi s

Sampai di rumah sakit, Tedi membawa beberapa buah kesukaan ibunya. Dia ingin jika ibunya lekas sehat, dan tidak lagi merasa tertekan karena kesalahan yang dia buat. Saat akan sampai di kamar rawat ibunya, dia berpapasan lagi dengan perempuan yang wajahnya mirip dengan Rani. Lagi-lagi, Tedi merasa melihat sosok Rani di dalam bayangan wanita itu. Perempuan itu tersenyum ramah kepada Tedi, dan Tedi pun membalas senyuman nya. Karena merasa penasaran, Tedi mencoba untuk berkenalan dengan perempuan tersebut. "Maaf mbak, sebentar." Ucap Tedi "Iya mas, ada yang perlu saya bantu?" Jawab perempuan yang sedikit mirip Rani. "Boleh saya tahu nama mbak nya?" Tanya Tedi hati-hati, tapi perempuan itu mengerutkan kening nya, dan membuat Tedi merasa sedikit tidak nyaman. "Maaf mbak, saya gak ada maksud lain. Hanya saja, wajah mbak ngingetin saya sama temen saya. Apa mungkin mbak ini saudara nya gitu!" Tedi mencoba menjelaskan. "Oh, nama saya Vira mas. Kalau boleh tahu, mas nya sendiri