All Chapters of Pembalasan Istri Sah: Identitas Tersembunyi Rani : Chapter 21 - Chapter 30

Tedi merasa terkejut, karena suara ibunya terdengar sangat ketakutan, juga ada suara keributan yang terdengar dari telepon itu. "Ada apa bu? Kenapa Ibu ketakutan begitu?" Tanya Tedi kepada Ibunya. "Kamu cepet ke rumah Ibu sekarang! Ibu gak bisa pisahin adik kamu yang lagi berantem, cepet sekarang juga." Lalu sambungan telepon pun terputus. Tedi langsung mengendarai motornya menuju rumah orang tuanya. Dia tidak tahu kenapa Tari bisa bertengkar, dan dengan siapa dia bertengkar. Tapi karena mendengar suara ibunya yang ketakutan, Tedi langsung merasa khawatir, takut jika terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Setelah sepuluh menit berlalu, Tedi sampai di depan rumahnya, Tedi memarkir motornya asal karena sudah terlalu panik, melihat banyak tetangga yang berkerumun di depan rumah nya. Tedi menerobos kerumunan itu dengan tenaga nya, sampai ada seorang ibu yang hampir terjatuh. Tapi Tedi tidak sempat untuk sekedar minta maaf apalagi untuk menolong nya, dia hanya fokus untuk meliha

Keesokan harinya, di hari selasa. Tedi sudah bangun pagi dan bersiap-siap untuk masuk kerja. Dia hanya mengambil cuti selama satu hari saja. Tidak seperti Indi, dia mengajukan cuti selama satu minggu penuh. Indi berpikir, jika setelah menikah, dia akan melakukan bulan madu bersama Tedi. Tapi saat dia melihat Tedi yang sudah bersiap-siap untuk kerja, dia merasa bingung dan bertanya. "Mas, kenapa kamu sudah pakai seragam kerja?" "Ya karen aku mau kerja lah, masa iya aku harus tidur di rumah." Lalu dia juga bertanya kepada Indi "memangnya kamu gak masuk kerja juga?" "Lah mas, kita kan baru menikah. Bukan nya kita harus bulan madu ya? Aku udah minta cuti selama satu minggu loh mas." Ucap Indi ragu-ragu. "Mana ada bulan madu, aku saja cuma cuti satu hari. Gimana bisa buat bulan madu." Tedi berbicara tanpa menoleh ke arah Indi. Indi merasa kecewa, kenapa suaminya itu tidak mengambil cuti lebih lama? Padahal dia sudah sangat memimpikan bisa bulan madu ke Bali atau ke luar negeri.

Bulan madu yang di impikan oleh Indi, kini terwujud juga. Walau bukan ke Bali dan luar negeri, tapi dia sudah sangat senang. Dia tidak pernah sekalipun merasakan yang namanya menginap di Vila, bahkan untuk liburan atau study tour dari sekolah saja, dia tidak mampu untuk membayar biaya nya. Dulu dia sekolah sampai SMA pun, karena dia tidak ingin bernasib sama seperti gadis-gadis di kampungnya, yang harus putus sekolah dan menikah muda demi mahar yang sangat sedikit. Orang tua Indi juga tidak ingin terus hidup miskin dan menderita, mereka ingin anaknya itu bisa bekerja dan menghasilkan uang, dan bahkan bisa pindah dan tinggal di kota. Demi itu semua, mereka rela berhutang ke sana sini, agar anak mereka itu bisa menyelesaikan sekolahnya sampai jenjang SMA, dan akhirnya Indi bisa kerja di pabrik Tekstil. Indi sudah menjadi kebanggan orang tuanya, dia selalu menjadi bahan pembicaraan si kampung nya, karena hanya dia yang bisa kerja di pabrik di kota lain. Apalagi saat Indi mula

Tedi hanya berputar-putar keliling komplek, karena dia bingung harus pergi ke mana. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke rumah orang tua nya. Karena dia benar-benar tidak punya teman untuk mengadukan masalahnya. Sampai di depan rumah orang tua nya, Tedi sedikit ragu, dia berdiam diri cukup lama di atas motor nya. Sampai akhirnya dia memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumah itu, dan dengan mengucapkan salam. "Assalamu'alaikum, bu ini aku Tedi." Pintu di ketuk beberapa kali oleh Tedi, dan akhirnya ada yang membukakan pintu, setelah sepuluh menit berlalu. "Waalaikumsalam, sebentar." Suara Tari yang menyahut dari dalam. Cklek.. Pintu terbuka, dan terlihatlah Tedi dengan wajah murung nya. "Kamu ngapain malam-malm ke sini mas? Memangnya istri baru kamu itu gak ngelarang?" Tanya Tari kepada Tedi. Tedi sebenarnya tidak suka dengan perkataan Tari, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. "Gak ko, aku sengaja aja pengen ketemu Ibu." Jawab Tedi berbohong. "Oh, pengen ketemu Ibu. Kira

Berbulan-bulan berlalu, sikap Indi semakin menjadi-jadi. Kinerja Tedi memang sangat bagus, bahkan membuat para atasan mempromosikan nya untuk menjadi manager. Tapi kelakuan Indi yang semakin tidak terkendali, membuat para karyawan merasa jengah. Mereka beramai-ramai melaporkan sikap Indi yang semena-mena kepada karyawan yang lain. Indi tidak Terima karena mereka ingin melaporkan diri nya. Dia menghadang para karyawan yang berniat untuk melaporkan kelakuannya. "Hei kalian semua, berani ya sama aku. Kalian gak takut dipecat sama suami aku? Dia itu udah mau jadi manager sekarang." Ucap Indi dengn sangat percaya diri. Ada yang merasa takut, dan nyalinya menciut. Tapi ada pula yang sudah bertekad untuk melaporkan, karena sudah tidak tahan lagi diperlakukan seperti budak, oleh orang yang kedudukan nya sama dengan mereka. "Jangan sok berkuasa deh lo, yang jadi atasan itu suami lo, bukan lo nya sendiri. Sok kayak bos, kaya yang punya pabrik aja lu." Ucap salah satu karyawan yang sud