Ketika ia sadar, pagi sudah tiba. Kain itu menghilang, tapi tubuhnya dipenuhi luka memar seperti bekas cekikan. Di meja kecil di sebelah tempat tidur, ada satu mangkuk kecil berisi nasi dan sambal—makanan warung Bu Rini. Di atasnya, ada catatan tulisan tangan:> “Jangan takut. Kau hanya diberi sedikit rasa dari apa yang akan datang.”Diah membanting kertas itu ke lantai. Ia tahu, sesuatu di dalam dirinya sedang berubah. Sejak malam itu, setiap kali mencium bau darah, tubuhnya terasa hangat, dan hatinya berdebar dengan rasa lapar aneh yang tak bisa dijelaskan.Ketika ia melihat dirinya di cermin, matanya bukan lagi mata manusia.Ada semburat merah berkilat di sana.Dan dari dalam dirinya, suara itu tertawa pelan."Kau sudah menjadi wadah yang sempurna, Diah. Kini giliranku keluar..."Diah menjerit, tapi suaranya tenggelam dalam tawa perempuan itu—tawa yang kini keluar dari tenggorokannya sendiri.Di luar kamar, kain merah itu melayang perlahan, menempel di dinding, meninggalkan jejak d
Last Updated : 2025-11-13 Read more