Semua Bab Setelah Berpisah, Aku Tak Terkalahkan: Bab 31 - Bab 40

Saat ini, Nia sudah tidak peduli dengan pertengkaran itu, perutnya terasa semakin sakit. Seolah dikerubuti semut yang tak terhitung jumlahnya!Benar-benar sakit yang tak tertahankan!“Kak, cepat telepon Kakak Ipar. Selama Kakak memohon padanya, Kakak Ipar mungkin akan berubah pikiran.”“Aku sudah minta obat lambung darinya, tapi dia nggak mau kasih!”Wajah Kenny pun memuram, “Kak, itu pasti karena Kakak Ipar sudah tersakiti karenamu! Kamu dan Kakak Ipar baru bercerai, tapi proses perceraiannya masih belum beres. Selama Kakak segera rujuk dengan Kakak Ipar dan nggak cerai dengannya, semua masalah akan terselesaikan! Kak, dengarkan aku, cepat minta maaf dengan Kakak Ipar. Aku yakin Kakak Ipar masih punya perasaan padamu. Semuanya masih belum terlambat sekarang!”“Kenny! Aku nggak mungkin minta maaf! Aku dan Freddy sudah nggak ada hubungan apa-apa lagi!”Ujar Kelly dengan dingin.“Kenny, bisa-bisanya kamu mendorong Kelly kembali ke jurang?! Semua ini salah Freddy! Kalau bukan karena Fredd

Lagipula, jika Freddy tahu dirinya menghilangkan anak, dia pasti akan semakin ingin memperebutkan hak asuh Cindy.“Kakak Ipar punya kemampuan yang besar…”“Kemampuan apa yang dia miliki? Jangan bicarakan itu lagi, aku akan suruh lebih banyak orang untuk mencari.”Perasaan Kelly diliputi kekesalan.Saat ini, di Rumah Sakit Harapan.Dokter Ken berkata, “Bu Vian, Pak Freddy, kondisi Bu Fani sudah stabil, nggak ada masalah serius. Dia bisa keluar dari rumah sakit kapan saja. Kondisi kesehatannya juga sangat baik. Selama dia menjaga emosi yang stabil, nggak akan ada masalah besar.”“Terima kasih, Dokter Ken.”“Sama-sama, Bu Vian. Kalau nggak ada urusan lain, aku pamit dulu.”Setelah mengantar Dokter Ken pergi, Vian berdiri dengan patuh di samping Freddy. Suaranya terdengar agak gugup, “Tante, perkenalkan aku Vian, temannya Freddy. Kamu bisa panggil aku Vian saja.”Wajah Fani sudah tidak begitu pucat. Dia tersenyum pada Vian, tapi masih ada sedikit kekhawatiran di tatapannya.Kondisi kesehat

Toni menggelengkan kepala, “Bu Kelly, khawatir berlebihan bisa merusak semua rencana…”“Kelly, jangan panik, pasti ada solusinya. Tenangkan dulu dirimu.”Ujar Indra menasihati.“Bagaimana mungkin aku nggak panik?!”“Kak, bagaimana kalau hubungi Kakak Ipar saja? Mungkin Kakak Ipar punya cara.”“Nggak boleh! Kalau dia tahu Cindy hilang, dia pasti bisa gila! Aku bahkan nggak punya cara, apa yang bisa dia lakukan?! Jangan menambah masalah!”Kelly menggertakkan giginya dan berkata, “Kelvin, cepat umumkan! Siapapun yang bisa menyelamatkan putriku, akan kuberikan empat puluh miliar!”“Kelly, jangan impulsif…”Indra terkejut. Empat puluh miliar, mana mungkin dirinya rela?!Kelvin juga ragu-ragu, tapi akhirnya tetap mengangguk dan berkata dengan serius, “Aku akan menyuruh orang untuk mengumumkannya.”Toni mengerutkan kening, ingin menghentikan Kelly, tapi dia tahu dirinya tidak akan berhasil.“Bu Kelly, sebaiknya jangan umumkan itu, nggak ada gunanya.”Tiba-tiba, sepasang pria dan wanita berjal

Dia takut Freddy akan menyerangnya juga!Namun, kata-kata pedas Indra dilontarkan, “Freddy! Kamu memang bajingan! Sekarang kamu sudah lihat sendiri Freddy itu orang seperti apa, ‘kan? Bukan hanya nggak bertanggung jawab, emosinya juga nggak stabil dan bisa-bisanya melampiaskan amarah pada wanita! Aku paling benci orang seperti ini!”“Pak Freddy, ini di kantor polisi!”Toni juga marah dan menegurnya.Sabrina yang juga seorang wanita tidak tahan melihatnya. Dia melindungi Kelly di belakangnya, lalu menatap Freddy dengan dingin, “Ada apa denganmu? Kok pukul orang tanpa alasan begitu?!”Freddy mengabaikan orang-orang ini dan berkata dengan serius, “Kalau sampai terjadi sesuatu pada Cindy, aku nggak akan memaafkanmu!”Mendengar kalimat ini, Kelly pun sangat terpuruk. Dia berteriak dengan mata berkaca-kaca, “Kamu pikir aku mau Cindy celana? Kalau bukan karena kamu, Cindy nggak akan celaka! Kamu tahu nggak, saat diculik, Cindy masih memanggil ayah! Kalau bukan karena kamu, mungkinkah Cindy di

Di sepanjang jalan, setiap orang yang mendekati Freddy, semuanya terlempar keluar tanpa terkecuali.Dalam sekejap, belasan orang merintih kesakitan, semuanya tergeletak di lantai.Brak!Freddy menendang pintu vila hingga terbuka, suaranya menggelegar seperti lonceng besar, “Pak Martin, cepat keluar!”“Siapa yang berani begitu ancang di wilayah Geng Towi?!”Seketika, beberapa pria paruh baya dengan aura kuat dan penampilan luar biasa melesat keluar.Pada saat yang sama, seorang pemuda mendorong seorang lelaki tua keluar perlahan.Yang duduk di kursi roda adalah Martin Towi, ketua Geng Towi yang dikenal sebagai Pak Martin.Pemuda di belakangnya adalah Riko Towi, putra Martin.“Pak Martin, lama nggak bertemu.”Freddy tidak gentar dengan para ahli yang kini mengepungnya, matanya menatap Martin dan berbicara.Martin menatap Freddy sejenak, matanya perlahan bersinar dan dengan agak terkejut, dia berkata, “Kamu… Pak Freddy?”“Nggak kusangka Pak Martin masih mengingatku. Kalau dihitung, kita s