Rogue Strife is a normal 18 year old who lived happily with his mother until the Senior year graduation ceremony, a night that changed everything, betrayed by his girlfriend, meeting the queen of devils and his mother sick. Rogue must fight to protect what he holds dear and combat supernatural forces that seeks the power he possessed and lift the curse that was placed upon him and the queen of devils while helping her regain what she had lost.
View More!!! PERHATIAN !!!
(NOVEL TIDAK PLAGIAT DAN TIDAK BERHAK DIPLAGIAT.) . . [Novel Sistem Aura (Infinity) sudah ada versi cetaknya, untuk order bisa cek ke sosial media Imstagrann: @nehulisme] Jilid 1: Konspirasi Penguasa. (TAMAT) Jilid 2: Dunia Ilusi. (TAMAT) Jilid 3: Manipulasi Para Raja. . . ________________________________________________________________________________________________________________________________________________ Menurut beberapa buku-buku sejarah: Dunia ini telah menanggung purifikasi ratusan kali. Binasanya seluruh kaum. Musnahnya peradaban. Hilangnya catatan sejarah. Sakitnya bumi. Struktur planet-planet yang kacau berantakan. Masa apokaliptik telah berlaku. Dahulu kala planet yang hijau dan subur telah rusak oleh peperangan seluruh umat manusia. Masa-masa yang rasanya telah menjadi detik-detik kehancuran total. Akan tetapi, pada planet satu-satunya tersebutlah didapati empat manusia yang selamat dari kepunahan. Tiada lagi yang dapat diperbuat. Seluruhnya sudah rata, binasa, sirna, dan tampak tak berguna. Manakala takdir menuntun mereka secara elusif, pertemuan di antara keempat manusia hanyalah mencetuskan sebuah tanda tanya besar. Apa lagi yang harus dicari? Siapa lagi yang wajib dibunuh? Kaum mana lagi yang pantas digantikan? Sejarah apa lagi yang harus diubah? Ideologi apa lagi yang harus dihapus? Sedang planet ini dan setiap planet atau galaksi di luar sana telah kacau berantakan. Mereka bahkan ragu untuk saling membunuh. Toh, apa gunanya lagi membunuh kalau semuanya sudah diindikasikan akan tamat secara total? Demi menanti kematian, keempat manusia mengisi sisa waktu dengan perbincangan ringan. Membahas segala kekonyolan yang telah terjadi. Memperbincangkan cita, cinta dan kerja. Membicarakan masa lalu yang suram dan bahagia, menaruh harapan pada impian tinggi yang saat ini berakhir kehancuran. Dan lain sebagainya selama berhari-hari tanpa makan, tanpa minum. Tanpa tempat meneduh, hanya langit gelap nan berbintang sebagai hiburan pemandangan, sementara bencana alam berkesinambung tetap terjadi. Manusia bermata hitam, adalah perempuan yang amat pendiam. Bicarakan hal-hal yang amat penting. Tidak terlalu memiliki argumen menarik, namun menurutnya, bintang Fajar di langit sana akan meledak, dan menjadi bintang katai hitam. Manusia bermata ungu, laki-laki yang memiliki kesadaran terhadap siklus revolusi dan evolusi. Mempunyai pengetahuan terhadap sejarah. Pengetahuan sejarah yang selalu menjadi bagiannya secara turun temurun kehidupan. Karena menurut keyakinannya, sejarah adalah ringkasan untuk sebuah bukti kenyataan. Ia pria yang cerewet, banyak bicarakan data dan persepsi. Tidak memercayai adanya kedamaian dunia tanpa dalih peperangan. Sebab baginya, sejarah berdarah tidak pernah akan berkesudahan, itu amat mustahil katanya. Pria berambut putih memiliki keberanian tangguh, pantang menyerah, tanpa pernah jatuh dalam beban keputusasaan. Ia bertahan di sini dengan sebilah pedang berlian, ia hadir dengan darah di sekujur badan. Tak banyak yang dirinya utarakan, hanya satu kalimat penting tidak penting yang disampaikannya: 'Aku hanya ingin memancing ikan lagi.' Wanita bermata merah, adalah satu-satunya tokoh manusia yang memimpin sebuah bangsa. Bangsa yang disebut bangsa Methuselah. Dia kehilangan banyak kawan. Kekasihnya, kaumnya, dan setiap individu yang dikasihinya telah gugur tanpa sisa. Dari beberapa kurun waktu, peristiwa tersebut berkelanjutan. Sebagaimana yang tertuang pada salah satu lembaran-lembaran buku lainnya yang berbunyi: Mata angin Barat adalah di mana sinar kemerahan terbit. Mata angin Timur adalah di mana sinar kebiruan terbit. Mata angin Selatan adalah di mana sinar kehijauan terbit. Mata angin Utara adalah di mana sinar pingai terbit. Mata angin Timur Laut adalah di mana sinar keunguan terbit. Mata angin Barat Laut adalah di mana sinar kecokelatan terbit. Dan tentu saja, mata angin Barat Daya adalah di mana sinar kejinggaan terbit. Sejatinya tidaklah kebetulan mengapa hanya keempat manusia yang selamat dalam masa kehancuran ini. Mereka sudah diselamatkan melalui Sistem yang sukar dideskripsikan umat manusia. Sebuah Sistem unik yang melegalitas kempat manusia ini sebagai empat tokoh terpilih: Empat Kreator Alam Semesta Aura. Namun demikian, hanya tiga manusia yang berkompeten menangkap setiap pendaran sinar elusif dalam empat arah mata angin: Barat, Timur, Selatan dan Utara. Lantaran tidaklah sebagaimana wanita bernetra hitam, yang sanggup menyaksikan seluruh delapan titik arah mata angin yang dipendari cahaya elusif nan magis. Bahkan wanita itu pula yang mendapati satu lagi titik pendaran sinar bernuansa putih gemilang, namun terbilang ganjil serta mengundang tanda tanya besar oleh lantaran tidak turut turun di salah satu penjuru mata angin. Tak pelak, keempat manusia tercengang akan setiap fenomena yang ada. Juga yang tidak kalah mengejutkannya bahwa tidak sedikit pun ketakutan bernaung di antara mereka, justru sebaliknya, hawa aneh nan menarik seakan menyambut tenang segala penjuru mata angin yang terpancar sinar. Hingga begitulah, fenomena tersebut tidak berlangsung lama, secara tiba-tiba ketujuh pendaran mata angin saling berintegral. Berkumpul sebagai satu kesatuan pendaran denyar yang masif. Lantas memecah. Meledak bagaikan 'bigbang'—dalam intensitas rendah tentunya. Secara irasional musnahnya ledakan tersebut memuntahkan empat buah apel yang serta-merta melayang di hadapan keempat manusia. Dan lagi-lagi lewat Sistem yang sukar didefinisikan mereka dititah guna memakan masing-masing satu buah apel tersebut. Hanya satu kesadaran yang mereka rasakan; masing-masing di antara mereka melahap habis buah yang tersaji. Tetapi karenanya, manusia bermata ungu tiba-tiba berceletuk, “Inilah ilmu yang selama ini kita cari. Sejarah yang sengaja dihapuskan. Buah keabadian.” “Atau aku menyebutnya sebagai ... ilmu Aura,” sambung pria berambut putih—dirinya bahkan tidak yakin mengapa ia mesti menakrifkan hal tersebut. ”Kalian mengalaminya?“ selidik wanita bernetra hitam seolah telah merasakan kebugaran tubuh yang paling nikmat di muka bumi ini. Keempat manusia mengalaminya. Mengalami aura magis, yang secara ajaib mengubah segala cara pandang mereka terhadap kehidupan. Sedang tujuh titik sentral aura mereka serentak berpancar cemerlang. Maka Sistem super-canggih itu mendadak saja menurunkan preskripsi kepada ke-Empat Kreator Alam Semesta guna mendirikan kembali suatu peradaban baru. Peradaban dengan era yang lebih berkualitas. Peradaban hebat dan era yang mereka legalisasi sebagai … Era Aura. Keempat manusia menanggungnya. Garis takdir telah menentukan. Mereka tidak dapat mengelak. Tidak ada alasan tepat untuk menolak. Lewat alam bawah sadar, mereka telah dirancang sedemikian rupa. Empat Kreator Alam Semesta Aura mulai mengimplementasikan setiap mandat. Lewat Aura Biru tanah dihamparkan. Lewat Aura Hijau udara disterilisasi. Lewat Aura Merah lumpur dididihkan. Lewat Aura Pingai lautan dibekukan. Lewat bermacam jenis warna Aura lainnya bumi dan planet-planet direkonstruksi. Keempat Kreator Alam Semesta kemudian dititah untuk melahirkan keturunan-keturunan baru. Itu mudah bagi mereka. Keturunan-keturunan dari ke-Empat Kreator Alam Semesta akhirnya terlahir ke bumi. Terus kumulatif seiring waktu dan generasi. Dengan demikian pula, telah lahir manusia-manusia unik, yang berbeda dari kaum-kaum sebelumnya. Ilmu Aura secara alamiah telah menurun pada anak cucu ke-Empat Kreator Alam Semesta—para pewaris Aura. Dan secara inkremental, terbentuklah peradaban baru. Mulai dari: Pewaris Aura Hijau serta Aura Biru mempunyai kapabilitas mengendalikan hewan-hewan. Seperti jenis unggas, predator dan sebangsanya. Mereka tinggal di benua Barat. Penguasa benua Barat. Pewaris Aura Merah berkapabilitas mengendalikan lava, serta Aura Pingai mempunyai kapabilitas yang mampu mengendalikan es. Mereka tinggal di benua Selatan. Penguasa benua Selatan. Pewaris Aura Sian berkapabilitas memanifestasikan petir. Pewaris Aura jingga mempunyai kapabilitas memanifestasikan listrik. Tinggal di benua Utara. Penguasa benua Utara. Pewaris Aura Cokelat berkapabilitas mengendalikan aspek botani. Pewaris Aura Kelabu berkapabilitas memanifestasikan aspek halusinasi. Mereka tinggal di benua Timur. Penguasa benua Timur. Sedang manusia biasa yang bukanlah apa-apa, tetap cukup utilitas dalam tujuan politik. Akan tetapi, digenerasi ke 24 tanpa alasan yang jelas ke-Empat Kreator Alam Semesta mendadak hilang dari panggung dunia. Dan hanya satu kalimat dalam kitab Purnawarna yang mengonfirmasi alasan ke-Empat Kreator Alam Semesta itu menghilang: 'Tidak dapat terelakan, tidak sanggup diabaikan. Kami—Empat Kreator Alam Semesta Aura—harus bersembunyi pula dari panggung dunia. Menyelia dari dimensi tak tergapai. Menunggu isyarat akhir. Demi menghindari kecintaan yang mencetuskan dendam.' . . . . . . ________________________________________________________________________________________________________________________________________________ {Halo teman-teman, bagi yang penasaran dengan fakta-fakta unik dan nyeleneh dari Sistem Aura Infinity—mulai dari fakta ide, konsep, misteri, tokoh-tokohnya, hingga worldbuilding dan lain-lain— teman-teman dapat mengunjungi akun Itagram kami, dengan nama: Nehuselah.} Terima Kasih. Dan semoga bermanfaat. (Hak cipta dilindungi undang-undang no 28 tahun 2014.)Light showed itself at the end of the tunnel, Rogue spent time looking for the exit but at long last he had managed to leave his subconscious. When he opened his eyes, they were resilient, beaming with power and it was then he finally understood why he needed to subdue those two. As the bearer of bad news, Ein's willow hovered close to him and gave him a message that infuriated Rogue to the brim. “Your daughter is gone and your wife has been placed in a suspended Animation.” Rogue’s eyes dangerously narrowed and his borrows furrowed, veins emerged on his hands and Metaphysical Essence erupted from the pores on his body. “Who took her?” His question was subtle and had a dangerous lingering tone at the end of it. “Chronos emissaries, conquest and Death.” Without further notice, Rogue flashed out of existence. He teleported from the sanctuary and appeared in his residence premises in Tokyo. When he appeared, many people were already at the scene includin
Rogue stirred awake. His head was whirling around, he got up from the bed and held his head. “What happened?” his memory was foggy, he could remember glimpses of what had happened but it wasn't that concise.“You got your ass kicked.” Vinshi replied from the door folding his arms. He strode to Rogue's bed side and sat on the chair that was in front of Rogue.“As much as I hate to admit it, your father was right. You aren't strong to a point of being able to fight Chronos much less his emissaries, you lack power Rogue and if I were you, I'd take his suggestion.” Vinshi enunciated, his words hitting Rogue like a pile of bricks.Rogue knew he was weak even with his versatile repertoire of abilities. He leaned his head back and sighed deeply, then looked at Vinshi again. “Do you think I can defeat them?”Vinshi sighed as well, to be frank he didn't think Rogue at this stage could defeat any of the emissari
The whole house immediately quieted down. As if the sovereigns were not enough now another legion could possibly be knocking on their doorstep, Rogue nodded and folded his hands leaning back into the chair he was sitting on. “So father, how strong is Chronos according to you? Could I beat him at my current level?” He asked, eyes meeting Ein head-on, Rogue wanted to know how far he could take Chronos before defeating him.Ein listened tentatively and as soon as Rogue concluded his statement, he shook his head. “You are quite weak even now. Don't get me wrong if you had gathered all the ten keys it might have been a different story but you only got eight or nine if I'm not wrong.”“Then what do I need to do to get stronger? I need the power to protect everything dear to me.” Rogue replied, his face unyielding no emotions. He was prepared to go to hell and back for his family and he would drag everything threatening his fami
Footsteps heavy as a sledgehammer trudged across the countryside of Hiraizumi, the winds were fierce and they tossed every granule of sand asunder. “Seraphine,” vocals belonging to a man reverberated in the atmosphere, blending in nicely with the ambiance. His silhouette emerged from the obstructing cliff and he took a stand on top of the hill. Dark bristle swayed with the call of mother nature, mystified oculars took in the scenery of the town and a chuckle soon followed after. He was back where he started, after more than ten long years. Seraphine hummed a tune to herself unaware of what was about to occur, she paused as she grabbed the plate and looked at the ceiling above, “I miss my son.” she whispered to the air and her eyes dropped a bit, expressing the sadness that was digging a tunnel inside her heart. Day in and day out her son was fighting against the forces that were out to end his life. Unbeknownst to her, a tear slipped down the right side of her face, she went
Rogue grinned as he heard that roar, he raised his hand and a key manifested on it before it was absorbed into his entity relishing in the grace of the power it unlocked and returned to him. The satisfaction of being partially whole again made him antsy, and he couldn't wait to use his power, starting with the abominations forged by Azathoth. His middle finger and thumb touched and with a snap, Rogue utilized an advanced reality warping ability along with Omni nullification and he immediately wiped all the forces from existence leaving only him and Azathoth facing one another.Azathoth seeing how Rogue easily dismantled Nave and his creations, knew that he was not a foe to be truffled with and taken lightly. According to his observation Rogue was on par with the Ymir and THE HEADLESS HORSEMEN, that Chronos kept by his side. Giving half into this fight would only endanger him, as such he had a choice and he chose to go all out, destroy everything in his path just to dest
Rogue's morphed eyes did not falter as he stared at the pooling abominations, it seemed as if Azathoth wanted to make a grand entrance, Rogue did nothing to stop that. After all, a father must honor his child's stupidity. He pocketed his hands, sighed and looked back at a bruised and battered Nave with a sophisticated grin. The chess pieces were already at play, and he was a single move away from checkmate. As such he wanted to savour the victory, even if it meant he should allow the idiocity to continue.Nave seeing the composed look on Rogue regardless of how many he faced at the moment, started to feel a sense of unease and become angry... What gave him the right to act all smug before them, he and Azathoth were most notorious deities ever to exist and this beat was looking down on them. “You dare look down upon us as if you have attained victory?”Rogue nodded, showing Nave that he was positive that he had victory in his grasp. “Yes, I do. Now the
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments