Share

9). Amarah Zeus

Zeus terbang diatas awan dengan sepasang sayap besarnya yang berwarna gelap.

Pria iblis itu lalu turun dan segera mendaratkan sepasang kakinya di tepi lautan yang membentang luas.

Tanpa dipanggil, seekor mermaid perempuan muncul dari dalam air dan tersenyum lebar ketika melihat Zeus berkunjung ke lautan tengah malam.

Emerald berenang mendekat hingga tubuhnya terdampar ditepian laut.

Gadis bersurai coklat itu kemudian berdiri lalu menunduk hormat dihadapan Zeus dengan tubuh manusianya.

"Apa yang membuat Yang Mulia penguasa kegelapan sampai jauh-jauh datang kemari? Apakah anda ingin mendapatkan pelayanan dari saya lagi, Yang Mulia Zeus?"

Zeus menatap Emerald dengan tatapan mata nyalang menghunus tajam.

"Dimana Rajamu?"

"Apa yang Anda inginkan?"

"Aku ingin membunuhnya."

Kepala Emerald tertunduk gugup. 

Aura hitam yang terpancar dalam kemarahan Zeus terlampau kuat membuat gadis setengah duyung itu tidak bisa mengangkat kepalanya untuk menggoda seperti biasa.

"Raja Darius sedang tidak berada di Istana bawah laut, Yang Mulia. Saat ini tahta kerajaan laut sedang kosong karena Raja Darius masih belum kembali."

"Apa kau mencoba membohongiku Emerald."

Emerald segera bersimpuh dibawah kaki Zeus.

"Mohon ampun Yang Mulia. Sumpah atas nama Anda, Raja Darius benar-benar menghilang sejak seminggu yang lalu. Semua makhluk dilautan sudah dikerahkan untuk mencarinya diseluruh perairan di muka bumi ini, namun tidak ditemukan sama sekali batang hidungnya."

Iris mata Zeus berkilat-kilat merah. Pria itu menggeram kesal dan memilih mengepakkan kembali sepasang sayap besarnya terbang keatas langit.

Meninggalkan Emerald yang sudah jatuh pingsan secara tiba-tiba setelah kepergiannya. 

Zeus pergi dengan suasana hati yang begitu buruk.

Bahkan dalam perjalanannya, Zeus menghancurkan hutan dan membunuh semua binatang yang terbang melewatinya.

Pria itu mengamuk dalam amarah, merasa butuh pelampiasan untuk meluapkan emosi dalam dadanya.

Hutan yang terbakar ketika kakinya melangkah turun membuat berberapa makhluk keluar dari persembunyian mereka, lalu bersujud ketika melndapati Zeus yang ternyata berdiri dihadapan mereka.

Para siluman memohon ampunan karena sempat melakukan penyerangan.

"Jika ada yang melihat Darius, bawa makhluk kotor itu kehadapanku hidup-hidup!"

Perintahnya pada semua makhluk disana.

Zeus kemudian menghilang dalam sekejap dan membuat semua makhluk disana saling berpandangan dengan ekspresi wajah kalut.

Raja Darius adalah penguasa lautan, sama-sama keturunan lucifer dan merupakan musuh terbesar Zeus.

***

Hera duduk menunggu di aula utama. Semua orang juga berada disana, menunggu kedatangan Zeus yang masih belum kembali hingga larut tengah malam.

Enrico yang mendapatkan kabar bahwa Zeus sedang mengamuk di hutan bagian selatan segera mengambil sikap waspada, merasa was-was karena kemungkinan besar Zeus akan kembali masih dengan amarahnya.

Enrico berusaha mengantisipasi hal tak terduga yang bisa saja terjadi malam ini.

"Yang mulia!"

Hera tiba-tiba bangkit dari duduknya, gadis buta itu melangkah pelan dengan bantuan Ana ketika merasakan kedatangan Zeus yang masuk dari arah pintu kastil.

Ana tiba-tiba berhenti melangkah ketika merasakan aura hitam yang mengelilingi Zeus.

Hera yang turut merasakan hal serupa perlahan melepaskan pegangan tangan Anastasya dan memilih melangkah sendirian dengan hati-hati.

Semua orang yang melihat kedatangan Zeus langsung menundukan kepala mereka dan berbaris rapi.

Enrico segera menarik Ana menjauh ketika merasakan kemarahan dari tuannya itu.

"Yang Mulia."

Hera mengangkat tangannya, meraba-raba dan berusaha mencari keberadaan Zeus. Namun, tanpa disangka gadis itu malah mendapatkan tepisan kasar yang tidak terduga.

Semua orang sampai terkesiap ketika melihat tubuh Hera yang telempar jatuh keatas tanah hingga kedua telapak tangannya terluka.

Marrine dan beberapa pelayan secara spontan ingin mendekat, namun kembali urung ketika Zeus mengeluarkan nada geram dari nada suaranya.

"Jangan menyentuhku!" Sentak iblis itu kasar.

Hera meringis nyeri ketika merasakan telapak tangannya yang perih.

Gadis itu merasakan kakinya juga terkilir.

Namun tidak membuat Hera patah semangat dan tetap berdiri dengan bantuan diri sendiri.

Hera segera menundukan kepala ketika menyadari Zeus yang sedang dilingkupi kabut emosi.

"Maafkan saya Yang Mulia. Saya hanya mengkhawatirkan anda."

Zeus hanya menatap sekilas lalu kembali melangkah melewati Hera dan melewati semua makhluk yang tengah menunggu kedatangannya.

Zeus lalu menatap Enrico yang berdiri tepat didepan pasangannya, berusaha menyembunyikan Anastastya dibalik punggungnya yang merupakan seorang manusia biasa.

"Bawakan satu tumbal untukku. Jika tidak, gadismu itu yang akan kuhabisi." Secara naluriah, Enrico menggeram karena merasa nyawa Anastasya terancam.

Pria itu menunduk meski dengan kedua tangan yang memegang erat lengan Ana yang masih berdiri tegang dibelakang tubuhnya.

Hera menelan ludah susah payah, merinding dengan tubuh gemetar ketika mendengar suara Zeus.

Tubuhnya hampir jatuh kembali saat Zeus menghilang meninggalkan pelataran Istana.

Marrine dan semua pelayan bergegas mendekati Hera untuk membersihkan luka lecet dikedua telapak tangannya dan membawa gadis itu menuju kamar dilantai atas menggunakan portal. 

Sementara Ana masih terdiam kaku dengan tubuh gemetar ditempatnya.

"Apakah Yang Mulia Zeus benar-benar akan memakanku?"

"Aku harus berburu manusia untuknya, pergilah ke kamarmu Ana."

"Tapi bagaimana dengan Queen Hera?"

"Ada Marrine dan pelayan Istana Darken yang bersedia membantunya. Aku tidak ingin Zeus hilang kendali dan benar-benar akan memakanmu. Jadi segeralah masuk kedalam kamar sekarang Anastasya."

Ana mengangguk setuju, hingga akhirnya menuruti perintah Enrico.

Semua orang telah masuk kedalam Istana untuk menghadap Zeus yang ingin melakukan rapat dadakan.

Sementara Hera sudah menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang, Marrine sedang mengobati luka Hera menggunakan ramuan obat yang di bawakan para pelayan.

Luka lecet ditangannya berangsur menghilang di detik setelah Marrine meneteskannya.

"Apakah Yang Mulia Raja sering hilang kendali seperti tadi, Marrine?"

Marrine terdiam dengan pikiran menerawang.

Hal seperti tadi, sebenarnya sudah menjadi makanan sehari-hari untuk semua makhluk yang tinggal di Istana Darken ini.

Kemarahan Zeus yang seperti tadi bahkan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kemarahan Zeus yang sebelum- sebelumnya.

Selalu ada nyawa yang melayang jika Zeus tengah murka.

Namun menjelaskan secara detailnya kepada Hera, hanya akan menumbuhkan rasa takut di hati murni ratu baru mereka itu.

Marrine berharap banyak pada sosok Hera yang mungkin bisa menjadi penenang bagi kemarahan sang penguasa kegelapan itu.

"Anda tidak perlu khawatir, Yang Mulia Ratu. Raja tidak akan melukai Anda. Karena jika itu sampai terjadi, itu sama saja dengan Yang Mulia Zeus melukai dirinya sendiri."

Hera terdiam, gadis itu tanpa sadar meremas selimut tebal yang menutupi sebatas pinggangnya.

Setelah menghela napas dan berusaha menormalkan degup jantungnya sendiri, pada akhirnya gadis itu memutuskan untuk tidur.

Marrine segera meminta semua pelayan keluar dan menutup pintu kamar membiarkan Hera menenangkan diri.

Meski dalam benak Marrine, wanita separuh baya itu merasa khawatir pada Hera yang pasti sedang meragukan dirinya sendiri perihal akankah dia bisa menjadi pawang dari sang penguasa kegelapan sekuat Zeus.

Marrine menutup pintu dengan hati-hati.

"Tidak mudah berburu manusia ditengah malam begini."

Marrine tersentak kaget ketika suara Enrico tiba-tiba terdengar ditelinganya.

Wanita itu menatap Enrico yang sedang duduk di pembatas anak tangga, sambil melipat kedua tangan didepan dada.

Marrine segera menyapa Enrico dengan kepala tertunduk hormat.

"Apakah anda sudah mendapatkan tumbal yang Raja minta, Tuan Enrico?"

Enrico tersenyum kecut.

"Awalnya, aku berpikir untuk menculik Luna Goldenmoonpack saja. Namun mengingat Ratu Hera sangat menyayangi kakak iparnya itu, pada akhirnya aku memutuskan untuk menculik seorang manusia yang sedang berkemah di hutan bagian timur."

Marrine berdoa dalam hati, semoga manusia yang menjadi tumbal malam ini masuk surga dan ditempatkan di tempat yang layak.

Mengingat siksaannya malam ini sungguh miris, Marrine yakin kali ini Zeus bukan hanya menghisap darahnya, melainkan juga menikmati tubuh manusia itu seperti malam yang sebelum-sebelummya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
astrokitty unye
nice........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status