Malam ini, Alif sengaja mendatangi kost Mala. Rasa rindu pada wanita itu sudah tidak bisa dibendungnya lagi. Berbekal dengan hati yang masih belum pulih sepenuhnya, lelaki tampan itu memasuki pekarangan rumah dan membujuk bibinya untuk memberi izin bertemu dengan Mala.
"Kamu udah makan? Ini aku bawakan sate kacang kesukaanmu. Kamu makan gih!" Alif menyambut kedatangan Mala dengan senyum manis. Bahagia sekali rasanya melihat wanita itu.
"Aku baru aja selesai makan bareng teman-teman. Kalau aku makan sate lagi nanti aku jadi gendut lo, Lif."
"Biar aja kamu gendut, aku akan tetap suka?" balas Alif menatap lekat-lekat wajah kekasihnya.
"Nanti kalau aku gendut, kamu tidak suka lagi sama aku. Kamu berpaling pada wanita lain. Kumbang bersayap indah sepertimu akan mudah berpindah ke bunga lain" Mala mengerucutkan bibirnya.
"Itu bukan karakter aku. Tapi, dipikir-pikir, bagus juga kalau kamu gendut, biar lelaki lain tidak ada lagi y
Mala masih gelisah di kamarnya, dari tadi belum dilihatnya Rena muncul di kostan, padahal sudah larut malam. Dia benar-benar tidak sabar ingin menanyakan semua pertanyaan yang bersemayam di otak pada temannya itu. Matanya sudah mulai mengantuk, disamping kelelahan, rasa pusing yang tadi tiba-tiba menyerangnya belum kunjung hilang."Kamu kenapa, Mala. Dari tadi mondar-mandir nggak jelas begitu." Lusi yang baru selesai menunaikan shalat Isya menatap heran sahabatnya itu."Aku sedang menunggu Rena. Aku ingin bicara dengannya.""Ada masalah apa?" tanya Lusi mengerutkan kening.""Bukan masalah apa-apa. Aku tidak berani membicarakan itu padamu sekarang, takutnya nanti aku jadi suuzhon sama orang lain. Makanya aku harus bicara dulu sama Rena. Maaf, ya!""Walau sebenarnya aku sangat penasaran, tapi aku mengerti dan sangat menghormati pendapatmu." Lusi tersenyum lalu berdiri dan mengambil air minum. "Oiya, besok pertandingannya Alif kan?" tany
Mala membuka matanya pelan. Rasa pusing di kepalanya yang masih belum hilang membuatnya meringis. Setelah pupil itu terbuka sempurna, diedarkan tatapan pada ruangan serba putih yang menaunginya, dan didepan pintu masuk, samar, dilihatnya Lusi sedang berbicara dengan dua orang wanita yang sepertinya itu adalah petugas kesehatan."Lusi..." lirih Mala yang langsung mendapat tanggapan dari Lusi dan dua wanita itu."Alhamdulillah... Syukurlah kamu sudah sadar Mala. Kamu pingsan nya lama banget, membuat kami yang ada disini jadi cemas. Barusan petugas UKK berencana mau membawamu ke IGD saja." Lusi membantu Mala yang berusaha untuk duduk."Kalau belum sanggup duduk, berbaring saja dulu, Mala." ujar salah seorang petugas yang menghampiri Mala dan bersiap memasang alat pengukur tensi."Tidak apa-apa, Kak. Aku hanya sedikit pusing." balas Mala sungkan."Sepertinya kamu kelelahan. Terlalu banyak aktivitas tanpa diimbangi dengan ist
Sore ini Alif meminta bertemu dengan Mala di taman dekat kampus. Walau sempat dikecewakan karena ketidak hadirannya dalam pertandingan kemaren, namun rasa rindu pada wanita itu jauh melebihi rasa kecewanya.Dari jauh, tampak Mala berlari kecil menghampiri Alif yang sudah duduk menunggu kedatangannya. Hari ini lelaki itu memakai celana jeans yang dipadukan dengan kaos merah, sangat kontras sekali dengan kulitnya yang putih, membuat lelaki itu semakin tampan. Setelah puas dengan rasa kagumnya, barulah gadis itu mengambil tempat di sebelah kanannya."Lif, aku benar-benar minta maaf, ya. Aku tidak sengaja ingin melewatkan pertandinganmu. Ada hal mendesak yang harus aku lakukan dikampus kemaren, padahal aku sudah bersiap-siap untuk menyusul kelapangan."Gadis itu sengaja berbohong. Dia tidak ingin Alif menjadi cemas jika dia mengatakan yang sebenarnya. Sekarang saja, kondisi tubuhnya masih belum stabil, kadang di saat-saat tertentu rasa pusing akan datang tiba-
Alif mondar mandir tak sabar menunggu kedatangan Reza dibelakang rumahnya. Tadi mereka janjian akan bertemu disini, tapi sudah hampir satu jam menunggu, belum ada tanda-tanda lelaki itu akan datang. Baru saja membuka ponselnya, hendak menghubungi Reza, suara deru motor terdengar memasuki pekarangan depan. Alif yakin, itu adalah orang yang ditunggu-tunggunya. “Akhirnya kamu datang juga, Za. Aku sudah menungggumu sejak satu jam yang lalu. Apa sangat sulit mencari alasan untuk meninggalkan wanita itu?” Alif menyambut kedatangan Reza dengan tatapan sinis. “Wanita mana maksudmu? Bukannya wanita yang sedang kamu bicarakan itu tadi bersamamu?” balas Reza tak kalah sinis. Emosi yang muncul tiba-tiba saat melihat kemesraan Alif dan Mala tadi kembali menyusup kerelung hatinya. Entah kenapa Alif sampai melakukan hal seperti itu, tak ubahnya pagar makan tanaman. Alif menyeringai kecil, “Jangan coba mengalihkan pembicaraan. Kamu pasti tau, yang aku
Rena menatap gelisah pada jam tangannya, pasalnya sudah hampir satu jam dia menunggu Alif, namun lelaki itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Tadi sore, dengan menebalkan muka, dan menguatkan hati jika ditolak, dia memberanikan diri mengajak lelaki itu untuk bertemu malam ini. Dan ternyata,di luar dugaannya, lelaki itu menerima ajakannya.Tadi sore, tanpa sengaja dia menguping pembicaraan Mala dan Lusi. Dari yang didengarnya, ada kemungkinan Alif dan Reza sudah bertemu juga sore tadi untuk mengklarifikasi masalah diantara mereka. Seandainya, Alif meminta Reza mundur, dan ternyata dia bersedia, maka harapannya untuk merebut Alif dari Mala akan hancur. Usaha yang telah dilakukannya selama ini akan menjadi sia-sia.Dia harus segera bertindak. Dia harus mengungkapkan sebuah kebenaran, yang mungkin saja akan merubah cara pandang Alif.Senyuman manis terbit di bibirnya saat dilihatnya orang yang ditunggu-tunggu memasuki kafe tempat mereka janjian
Mala beranjak turun dari angkot yang ditumpanginya saat sudah sampai di pantai. Sudah menjadi rutinitas mereka jalan-jalan di pantai setiap minggu pagi. Namun ada yang beda hari ini, jika biasanya lelaki itu akan menjemputnya, sekarang dia diminta datang sendiri. Entah kejutan apa yang akan diterima dari pacar narsisnya itu hari ini. Suasana pantai tampak sangat ramai, banyak orang yang sengaja berolah raga pagi ketempat ini. Ditengah ramainya orang itu, tidak sulit bagi Mala menemukan dimana lelaki tampan itu duduk, karena itu adalah tempat kesukaan mereka. Tempat yang selalu mereka datangi jika mereka kesini. Setelah puas memandangi lelaki itu dari jauh, barulah gadis itu melangkah mendekat dan segera duduk disampingnya. Hanya itu yang bisa dilakukannya, mengagumi keindahan itu dari jauh. Mengagumi wajah yang terukir sempurna itu dengan menjaga jarak, tanpa boleh melakukan kedekatan fisik yang melewati batas. Walaupun, matanya hampir setiap hari disu
Bian mondar mandir didepan ruangan serba putih itu dengan gelisah. Seseorang yang sedang ada di dalam kamar IGD dan sedang diperiksa oleh dokter itu adalah orang yang sangat dikenalnya. Ya, orang itu adalah Mala. Teman lama sekaligus cinta pertamanya.Bian tak habis pikir, mengapa dia harus menemukan wanita itu dalam kondisi sangat menyedihkan seperti itu. Pingsan di tengah hujan dan tak ada seorang pun yang tadi melihatnya. Mengapa wanita itu begitu bodoh, sudah tahu hujan sangat deras masih juga ditempuh, tanpa alat pelindung diri lagi. Andai saja tidak ada dia, entah bagaimana kondisi gadis itu sekarang.Sebenarnya, hari ini cowok itu berencana mengikuti sebuah acara dirumah wanita yang bersikeras mengaku diri sebagai tunangannya. Katanya ada acara keluarga. Dan entah mengapa, sebenarnya jalan ketempat tujuannya tidak harus melewati pantai, namun hitung-hitung sekalian cuci mata melihat kebiruan pantai, dia memutuskan untuk melewati
Mala memungut kantong plastik bermerek sebuah toko yang sekarang berisi semua pakaian basahnya dibawah ranjang tempat ia berbaring tadi. Rasa malu yang begitu besar kembali menjalar keseluruh tubuhnya mengingat kalau semua pakaian yang melakat ditubuhnya sekarang, adalah pemberian dari Bian.Tak ingin terlalu pusing memikirkan itu, ia kembali melanjutkan memungut kantong plastik itu dan meletakkan di samping tempatnya berdiri, supaya tidak kelupaan nanti saat keluar dari rumah sakit ini. Tubuhnya sudah mendingan, dan tenaganya sudah mulai pulih. Sudah tidak sabaran untuk segera balik ke kamar kost nya dan segela begelung dibawah selimut kesayangannya. Mungkin dengan tidur dan istirahat total kondisinya akan kembali pulih seperti semula. Apa yang dikatakan Bian benar, dia harus bisa menjaga kesehatannya.Bian, lelaki itu sekarang sedang ke kamar mandi, menunaikan panggilan alamnya. Sebenarnya, Mala sudah memintanya untuk pergi karena kond