Khusus dewasa (21+) Sebagai seorang janda yang baru saja kehilangan suami dan bayinya, Ayu merasa kesepian. Ia juga harus siap siaga mengosongkan ASI-nya yang masih mengalir deras ketika dadanya mulai terasa penuh dan sesak. Kejadian tak terduga terjadi saat Ayu ketiduran dan lupa menyalakan lampu rumahnya. Ari—sang kakak ipar yang datang ke rumah Ayu untuk meminta asi, tiba-tiba tergoda oleh tubuh indahnya. "Enak juga rasanya, Yu. Manis!" ucap Ari yang telah berhasil menghabiskan stok asi milik Ayu. Air mata Ayu jatuh berlinangan. Ia menggelengkan kepalanya berkali-kali. Wanita itu tidak pernah menyangka jika Ari setega itu kepadanya. Follow IG author yuk @richmama23_
View More"Aku tidak pernah menyangka. Kalian meninggalkan aku secepat ini."
Ayu memandangi foto kebersamaannya dengan bayi mungil dan sang suami tercinta. Dua bulan yang lalu mereka mangalami kecelakaan dan jasad keduanya belum ditemukan. Hanya Ayu yang masih selamat karena segera dibawa ke rumah sakit oleh seorang lelaki yang menemukannya. Ayu selalu merasa sedih dan kesepian. Setiap malam ia harus tidur sendirian. Tiada pengobat rindu yang menemani hadirnya. Wanita itu masih yakin jika suami dan anaknya masih hidup. "Auh! Sakit sekali." Tiba-tiba Ayu merasakan dadanya yang begitu sesak dan nyeri. Tangannya meraba daster bagian atas yang sudah basah karena ASI-nya masih mengalir deras. Hampir setiap dua jam sekali Ayu harus mengosongkan air susu tersebut dan memasukkannya ke dalam wadah untuk ia jual kepada tetangga yang membutuhkan. Dengan begitu Ayu bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari meski uang yang dimiliki hanya sedikit. Kadang Ayu juga pergi ke sawah untuk memetik sayur-sayuran ataupun buah-buahan hasil tanamannya. Kemudian menjual sayur yang telah matang kepada tetangga yang sudah memesan. "Akhirnya selesai juga. Aku harus menyimpannya di kulkas terlebih dahulu," ucap Ayu setelah berhasil memompa ASI-nya. "Semoga bulan ini biaya listrik tidak naik lagi. Uangku sudah menipis." Ayu mengusap keringat yang membasahi keningnya. Di rumahnya memang tidak ada kipas maupun AC karena memang daerah tempat tinggalnya dekat dengan pegunungan. Wanita itu terlihat resah. Sudah dua hari tidak ada yang datang ke rumahnya untuk membeli asi. Biasanya banyak yang datang untuk memborong beberapa kantong asi sekaligus. Ayu merasakan pusing pada kepalanya. Ia kemudian duduk di kursi panjang dan tidak sengaja ketiduran di sana. Tok! Tok! Tok! Terdengar suara pintu rumah diketuk dari luar. Ayu terperanjat kaget. Ia melihat suasana rumahnya sudah gelap. Lampu-lampu rumah belum ia nyalakan. "Iya, tunggu sebentar!" jawab Ayu berteriak meski belum terdengar suara seseorang yang memanggil namanya. Setelah menyalakan beberapa lampu sekaligus, Ayu segera berjalan menuju pintu rumahnya. Biasanya pintu rumah itu tidak ia kunci. Tetapi hari ini berbeda karena Ayu sedang malas untuk pergi kemana-mana. Dengan perlahan Ayu membuka pintu rumahnya. Ia dapat melihat seorang lelaki yang berdiri di depannya. "Mas Ari?" ucap Ayu heran. Lelaki itu adalah kakak ipar sekaligus mantan pacarnya. Rumah Ari agak jauh di dekat jalan raya sana. Sedangkan rumah Ayu terpencil di dekat sawah-sawah masyarakat Desa Kemuning. "Tumben lampunya baru dinyalain, Yu? Ngapain aja, kamu?" tanya Ari dengan gaya angkuhnya. Sangat berbeda jauh dengan sikap adiknya yang selama ini menjadi suami Ayu. "Eh, iya Mas. Tadi aku ketiduran," jawab Ayu sambil garuk-garuk kepala. "Oh ya, Mas ngapain ke sini?" Sudah lama Ari tidak menemui Ayu semenjak wanita itu menikah dengan adiknya. Hanya Ningsih—istrinya yang kerap kali ke rumah Ayu untuk meminjam uang ataupun meminta makanan. Saat ada kabar tentang kecelakaan mobil Galih pun Ari mendatangi rumah Ayu bersama keluarganya tanpa bertatap muka langsung dengan mantan kekasihnya tersebut. "Itu, mau minta dua kantong asi. Anak Ningsih nangis terus. Asinya masih seret. Katanya kamu punya banyak stok asi di rumah." Ayu mengangguk mengiyakan. "Ya udah masuk dulu Mas, kalau begitu." Meski sungkan Ayu tetap menyuruh lelaki itu untuk masuk. Ia merasa tidak enak hati jika membiarkan kakak iparnya berdiri di luar seorang diri. Ari pun mengangguk saja. Ia berjalan di belakang Ayu. Kemudian duduk di kursi tempat Ayu sedang tidur tadi. "Mau dibuatin minum apa, Mas?" tanya Ayu berbasa-basi. "Tidak usah, Yu. Em ... itu kenapa basah?" tanya Ari sambil melirik ke arah dada adik iparnya. "Eh, ini. Nggak papa kok, Mas. Aku ambilkan dulu asinya di kulkas." Ayu berjalan menuju ke arah dapur. Ia membuka kulkas kecil di depannya. Wanita itu terlihat salah tingkah. "Malu banget rasanya. Aduh, ini udah sesak dan sakit lagi. Sepertinya aku tertidur sangat lama tadi." Ayu mencoba mengibas-ibaskan dasternya yang sangat basah. Namun tiba-tiba wanita itu merasakan sebuah lengan kekar bertengger di pinggangnya lalu memeluknya erat dari belakang. "Yu, kamu kenapa? Sebenarnya aku kangen sama kamu." Seketika Ayu membalikkan tubuhnya. Ia sangat terkejut mendengar penuturan dari mantan pacarnya tersebut. "M-mas? Lepaskan!" Ayu berusaha merenggangkan pelukan Ari. "Aku dengar tadi kamu kesakitan, Yu. Mas bisa meredakannya kok. Mas nggak akan menyakitimu." "Jangan, Mas. Aku ini adikmu, Mas. Tolong lepasin." Ayu menahan rasa nyeri di dadanya. Asinya kembali merembes. "Lihat, Yu. Itu makin basah. Pasti sakit banget 'kan? Ayo, Yu. Mas kasih kenikmatan sama kamu. Udah lama Mas tersiksa karena tidak minta jatah kepada Ningsih." Ayu tidak paham apa yang sedang diucapkan oleh Ari. Tetapi ia tidak mau jika lelaki itu masih saja memaksanya untuk bertindak lebih. "Aku nggak mau, Mas!" bentak Ayu kemudian. Bibirnya bergetar hebat. Selama ini ia tidak pernah memberontak seperti itu kepada siapapun. "Alah, Yu. Jangan sok jual mahal kamu." Ari terbawa emosi. Ia mendorong tubuh Ayu ke lantai. Tidak peduli jika ada yang melihatnya nanti. Lelaki itu sudah sangat menginginkan tubuh adik iparnya. "Yu, kamu tambah cantik aja, sekarang. Sudah lama kita tidak berduaan seperti ini. Apa kamu tidak kangen sama aku?" Lelaki itu membelai pipi mulus milik Ayu. Sudah sangat lama ia tidak dapat lagi menikmati keindahan wajah wanita itu. Ayu menepis tangan Ari. Ia mencoba mengalihkan pandangannya. Sudah cukup lama ia berusaha melupakan Ari. Ia tidak pernah menyangka jika akan dipertemukan lagi dalam keadaan seperti ini. Tak ingin menunda lebih lama lagi, Ari langsung merobek paksa daster milik Ayu yang sudah tipis. Ia kegirangan mendapatkan mainan yang sangat menarik. "Tidak, Mas. Jangan! Ingat dosa, Mas!" Ari tidak mempedulikan ucapan Ayu. Ia segera menenggelamkan wajahnya di antara dua buah padat dan kenyal di hadapannya. Lelaki itu menyedot habis asi yang dimiliki Ayu. "Ahh, sakit Mas! Hentikan!" Ayu masih berusaha mendorong kepala Ari, tetapi tangannya berhasil dicengkeram dengan kuat oleh tangan lelaki itu. "Kamu menikmatinya 'kan, Yu?" Setelah merasa puas, Ari mulai mengangkat kepalanya. Ia pandangi wajah adik iparnya yang memerah. "Enak juga rasanya, Yu. Manis!" ucap Ari yang telah berhasil menghabiskan stok asi milik Ayu. Air mata Ayu jatuh berlinangan. Ia menggelengkan kepalanya berkali-kali. Wanita itu tidak pernah menyangka jika Ari setega itu kepadanya. "Aku udah nggak kuat, Yu. Sebaiknya kita lanjutkan saja permainan ini." Ari menyibak daster Ayu. Hingga paha mulus wanita itu terekspos dengan sempurna. Lelaki itu tersenyum penuh kemenangan. Sudah lama ia menahan diri untuk tidak menyentuh tubuh adik iparnya tersebut.Ayu menggeleng cepat. Ia tidak mungkin memberikan asi yang sudah basi."Itu tidak benar, Bu. Saya selalu memberikan asi yang segar kepada pembeli.""Alah, bohong kamu, Yu. Pokoknya saya akan melaporkan kamu ke polisi."Ari tidak tinggal diam. Ia tetap berusaha untuk membela Ayu."Jangan, Bu. Kita bisa selesaikan hal ini dengan cara baik-baik. Aku yakin Ayu tidak mungkin melakukan hal itu.""Kalau begitu Ayu harus ganti rugi tiga kali lipat!""Baik, Ayu pasti akan memberikan uang itu."Ayu memegang lengan tangan Ari. Ia tidak mungkin menuruti kemauan Bu Ita karena wanita itu tidak salah."Sudahlah, Yu. Daripada nanti kamu masuk penjara.""Ayu sedang tidak ada uang, Mas."Bu Ita masih menatap sinis kepada mereka. Sebenarnya ia hanya menggertak saja."Baiklah. Aku yang akan membayarnya."Lelaki itu mengeluarkan dompetnya dan memberikan sejumlah uang sesuai permintaan Bu Ita."Nah gini, dong. Ini sih baru biaya ganti rugi. Belum biaya tutup mulut atas perselingkuhan kalian."Ayu merasa ke
"Ningsih?" Ari tampak kebingungan. Ia segera mencari alasan agar Ningsih percaya kepadanya."Aku hanya berusaha menenangkan Ayu, Ning. Dia teringat akan Galih dan anaknya."Ari terpaksa berbohong kepada istrinya. Ia tidak mau Ayu dimusuhi dan semakin ditindas oleh Ningsih."Dimas kecelakaan, Mas. Kalian malah asyik berduaan di sini."Ari terkejut dan sangat merasa bersalah. Ia segera mengajak Ningsih dan Ayu untuk melihat kondisi adiknya."Sebaiknya kita segera ke rumah sakit."Ari bergegas keluar dari rumah Ayu. Ia benar-benar khawatir dengan keadaan Dimas.Ningsih memandangi Ayu dengan penuh kebencian. "Benar-benar tidak tahu malu kamu, Ayu.""Bagaimana bisa Dimas sampai kecelakaan Mbak?" tanya Ayu lemah."Dia jadi korban tabrak lari. Dan ini semua gara-gara kamu, Ayu. Jangan pernah muncul di hadapan Dimas lagi!" ancam Ningsih yang terlanjur kesal."Tapi Mbak?" Ayu sayang dengan Dimas. Tidak mungkin ia membiarkan Dimas di rumah sakit tanpa kehadirannya.Ningsih segera menyusul keper
Ayu melepaskan genggaman Ari dengan perlahan. Kemudian ia mulai menyusui Dinda hingga bayi mungil itu tertidur kembali.Ayu memberanikan diri untuk membangunkan Ari. Ia tidak tega melihat lelaki itu tidur dengan posisi yang tidak nyaman."Mas Ari, bangun Mas!"Ari membuka perlahan kedua matanya. Ia merasa bersalah karena ketiduran. Harusnya lelaki itu tetap menjaga Dinda."Ayu? Maaf aku ketiduran.""Sebaiknya Mas tidur di kamar, Mas. Aku bisa kok menjaga Dinda sendirian. Dia sangat pengertian malam ini.""Kamu serius, Yu?"Ayu mengangguk dengan pasti. Ia tidak nyaman jika satu kamar dengan kakak iparnya sendiri.Ari pun menurut saja. Ia pergi ke kamarnya sendiri untuk tidur. Selama ini Ari dan Ningsih selalu tidur dengan posisi saling membelakangi.Ari memang kecewa kepada Ningsih. Wanita itu telah membohonginya. Mengatakan jika Dinda adalah putrinya. Namun kenyataannya tidak seperti itu. Ada seorang lelaki yang mengaku sebagai ayah dari anak yang dilahirkan oleh Ningsih.Pagi-pagi se
Ari menaikkan sebelah alisnya. Ia tidak tahu jika sang adik ipar yang cantik menawan dan seksi itu sedang berada di rumahnya."Yu, kamu kok bisa ada di sini?" Ari semakin mendekati Ayu.Wanita itu hendak berteriak. Tetapi mulutnya segera dibungkam oleh tangan kekar milik Ari."Jangan berteriak, Yu. Nanti kamu akan menyesal.""Tolong jangan apa-apain Ayu, Mas." Wanita itu menunduk pilu. Di pelupuk matanya sudah menggenang air mata yang sekejap saja bisa jatuh jika ia berkedip."Lihatlah, Ayu. Ia sudah menegang gara-gara melihatmu seperti ini. Kamu harus menidurkannya kembali."Ayu mendongakkan kepalanya. Ia menggeleng cepat. Sembari terus memohon kepada kakak iparnya agar melepaskannya."Apa kamu tidak ingat Mas, perbuatan kamu dulu. Kamu tidak mau bertanggung jawab kepadaku. Kamu tega!"Ayu terisak. Ia berusaha menutupi mulutnya agar tidak ketahuan oleh Ningsih. Pasti dirinya akan dianggap sebagai penggoda suami orang."Apa maksud kamu, Yu? Apa benar bayi yang telah kamu lahirkan itu
Lelaki itu hendak memasukkan jemarinya. Namun tiba-tiba ponselnya berdering terus-menerus."Sial! Siapa yang mengganggu, sih!"Ari mengangkat telepon itu. Rupanya panggilan dari Ningsih. Istrinya tersebut marah-marah karena Ari belum juga pulang. Padahal anaknya sudah menangis sejak tadi."Iya, iya, Mas segera pulang. Mas sudah dapat kok, ASI-nya."Ari segera menyambar dua kantong asi dari kulkas Ayu yang masih terbuka sejak tadi."Aku akan datang kembali, Yu. Tunggu saja, nanti malam!" ucap Ari dan berlalu pergi meninggalkan Ayu yang masih terdiam di tempatnya.Wanita itu kemudian menangis sejadi-jadinya. Ia mencoba membetulkan dasternya yang berantakan dan telah sobek."Aku harus segera mandi dan berganti pakaian. Mas Ari benar-benar jahat."Dengan tertatih Ayu beranjak dari tempatnya. Ia berjalan menuju kamar untuk mengambil handuk.Di saat mandi Ayu banyak melamun. Ia takut jika kakak iparnya datang kembali. Ingin sekali wanita itu pergi jauh, tetapi ia tidak tahu harus pergi ke m
"Aku tidak pernah menyangka. Kalian meninggalkan aku secepat ini."Ayu memandangi foto kebersamaannya dengan bayi mungil dan sang suami tercinta.Dua bulan yang lalu mereka mangalami kecelakaan dan jasad keduanya belum ditemukan. Hanya Ayu yang masih selamat karena segera dibawa ke rumah sakit oleh seorang lelaki yang menemukannya.Ayu selalu merasa sedih dan kesepian. Setiap malam ia harus tidur sendirian. Tiada pengobat rindu yang menemani hadirnya. Wanita itu masih yakin jika suami dan anaknya masih hidup."Auh! Sakit sekali."Tiba-tiba Ayu merasakan dadanya yang begitu sesak dan nyeri. Tangannya meraba daster bagian atas yang sudah basah karena ASI-nya masih mengalir deras.Hampir setiap dua jam sekali Ayu harus mengosongkan air susu tersebut dan memasukkannya ke dalam wadah untuk ia jual kepada tetangga yang membutuhkan. Dengan begitu Ayu bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari meski uang yang dimiliki hanya sedikit.Kadang Ayu juga pergi ke sawah untuk memetik sayur-sayuran
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments