Share

Fakta Gadis itu Menarik Bos!

Gelagar Awan, satu dari beberapa pemimpin kelompok kecil yang sering merusuh di wilayah Nusantara. Sepanjang pulau Jayabaya, pulau tertimur Nusantara, menuju Javadwipa, sampai ke barat Daha lalu bagian paling utara yaitu Champa. Masing-masing kelompok tidak saling dikaitkan sebab kerusuhan mereka berbeda.

Jika Gelegar Awan sering disebut raja Brutal, berbeda dengan beberapa pemimpin lainnya. Lebih banyak dari mereka sering bergerilya. Awan itu masokis. Hobinya dibikin sakit. Gaya bertarungnya cenderung menyerang daripada bertahan. Pertanahannya ya dengan serangan. Dia akan terus menyerang dengan jarak dekat hingga musuh kewalahan. Jika menemui orang yang kuat, maka pilihannya hanya bertahan dengan serangan. Siapa yang lebih sabar dan bugarlah yang menang.

Tidak banyak para berandal dan preman yang berani dengannya. Sebab sikapnya yang tak tahu malu dan cukup gila itulah, mereka takut mati hanya dengan sekali bertarung. Apalagi jika Awan sedang sangat bersemangat, membunuh seperti sebuah hobi.

Akan tetapi, tidak banyak dari masyarakat yang menyadari. Bahwa setiap dia merusuh, objek kerugiannya bukan rakyat tak berdosa, tetapi mereka si penghancur negara. Siapa yang tahu? Bos Besar dan setiap kawannya termasuk Awan tidak suka mengumbar kebenaran. Mereka cenderung menyembunyikan sebagai kartu as untuk menghadapi musuh mereka.

Orang yang tidak suka pamer. Lebih misterius dan susah ditebak. Apa yang dilihat, tidak bisa menyimpulkan mana kelemahannya.

Gelegar Awan, dia berjalan cepat di sepanjang lorong. Lorong putih gading yang diterangi cahaya emas menghangatkan. Pualamnya terlihat dingin, tetapi Awan tidak peduli. Jelita baru saja memberi tahu bahwa bos ingin bertemu dengannya.

Ada apa?

Menurut Awan, Bos Besar yang bernama  Cakrawala Dirgantara Amangku Buana tidaklah dingin seperti sikap yang ditunjukan. Jauh di hatinya, Awan yang tumbuh bersama sejak usia 5 tahun itu tahu betul empati yang ditutupi oleh kabut mata dingin. Siapa yang sudah mendapatkan kepercayaan Bos Besar, dia akan mendapatlan seluruh perhatian untuk kebaikan diri dengan cara bos sendiri--cenderung keras dan mengerikan. Yang tidak mengenalnya akan menganggap siksaan, tetapi yang sudah dekat, akan senang. Itulah mengapa Awan menjadi masokis.

Dipanggil Bos, bukannya merasa takut, ia justru dugun-dugun senang dan gelisah. Bukan takut pada hukuman, tetapi cemas. Apakah misinya gagal? Apakah dia memiliki kesalahan? Sudahkah dia mengecewakan orang yang paling penting di hidupnya--Bos Besar?

Atau ....

Dia akan mendapatkan tugas baru

Dtang!

Pintu ruang kotak terbuka sebelum Awan berhenti. Ia tak punya waktu untuk sekedar menunggu barang sepersekian detik. Awan maju dan mendapati bos duduk di belakang kursi kebesarannya.

"Selamat datang Tuan Awan!" sapa jelita yang hanya menampilkan suara.

"Saya di sini, Bos!"

"Aku ingin mendengarmu tentang Amitha Kanyaah!"

Kening Awan mengkerut. Bukan karena pertanyaannya, tetapi permintaannya. Observasi dan analisis bos jauh lebih baik daripada Awan. Apakah dia sedang mengujinya?

Maka Awan harus menampilkan yang terbaik. Dia menuju ke layar di tengah ruang, ada meja. Dia mengklik satu kali dan menyapa singkat pada jelita. Lalu meminta data laporan selama lima belas minggu tentang tahanan nomor 7611. Setelah mendapatkannya, Awan membagikannya kepada Bos.

Awan menunjukan vidio yang dipotong. Pertama kali Amitha Kanyaah bangun dari pingsannya.

"Lihat, pada bagian ini hal yang pertama dilakukan seorang gadis biasa adalah berteriak, menangis, takut, dan bertanya di mana mereka? Terdengar sia-sia tetapi mereka menanyakannya. Namun, berbeda dengan Kanyaah. Gadis itu mengamati setiap detil, berpikir dan menunggu untuk membuktikan analisisnya."

Awan menekan lagi, berganti Vidio. "Romi, dia bawahanku, bertugas memberi makan di tiga hari pertama. Pada penyiksaan selanjutnya saat Romi mengirim makanan dia berujar--"

Suara dari dalam vidio menginterupsi ucapan Awan. Dia membiarkan Bos mendengarkan, "Kenapa pagi ini kalian begitu sibuk menyiksaku? Kamu memberinya racun?"

Gelak tawa terdengar. Kanyaah menganggap semua itu gurauan yang menyebalkan.

Sesendok nasi yang hampir tersuap itu jatuh berantakan sebab kepala Amitha Kanyaah melemparkannya dengan kepala.

"Dia menolak, padahal 6 kali sebelumnya tidak. Dia tahu persis di makanan itu ada yang berbeda. Di sana juga diberi dzat khusus agar Kanyaah kesakitan. Setidaknya itu memberinya kesempatan untuk menjawab jujur. Lalu, gagal!"

"Dalam perkataannya ia juga berujar 'pagi ini' yang membuktikan analisinya tepat. Saat pergantian penyidik esok harinya, dia keheranan dan--"

"Di mana pria bengis yang mesum itu?" tanya Amitha Kanyaah saat ada penyidik berbeda yang masuk. "Mereka menyerah dan memanggil kalian?"

"Bos, ingatannya sangat tajam. Dia bahkan beberapa kali bertanya kepada bawahanku perihal komunikator kita. Dia sempat bertanya pada Jelita meski tahu tak akan pernah dijawab. Dia hapal setiap kali kita ke sana. Saat penyidik hari pertama masuk di bulan ketiga, dia menyapanya sebagai pria mesum."

Awan menyeringai. Dia mengganti layar menuju catatan yang banyak, dia menyerahkannya pada Bos Besar dan berkata, "Bos, menurut Dom dan Wen Ryi. Perempuan itu memiliki konstitusi fisik yang kuat. Tulangnya keras dan bagus. Ototnya bagus. Semuanya tampak sehat. Dari beberapa data yang diperoleh, kecepatan berpikirnya luar biasa. Dia jenius yang cukup mumpuni untuk masuk ke dalam golongan kita."

Bos Besar mengerutkan kening, memandang Awan penuh pertanyaan. Awan hanya sedikit terkekeh, tidak baik menertawakan bos mereka sendiri. Meski terlihat menakutkan, sebenarnya Boslah yang paling tampan.

"Bos begitu perhatian hingga Dom dan Wen Ryi sendiri yang harus menemuinya. Sekarang fisiknya makin kuat. Penyiksaan hampir empat bulan berjalan ini cukup untuk membuatnya sedikit keji. Dia tidak lagi berbelas kasih dan melembut pada semua orang, pengalaman buruknya cukup untuk hidup seorang diri di luar sana."

Bos hanya menjawab dengan deheman salah tingkah.

"Bos, temui dia. Aku tahu kamu tertarik dengannya!"

Cakrawala Dirgantara Amangku Buana hanya menatap dingin pada Gelagar Awan. Awan tak takut, ia terkekeh sekali lagi sebelum berujar, "Biarkan dia menilai,  mana yang baik dan buruk. Anggap saja kita sedang bertaruh. Saat keluar nanti, aku yakin Departemen sialan itu akan menganggunya. Dia memiliki kesempatan untuk memilah dan memilih."

"Secerdas itukah?" tanya Cakrawala datar.

"Ya!" tegas Awan

"Aku ingin menemuinya," putus Cakra cepat.

Awan hanya menyeringai. Dia tahu batul Bos Besarnya tak akan sebaik dan seperhatian itu jika tak tertarik dengan Amitha Kanyaah.

Beberapa tahanan yang tak berguna akan langsung dibunuh atau disiksa tanpa diobati malam harinya. Mereka bisa mati cepat, setiap keputusan Bos adalah benar menurut Awan. Jika menunggu Kanyaah empat bulan dengan memperhatikan kesehatannya. Bos Besar jelas sedang mengujinya.

Awan tahu ini adalah sebuah taruhan besar, sebab Kanyaah mungkin akan membeberkan tentang mereka kepada musuh. Namun, Bos memiliki standar pada setiap keputusan. Jika dia tahu lebih dari 50 persen dalam kemenangannya. Bos akan bertaruh untuk itu.

Awan terlalu mengenalnya. Dia berdiri dan berkata, "Jelita, katakan pada penyidik ruang 7611 untuk tetap di tempatnya. Kali ini, beri Kanyaah kesempatan 30 menit untuk bergurau."

"Jelita mengerti, Tuan."

Tanpa dikomando, pesan teks masuk di komunikator masing-masing penyidik di ruangan Kanyaah.

Awan menelengkan kepala, mengkode Bos Besarnya untuk berjalan segera. Tanpa dikomando mereka berjalan keluar.

Dtang, tanpa harus berhenti pintu sudah terbuka dan tak menghambat perjalanan. Mereka menuju ruangan 7611. Ruangan seorang gadis kuat yang menarik perhatian pemimpin tertinggi organisasi, Cakrawala Dirgantara Amangku Buana.

"Bos memanglah bos, tipe gadisnya di luar nalar," gumam Awan yang dijawab delikan Bosnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status