Chaterine mengurungkan niatnya untuk pergi ke toilet, karna mungkin toilet sebentar lagi akan ramai di gunakan para murid lain nya untuk berganti pakaian karna tidak kebagian tempat di ruang ganti. Chaterine pun akhirnya memilih untuk berjalan jalan di sekitar sekolah sambil menunggu waktu sampai bel masuk berbunyi.
Saat Chaterine hendak menuruni anak tangga dan melewati ruangan kelas 10, Chaterine langsung di tatap oleh para murid yang biasa nya mengejar ngejarnya dari lewat jendela.
Karna tak ingin ketahuan, akhirnya Chaterine pun melarikan diri dan berlari tanpa tau arah hingga sampai ke bagian belakang sekolah.
"Hah.. hah, ternyata aku berlari cukup jauh juga bisa sampai sini. Bisa habis tenaga ku jika sampai anak anak tadi melihatku," kata Chaterine dengan nafas yang terengah engah karna habis berlari.
Chaterine melihat ke sekeliling nya. Tempat bagian belakang sekolah yang sama sekali belum pernah ia lihat semenjak pertama kali datang ke sekolah.
Tempat itu terlihat tidak terawat karna banyak sekali debu dan sarang laba laba yang menempel pada tembok. Kaca kaca yang penuh dengan debu yang menempel, cat tembok yang mulai retak dan terlihat tua membuat sekitar terlihat angker.
Bagian ruangan yang hanya berisi gudang dan beberapa ruangan tak terpakai lainnya itu terlihat sangat sepi tanpa ada satu orang pun yang lewat.
"Aku harus segera kembali ke kelas sebelum bel berbunyi beberapa saat lagi, Ivonna pasti juga akan khawatir nanti nya jika aku tak kunjung kembali" kata Chaterine berfikir.
Saat Chaterine hendak kembali, tiba tiba Chaterine mendengarkan suara dua orang pria yang tengah berbicara dari balik tembok di depan nya.
"Berani berani nya kamu!" teriak seorang pria yang seperti nya sedang marah.
Chaterine mengikuti sumber suara tersebut kemudian melihat sebenarnya apa yang terjadi. Chaterine mengintip dari balik tembok yang menutupi tubuhnya.
Terlihat ada dua orang pria yang tengah berbicara. Pria yang satu nya sedang berdiri tegak dan yang satu nya lagi meringkuk memohon di bawah lantai sambil memegangi kaki pria satunya yang sedang berdiri.
Chaterine berniat untuk melihat sebentar lagi dan mendengarkan apa yang sebenarnya terjadi sebelum nanti melaporkan nya kepada guru BK.
"A.. apa salah ji.. jika aku hanya memberikan hadiah padanya?" kata pria yang di bawah dengan terbata bata.
Melihat dari kondisi nya, Chaterine mengambil kesimpulan bahwa pria yang duduk di lantai itu merupakan korban bully sedangkan yang sedang berdiri itu adalah pelaku bully. Tapi Chaterine masih membiarkan kejadian tersebut karna belum ada tanda tanda kekerasan akan terjadi.
"Tentu saja salah dasar goblok! bukan kah kamu sudah tau jika aku menyukai nya? apa kamu berniat untuk bersaing denganku hah?!" bentak pria yang berdiri.
Karna masih baru pindah belum lama ini, Chaterine tidak mengenali wajah wajah pria yang sedang bercek cok di depan nya itu.
"A.. aku tidak bermaksud! tentu saja, mana mungkin aku berani. A.. aku hanya se.. sekedar ngefans saja dengan nya" kata pria yang di bawah dengan gemetaran.
"Mana mungkin? dasar bajingan ini, padahal kamu memberi nya hadiah terus menerus tiap hari. Kenapa kamu masih mengelak jika menyukai Chaterine?!" teriak pria yang berdiri.
Chaterine langsung kaget setelah mendengar pria yang berdiri itu menyebut kan nama nya. Ia tak menyangka jika pertengkaran dan apa yang terjadi di depan nya pada saat itu adalah karna dirinya.
"Be.. benar! aku ti.. tidak ada maksud lain, a.. aku hanya ngefans saja dengan nya!" bantah pria yang berada di bawah.
"Diam kau dasar bajingan!"
"Plakkk" suara tamparan yang begitu keras.Tangan pria berambut hitam itu pun langsung saja menampar pria yang berada di bawah nya dengan keras hingga berdarah. Entah seberapa kuat nya tangan nya itu, tapi jelas jelas darah sampai keluar dari hidung pria di bawah nya.
Pria di bawahnya itu bertubuh kecil seperti akan hancur jika di pukul. Chaterine yang melihatnya pun jadi tidak tega, sekaligus merasa bersalah. Karna dirinya lah orang yang tidak bersalah sampai harus di tampar seperti itu.
Tak hanya cukup dengan satu tamparan saja, pria berbadan besar itu terus saja melayangkan bogem nya ke lawan yang ada di bawah nya terus menerus hingga babak belur.
Sambil terus memaki maki, pria itu seperti baru akan merasa puas jika lawan nya sampai mati di tangan nya. Apalagi lawan nya hanyalah pria kecil yang ukuran tubuh nya tidak sampai setengah dari ukuran tubuhnya.
Chaterine yang sudah geram itu tak bisa lagi menahan emosi nya, Chaterine dengan berani keluar dari balik tembok tempat nya bersembunyi tadi.
"Hentikan!" teriak Chaterine.
Pandangan dua pria tadi langsung saja teralihkan ke Chaterine, Tubuh mereka seolah jadi mati kaku setelah melihat kedatangan Chaterine.
Pria berbadan besar yang tadi masih meremas kerah seragam lawan nya itu pun kini melepaskan cengkraman tangan nya, "Cha.. Chaterine? be.. benar kah ini kamu?"
"Ya, aku Chaterine!" tegas Chaterine sambil menghampiri mereka berdua.
Pria yang berbadan besar pun langsung mengubah ekspresi wajahnya dan mulai membenarkan rambut dan pakaian nya yang berantakan setelah melihat Chaterine yang mulai berjalan menghampiri nya.
Terlihat jelas sekali dari raut wajahnya, jika dia benar benar menyukai Chaterine. Bahkan mata nya dari tadi terus saja memandang Chaterine yang terlihat sangat menawan tanpa berkedip sekalipun.
"Ehem, per.. perkenal kan aku yusto. Se.. sebenarnya kelas kita lumayan dekat, ta.. tapi karna kamu terus sibuk aku jadi tidak berani mengganggu mu" kata pria berbadan besar sambil mengulurkan tangan nya untuk berkenalan.
Tanpa menghiraukan pria yang sedang mengajak nya bicara, Chaterine justru membungkuk kemudian mengulurkan tangan nya untuk membantu pria yang dari tadi masih duduk di atas lantai.
"Eh?" kata pria yang duduk di atas lantai sambil menatap Chaterine yang tiba tiba mengulurkan tangan padanya dengan heran.
"Maaf, gara gara aku kamu jadi harus begini. Sekarang ayo cepat berdiri, tangan ku lama lama pegal loh?" kata Chaterine sambil tersenyum hangat.
Pria berbadan besar yang masih berada di situ pun merasa sakit hati, bagaimana bisa Chaterine tidak membalas uluran tangan nya dan bahkan menolong pria jelek yang ada di bawah nya.
Pria yang dari tadi masih duduk di lantai pun masih tak percaya dengan apa yang di lihat nya, seorang Chaterine abigail edelgard mengulurkan tangan dan membungkuk hanya untuk membantu nya berdiri?.
*Dukung author dengan cara memberikan subscribe dan riview novel ini.
Di satu sisi, pria tersebut tidak enak hati dengan orang yang berdiri di atas nya. Terlihat dengan sangat jelas sekali jika Yusto menatap nya dengan marah karna Chaterine lebih memilih untuk menolong nya di bandingkan menghiraukan perkataan Yusto. "Ah.. iya," jawab pria tersebut sambil menaruh tangan nya di atas telapak tangan Chaterine. Chaterine membantu pria itu berdiri dengan kedua tangan nya. Tubuh nya yang lemas hingga tak kuat berdiri itu pun sudah terlihat jelas sekali, betapa sakit nya pukulan yang ia terima barusan. "Kamu tidak apa apa?" tanya Chaterine khawatir karna melihat wajah nya yang babak belur. "A.. aku tidak apa apa" jawab nya dengan malu. "Kalau boleh tau, siapa nama mu?" tanya Chaterine. "Na.. namaku Sahid" jawab nya. Tentu saja Sahid merasa malu karna kondisi nya saat ini yang terlihat menyedihkan, apalagi ini pertemuan nya pertama kali secara langsung dengan Chaterine. "Ka.. kamu mengabaikan ku,
"Ji... jika aku pergi ke rumah nya berarti sama saja dengan aku pergi ke rumah presdir Cervan?" kata Sahid dengan dirinya sendiri."Hah, bagaimana ini? aku tidak punya pakaian yang pantas untuk pergi ke sana," ujar nya dengan panik.Sahid lalu turun dari ranjang kemudian mondar mandir berjalan sambil berfikir pakaian apa yang harus ia kenakan nanti sore untuk pergi ke rumah Chaterine."Lebih baik aku cari tau saja tentang gosip soal kediaman Chaterine, kata nya ada banyak sekali pengawal di rumah nya" pikir Sahid dengan keras.****"Tok tok tok" Chaterine mengetuk pintu kelas nya yang tertutup dari luar."Huh, sebenarnya siapa murid yang berkeliaran di jam pelajaran begini lalu mengganggu ku mengajar?" kata bu Aria dengan kesal."Maaf kan saya bu," kata Chaterine."Yah.. memang sudah seharus nya ka
"Bermain?" tanya Chaterine. "I.. iya, rencananya nanti sore kita akan berkumpul di sebuah tempat makan yang baru buka. Aku dengar dari yang lainnya meskipun baru saja buka tapi rasanya enak sekali lo!" kata Artizea dengan penuh semangat. "Ah maaf, kalau nanti sore aku tidak bisa ikut" ucap Chaterine merasa tidak enak. "Ah.. begitu ya, ma.. maaf aku tidak tau" kata Artizea merasa malu karna sudah di tolak. "Tapi lain kali jika kalian ingin mengajakku pergi, katakan saja. Aku pasti akan ikut datang bersama kalian," kata Chaterine sambil tersenyum ramah. "Be.. benarkah?" tanya Artizea dengan mata yang berbinar binar. "Tentu saja," jawab Chaterine dengan hangat. Ekspresi wajah Artizea yang semula muram langsung berubah ceria setelah mendengar perkataan Chaterine barusan. Rasanya harapan Artizea ingin menjadi dekat dengan Chaterine bisa segera terkabulkan. "Ngomong ngomong kamu pulang dengan siapa?" tanya Chaterine basa basi
Akhirnya Felix mengalah dan menuruti tindakan Chaterine yang lebih memilih untuk pulang berdua saja dengannya. Di sepanjang jalan, Felix terus memperhatikan raut wajah Chateirne yang terlihat senang. "Ada apa? apa ada yang aneh dengan wajahku?" tanya Chaterine setelah tau bahwa dari tadi Felix terus mengamati dirinya. "Ah tidak, saya hanya kaget saja melihat nona seperti sedang senang begitu" jawab Felix sambil mengalihkan tatapannya. "Tentu saja aku senang, karna sekarang aku sedang berdua bersamamu" ujar Chaterine sambil tersenyum menghadap ke depan. Perkataan Chaterine barusan membuat Felix salah paham. Wajah Felix jadi memerah setelah mendengar bahwa Chaterine senang bisa berdua saja dengannya. "Jarang jarang aku bisa bebas tanpa pengawalan begini, ya kan?" lanjut Chaterine. Felix yang semula sudah terlalu percaya diri itu pun langsung merasa malu karna salah mengartikan maksud dari ucapan Chaterine. "Tentu saja," jawab Fel
"Hah.. baiklah, kalau itu memang keinginan nona" kata Felix setelah menghela nafas berat. "Terima kasih!" kata Chaterine dengan girang. "Sepertinya di depan sana ada orang yang bisa kita tanyai tentang bengkel di daerah sini," kata Felix sambil melirik arah datangnya sebuah mobil dari kejauhan. Perlahan mobil berwarna hitam itu semakin mendekat pada Felix dan Chaterine yang berhenti di pinggir jalan. Mobil hitam itu pun perlahan lahan berhenti. Seseorang yang duduk di bagian belakang mobil membuka kaca mobilnya dari dalam. Felix pun dengan sigap langsung berdiri di depan Chaterine untuk antisipasi. "Tidak apa apa Felix, aku tau siapa orang ini" kata Chaterine yang bersikap waspada. "Apakah teman anda, nona?" tanya Felix sambil menengok ke Chaterine. "Tidak, aku hanya mengenalnya saja" jawab Chaterine. "Erinn!" teriak seorang anak laki laki yang terlihat seumuran Chaterine dari dalam mobil sambil melambai lambaikan tanga
"Wajah nona yang sedang kesal itu sangat lucu," kata Felix sambil tersenyum lebar. "Bisa bisanya kamu tertawa seperti itu padahal aku sedang kesal seperti ini," kata Chaterine. "Ah, maaf nona. Habisnya saya juga tidak tau kenapa nona sampai marah seperti ini, padahal saya hanya pengawal nona" kata Felix. "Kamu itu bukan hanya sekedar pengawalku saja, menurutku kamu sudah seperti temanku sendiri. Orang orang yang menghinamu sama saja seperti mereka menghinaku," kata Chaterine. "Teman... teman.. ya," gumam Felix. "Apa yang barusan kamu katakan? aku tidak dengar," ujar Chaterine. "Ah, bukan apa apa. Lebih baik sekarang nona menyetir, saya yang akan mendorong mobilnya dari belakang. Kita harus segera cari bengkel dan pulang sebelum sore, pastinya para pengawal yang lain juga sudah mulai gelisah karna nona tak kunjung pulang" kata Felix. "Kita akan mencari bengkel. Tapi, aku juga ikut mendorong mobil denganmu" kata Chaterine sambil
Saat mulai memasuki gerbang pertama dari luar, terlihat ada dua bangunan yang berada di sisi kanan dan kiri pagar menjulang tinggi hingga hampir sama dengan tinggi gerbang.Di bagian luar gerbang, terdapat sebuah bel rahasia yang berbentuk seperti bata dengan warna merah yang sama seperti bagian bangunan lainnya.Karna ini merupakan rahasia, hal ini tentunya hanya diketahui para pekerja atau pegawai yang sudah lama bekerja untuk keluarga Cervan termasuk Felix ia juga mengetahui dan bisa membedakan yang mana yang merupakan bel rahasia diantara batu bata merah lainnya.Akhirnya setelah berjalan cukup lama, Felix sampai depan gerbang pertama. Felix pun membunyikan bel khusus agar para pengawal lainnya segera membukakan gerbang.Yang membedakan bel khusus untuk para pekerja dan untuk para tamu itu adalah suaranya. Bel untuk umum hanyalah bel biasa pada umumnya yang juga terpasang di luar gerbang pertama."Hei, apa yang sudah terjadi? kenapa nona pingsa
"Berjanjilah satu hal padaku dulu," kata Cervan."Duh, sayang. Memangnya ada apa sampai aku harus berjanji dulu?" tanya Riria yang heran."Berjanjilah kamu akan tetap tenang meskipun apa yang akan kukatakan sekarang ini bisa saja membuatmu panik," ujar Cervan."Yasudah, aku berjanji. Cepat katakan, aku masih sibuk ini" kata Riria."Chaterine menghilang," ucap Cervan dengan singkat."Cha... Chaterine menghilang?" kata Riria yang terlonjak kaget."I.. iya," jawab Cervan."Apa maksudmu? putriku satu satunya yang cantik meng... menghilang?" tanya Riria yang masih tidak percaya."Iya," jawab Cervan."Apa apaan ini? bagaimana bisa putriku menghilang? untuk apa kau sampai memperkerjakan puluhan pengawal kalau hanya untuk menjaga satu orang saja mereka tidak bisa?!" kata Riria yang mulai panik."Sayang, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan tenang" ujar Cervan."Mana aku tau kalau yang mau kamu katakan adalah