POV PARALIOAku terus melangkah mendekat, dengan tatapan lekat dan menusuk yang kualamatkan pada wanita yang kini tengah mengandung anakku. Mengapa ia begitu keras kepala dan tidak mau kuatur? Seharusnya dia menerima itikad baikku untuk bertanggung jawab. Bukan mencari pria lain yang bersedia menafkahi hidupnya dan anakku. "Stop disitu Kian! Jangan dekati gue!""Aku tahu aku salah. Aku tahu aku sangat salah. Menelantarkan kalian selama ini tanpa tahu apapun. Tapi bukan berarti kamu bisa nolak pertanggungjawaban dariku. Jangan paksa aku kembali berubah jadi laki-laki brengsek karena kamu nggak nurut Sha."Langkah mundurnya dengan wajah ketakutan menjadi pemandangan yang begitu menyenangkan bagiku. Aku sangat menikmati detik-detik dimana korbanku sebentar lagi berada dalam genggamanku.Hingga punggungnya menyentuh tembok. Saat Sasha akan bergerak menjauh, aku segera memenjara tubuhnya dengan kedua tanganku berada di sisi kanan kirinya. Tubuhku pun sengaja kudekatkan tanpa menyentuh pe
POV PARALIOSasha terus bergerak ingin melepaskan diri dari dekapanku. Tapi hanya sebuah gerakan tidak bertenaga. Karena tenaganya telah terkuras habis oleh amarah yang sejak tadi dialamatkan padaku."Semakin kamu gerak, semakin kamu capek sendiri Sha.""Lepas Kian!"Dia menggelengkan kepala lalu berusaha menjauh dari ciuman yang kusasarkan di leher dan rambutnya. "Aku nggak bisa berhenti sampai kamu ingat gimana rasanya waktu kita ngabisin banyak waktu bersama. Malah kamu kelihatan nikmatin banget Sha.""Gue jijik!""Masak? Kayaknya ada yang lain dimulut tapi lain di hati. Kamu bilang enggak tapi tubuhmu kayaknya tahu sama siapa dia musti tunduk. Aku tahu kalau hatimu juga kangen sama aku tapi kamu tutup-tutupi sama emosimu."Aku terus memberikan ciuman dan belaian hangat hingga tubuhnya menikmati sentuhanku lalu niat berontaknya perlahan surut. Hingga tanganku bisa mengusap perutnya lembut penuh kasih sayang. Bahkan aku sengaja membuat tanda cinta di lehernya agar ia tahu jika aku
POV PARALIOSaat sedang bahagia memandangi wajah damai Sasha di alam mimpi dengan pundak yang sedikit terekspos karena selimut tidak menutup seluruh tubuhnya yang tanpa busana itu, perutku tetiba berbunyi. "Gue laper."Aku hanya sempat sarapan di rumah mama sebelum memutuskan ke kota tempat Sasha tinggal. Segera bangkit dari rebahan perlahan agar Sasha tidak terbangun. Mengambil ponsel yang berada di nakas lalu menuju ruang tamu. Ada banyak pesan dan panggilan dari Amanda. Aku ingat jika sebelum memutuskan menemui Sasha, aku telah membuat janji dengannya untuk bertandang ke rumah. Bukannya datang justru aku menemui Sasha dan ... bercinta dengannya.Apalah daya, hati dan pikiranku tidak sejalan. Aku bersama Amanda tapi otakku selalu teringat Sasha. Amanda : Kian kamu sudah otewe kemari?Amanda : Kian, ini udah lewat jam 11. Kok kamu belum datang?Amanda : Kian kamu kemana? Telfonku kok nggak dijawab? Dan masih banyak pesan lain dan panggilan darinya yang baru kubuka. Mau bagaimana
POV PARALIOSasha tertunduk lemas ketika aku menghancurkan hidupnya sekali lagi. Membuat Pak Affar yang siap menikahinya mundur bahkan menjauh karena video yang kukirimkan.Video yang mempertontonkan Sasha sedang berada di bawah selimut dengan mata terpejam sempurna setelah aku dan dia sama-sama melebur jadi satu. "Bunuh gue sekalian kalau lo nggak rela lihat gue bahagia."Aku memasukkan ponsel ke dalam saku lalu menatapnya lembut dengan jarak yang lumayan dekat. Bisa kulihat wajah pasrahnya yang tidak bisa berbuat banyak karena Pak Affar pasti membatalkan acara pernikahan mereka."Kamu mau aku tanggung jawab model apapun, aku pasti bakal penuhin. Tapi kalau kamu nyuruh aku pergi atau ngelepas kamu, aku nggak bisa."Dering ponselku kembali terdengar, dan kali ini mama yang menghubungiku. Di depan Sasha aku mengangkatnya."Aku di rumahnya Sasha.""Astaga Kian! Buat apa kamu kesana?! Jangan sakiti cucu Mama!" "Nggak Ma. Malah cucu Mama habis aku tengokin kabarnya gimana.""Kamu bawa S
POV PARALIOKedua orang tua Amanda menatapku geram setelah mengatakan alasan keterlambatanku. Bahwa aku tidak bisa menikahi kembali putri mereka sekaligus mantan istriku itu. Dengan alasan ..."Saya memiliki anak bersama wanita lain. Saya tidak mungkin meninggalkan anak saya bahkan membiarkan dia hidup tanpa kasih sayang saya sebagai ayahnya.""Kalau kamu punya anak sama wanita lain ngapain kamu janji mau nikahin Amanda? Sengaja kamu mau mainin perasaan Amanda lagi heh?!" Mantan mertuaku bersuara lantang."Itu salah saya Ma, Pa. Saya nggak gentle. Nggak ngakui itu anak saya. Lalu milih keputusan yang salah mau nikahin Amanda.""Kamu bisa ambil anak itu lalu kita besarin bareng-bareng Kian." Ucap Amanda.Aku menggeleng. "Nyawa seorang ibu itu adalah anaknya Nda. Sasha bisa lebih hancur kalau aku ambil anak kami.""Alasanmu aja! Katakan, kamu mencintai wanita murahan itu?""Amanda, dia bukan wanita murahan!" Belaku tak terima."Bukan wanita murahan tapi sudi tidur sama lelaki yang belum
POV PARALIOPak Affar menatapku geram karena pada akhirnya aku seperti tidak takut dengan ancamannya yang akan menamatkan karirku di kantor Antara Karya. Dia salah menggebrak orang. Meski aku adalah bawahannya tapi cita rasa kinerjaku disukai pimpinan yang lain dan jarang mengecewakan.Ada Pak Rudy dan beberapa direksi kantor yang menganakemaskan aku. Jadi, hanya karena gebrakan seorang Affar Khaleed Dirgantara tidak akan membuatku gentar."Anda benar-benar menantang saya Pak Lio?!"Aku menatapnya dengan senyum meremehkan dengan tangan bersedekap. "Lakukan jika anda bisa. Dan satu lagi, pindahkan saya ke kantor Audrey berdinas. Biar kami makin dekat."Tanpa berpamitan aku pun segera berlalu ke ruanganku sendiri. Meninggalkan Pak Affar yang masih bergeming di dalam aula. Tidak akan pernah kuserahkan Sasha dan calon anakku padanya. Apapun yang terjadi.Setelah sampai di ruang kerja, gegas aku membuka jendela kaca di balik kursi kebesaranku dan mematikan AC. Mengambil sebatang rokok yang
POV PARALIO "Makan kuenya. Masih fresh from oven. Enak loh." Aku membuka kotak itu dan mengambilkan satu untuk Sasha. Tapi ia melengos tidak mau menerima.Matanya melirik ingin tapi gengsinya terlalu tinggi. Syukurlah jika ia menyukai kue pembelianku meski ia malu mengakuinya. "Kuenya enak loh Sha. Bagus buat ibu hamil, banyak gizinya. Sengaja aku beliin kamu kue-kue lezat sama cemilan bergizi lainnya." "Gue nggak nafsu! Mending lo kasih ke mantan istri lo sana!" Yeah, ini masih jam 9 pagi tapi ibu dari anakku ini merajuknya sudah membuatku kalang kabut. Sasha hendak berdiri meninggalkanku tapi aku segera mencekal lengannya dan mendekatkan wajahku ke wajahnya yang cubby itu. "Aku udah nggak ada hubungan sama Amanda." "Peduli apa gue sama kehidupan lo?" "Aku tadi lihat Amanda sama laki-laki lain. Kayaknya itu pacarnya." Saat aku tengah membeli kue dan cemilan bergizi untuk Sasha, aku melihat Amanda bersama dengan lelaki lain. Agar semuanya jelas, aku mendatangi mereka dan men
POV PARALIO "Haduuuh, kok gue gugup ya?" Ini bukan pertama kalinya aku datang melamar anak perempuan orang lain. Sebelumnya aku pernah melamar Amanda ditemani Mama dan saudaranya. Tapi kini, aku datang melamar anak orang hanya seorang diri. Yeah, seorang diri. Mama menolak ajakanku datang ke rumah orang tua Sasha dengan alasan itu adalah bagian dari hukuman yang harus kujalani. Well!! Belum mengetuk pagar pintu rumah bercat krem itu saja jantungku tidak karuan berdetaknya. Bayangan mendapat amukan bahkan paling parah tonjokan di wajah pun tidak bisa kuelakkan. Keluarga Sasha pernah memintaku bertanggung jawab atas kehamilannya tetapi dengan lantang dan sombong aku menolak mengakuinya lalu pergi ke Jepang. Dan kini seolah menjilat ludah sendiri aku datang 'mengemis' harapan dan cinta dari keluarga Sasha untuk mempersunting dirinya sebagai istriku. Mengabaikan kegugupanku yang sudah ada sejak satu jam yang lalu, akhirnya kuputuskan keluar mobil lalu bertandang. Kekhawatiranku ha