LOGINTiga puluh tahun lalu, dua wanita bersahabat, Bella dan Caitlin mengikat janji diam-diam: Jika anak mereka laki-laki dan perempuan, mereka akan dijodohkan. Tapi hidup tak semanis sumpah masa muda. Caitlin mengikuti suaminya ke luar negeri. Bella tertinggal, membesarkan putrinya bernama Vreya, di balik bayang-bayang pernikahan yang retak. Saat mereka ingin bertemu kembali, waktu sudah berubah. Persahabatan mereka hilang ditelan jarak. Nama Bella tak lagi mudah ditemukan, bahkan di dunia digital. Tapi takdir tidak pernah lupa. Zayn, putra Caitlin, kini pengusaha muda paling berpengaruh di Asia. Vreya, putri Bella, menjadi bintang layar kaca yang dikenal karena keanggunannya—dan kerahasiaannya. tak banyak yang tahu dia adalah putri kandung dari Yuan Aditama. Di sebuah malam pesta para elite, Zayn terpikat pada sosok berselendang merah darah yang memainkan piano dengan elegansi menggoda. Ia tak melihat wajahnya—hanya punggung, dan denting nada yang menusuk jantung. "Putri Tuan Yuan Aditama," kata mereka. Tapi Zayn tak tahu, Tuan Yuan memiliki dua anak perempuan.. Ia jatuh cinta pada Dona, adik tiri Vreya—perempuan yang salah. Demi mendekatinya, Zayn rela menjadi pengawal pribadi Vreya. Yang tak pernah ia tahu, perempuan yang membuatnya terobsesi sejak malam itu adalah Vreya. Dan yang lebih mengguncang dunia mereka: Mereka sebenarnya sudah dijodohkan sejak bayi.
View More30 tahun lalu
Hujan turun rintik-rintik, membasahi halaman belakang rumah sakit bersalin tempat dua sahabat duduk berdampingan. Di pangkuan mereka, dua bayi mungil yang baru saja membuka mata pada dunia. “Aku ingin... kelak saat mereka dewasa, kita jodohkan mereka,” ucap Caitlin pelan, mengusap pipi bayinya dengan penuh kasih. Bella tersenyum, menggenggam tangan sahabatnya. “Kalau begitu, janji. Kita jodohkan mereka.” Dua tangan terikat. Dua hati sepakat. Namun takdir jarang berjalan lurus. Sepuluh bulan kemudian, Caitlin pergi ke Amerika mengikuti suaminya. Janji itu tertinggal dalam hening. Terkubur waktu dan jarak. Kini Lagu klasik mengalun dari jari jemari seorang wanita berselendang merah darah. Panggung megah dipenuhi hadirin kelas atas, tapi hanya satu pria yang terpaku. Zayn. Mata elangnya tak beranjak dari punggung sang pianis. Ia tak tahu siapa wanita itu—wajahnya tersembunyi. Tapi cara dia menyentuh tuts piano… membuat hatinya bergetar untuk pertama kalinya. Zayn tidak tahu bahwa ia tengah jatuh cinta. Dan lebih dari itu... ia jatuh cinta pada wanita yang salah. Atau justru—pada takdir yang belum ia kenal. Alunan musik berhenti perlahan. Tepuk tangan membahana memenuhi aula megah. Namun Zayn masih terpaku. Ada sesuatu dalam dirinya yang bergeser, perasaan yang tak bisa ia beri nama. Ia berdiri, hendak mendekat. Tapi wanita itu telah lebih dulu menghilang, menelan dirinya di balik tirai merah panggung. Yang tertinggal hanyalah aroma samar parfum bunga. dan siluet punggung berselendang merah darah yang kini menghantui pikirannya. “Siapa dia?” tanyanya pelan pada seorang kolega. Pria di sebelahnya menjawab santai, “Itu... putri Tuan Yuan Aditama.” Zayn mengangguk perlahan. Nama itu tidak asing. Ia tahu Tuan Yuan memiliki dua putri. Tapi tak seorang pun benar-benar tahu siapa mereka. Terlalu misterius. Terlalu mahal untuk dikenali. Namun Zayn hanya mengenal satu nama: Dona. Gadis yang pernah ia temui sekilas di acara formal. Sejak malam itu, Zayn mulai mencari. Tanpa sadar, ia memburu sosok berselendang merah yang memainkan piano seolah sedang membisikkan rahasia ke dalam hatinya. Ia yakin... itu Dona. Ia yakin, cinta itu sudah memiliki wajah. Tapi Zayn salah. Sangat salah. Karena wanita yang membuat jantungnya berdetak tak karuan malam itu... adalah Vreya. Wanita yang telah dijanjikan untuknya sejak lahir. Tapi kini.. menjadi teka-teki paling berbahaya dalam hidupnya. ** “Cari tahu siapa sebenarnya putri Tuan Yuan Aditama,” perintah Zayn malam itu, setibanya di penthouse tempat ia menginap sementara di Jakarta. Beberapa pria bersetelan gelap langsung menyebar. Tak ada satu pun yang berani membantah perintahnya. Zayn bukan hanya seorang CEO muda, tapi juga pewaris bisnis lintas negara. Jika dia menginginkan sesuatu, dia akan mendapatkannya. Keesokan paginya, salah satu anak buahnya kembali membawa kabar. “Ada dua putri, Tuan,” lapor pria itu sambil menyerahkan berkas. “Yang pertama, Nona Vreya. Seorang artis papan atas, dan musisi. Tapi publik tak banyak tahu kalau dia adalah putri kandung Tuan Yuan. Identitasnya disembunyikan sejak kecil.” Zayn mengangkat alis, matanya menyipit. “Dan yang kedua Dona?” tanyanya pelan. “Dona, putri dari istri kedua Tuan Yuan. Nama belakangnya jelas Aditama. Dia sering muncul di publik. Lembut, aktif di yayasan, dan terkenal sebagai calon istri idaman.” Zayn menatap foto dalam berkas itu. Satu-satunya nama yang ia kenal selama ini hanyalah Dona. Tapi wanita berselendang merah itu... apakah dia? Zayn menutup map, matanya menggelap, penuh tekad. “Jadikan aku pengawal pribadi Vreya.” Pria di hadapannya tampak ragu. “Maaf, Tuan... Anda yakin? Dia tak pernah keluar dengan pengawal." Zayn tersenyum miring. Senyum yang berbahaya. “Aku akan mendekati adiknya… melalui sang kakak.” Ia tidak tahu bahwa langkah itu... akan menjerumuskannya dalam lingkar rahasia keluarga. dan cinta... yang ternyata telah dijanjikan sebelum mereka belajar berjalan.Mobil hitam yang membawa Zayn berhenti bukan di depan rumah, melainkan di ujung jalan besar menuju kediaman Vreya. Ia memang menjaga agar kehadirannya tidak mencolok—tak seorang pun boleh tahu siapa dirinya sebenarnya. “Turunkan di sini,” ucap Zayn datar. “Siap, Tuan,” jawab anak buahnya sebelum melajukan mobil menjauh. Zayn berdiri di pinggir jalan, merasakan malam yang lembap menyentuh kulitnya. Ia menarik napas pelan lalu merapikan kembali pakaian pengawal yang ia kenakan—menyembunyikan identitas, menyembunyikan segala hal yang tidak boleh terlihat. Ia lalu berjalan masuk ke gang besar itu. Tanpa ia sadari… sepasang mata mengikutinya dari jauh. Bimo. Ia berdiri di balik motor yang terparkir miring, helm masih menutupi sebagian wajahnya. Mata gelap itu mengikuti langkah Zayn tanpa berkedip. “Dia diantar mobil…?” gumamnya pelan. Bimo mengeluarkan ponselnya, jari-jarinya siap mengabadikan apa pun yang bisa jadi bukti, apa pun yang bisa ia laporkan pada Dona. ** Di depan
Vreya melangkah melewati Zayn tanpa bicara, lalu duduk di ujung sofa—menyisakan jarak. Zayn menatap, mencoba membaca ekspresi yang Vreya sembunyikan. “Iya, saya khawatir.” sahut Zayn akhirnya. Vreya menegakkan bahu. "Apa yang harus kamu khawatirkan? Kamu bukan pengawalku lagi. “Saya masih pengawal kamu." Vreya terkekeh, "Kamu tidak punya malu sama sekali. Masih beranggapan kamu adalah pengawalku? Maaf Zayn, tapi aku tidak mau berbagi dengannya, sekalipun itu pengawal!" Zayn menahan napas. Kalimat itu menusuk lebih dalam daripada yang ingin ia akui. “Berbagi?” ia mengulang pelan. “Saya tidak—” “Tidak apa? Jelas-jelas semalam kamu lebih memilih menjaga dia dibanding saya!" Vreya memotong cepat. Nada itu terdengar dingin. “Vreya, bukan seperti itu—” “Tidak perlu ada penjelasan apapun Zayn, saat ini saya ingin sendiri. Dan kembalilah kesana. Karena dari awal saya tidak pernah butuh pengawalan!" Zayn mengepalkan tangan. Ia ingin menyangkal, tapi kata-katanya terasa terlalu
Pagi menembus jendela kamar Vreya lewat celah tirai. Cahaya tipis menyentuh pipinya yang membengkak, memperjelas garis luka merah yang tertinggal dari pecahan kaca semalam. Ia berdiri di depan cermin, wajahnya tampak lebih pucat dari biasanya. Tanpa riasan, tanpa panggung yang menutupi rapuhnya. Hanya seorang Vreya yang sedang sakit di luar dan di dalam. Acel muncul di ambang pintu tanpa mengetuk. “Gimana? Lo udah enakan?” “Enggak,” jawab Vreya pelan. Acel terdiam. Ia mendekat, mengoleskan salep perlahan. “Untung gue yang anter lo semalam. Padahal Gino udah ngarep banget bisa berduaan sama lo." Vreya tertawa pendek. “Gino langsung balik?" Acel mengangguk. "Yaa, begitu lo nyuruh dia pulang, dia langsung pulang." Vreya mengangguk, tersenyum simpul. Sedangkan Di rumah Dona, Zayn baru saja turun dari kamar tamu. Kepalanya berat, bukan karena minuman, ia tidak minum sama sekali—tapi karena kejadian semalam. Ciuman itu. Ciuman singkat yang dengan tiba-tiba membuat Zayn
Udara malam menyergap dingin ketika Vreya melangkah cepat keluar dari rumah itu. Hak sepatunya beradu dengan lantai marmer hingga menembus halaman yang luas. Ia tak menoleh lagi, hanya ingin segera meninggalkan segala kepalsuan yang menyelimuti meja makan tadi.Namun begitu sampai di area parkir, langkahnya terhenti. Dari belakang, suara sepatu berat terdengar menyusul. Vreya menoleh, dan mendapati Zayn berdiri tak jauh di belakangnya.“Kenapa menyusulku?” suaranya tajam.Zayn menatapnya singkat, wajahnya tetap datar. “Nona Dona memerintah saya untuk mengajak Nona Vreya juga.”Vreya terkekeh hambar, tawanya tipis namun menyayat. “Tidak perlu!”Ia membuka pintu mobil dengan kasar, lalu menatap Zayn dengan sorot penuh amarah. “Kamu tidak perlu balik ke rumahku!”Zayn menahan napas, rahangnya mengeras. Ia tidak langsung menjawab, hanya menatap Vreya yang bergetar menahan emosinya. Pandangan itu seolah ingin mengatakan sesuatu—namun mulutnya terkunci.Tak lama mobil itu melaju dengan kece






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
reviews