Share

Mulai

Author: waktu rebahan
last update Last Updated: 2022-01-20 00:02:59

Seolah mendapatkan tujuan baru, Allein pun mulai melangkahkan kakinya menuju area dalam pulau. Masuk kedalam hutan yang ditinggali para monster dan meninggalkan pantai yang menjadi saksi kebangkitannya. Dia optimis bisa dengan cepat meningkatkan kekuatannya, mengingat tipe kekuatannya sama seperti di kehidupannya dulu yakni sihir hitam.

Allein pernah menjadi penyihir hitam terkuat. Kini dengan pengetahuan dan pengalamannya, dia optimis tak butuh waktu yang lama untuknya meraih kembali puncak kekuatan tertingginya lagi.

Allein pun terus berjalan memasuki area hutan ini semakin dalam. Tetapi dalam pikirannya masih banyak pertanyaan mengenai sihir hitam yang mana itu sangat menganggunya dan menyebabkan dia berjalan sambil terus merenung.

"Terlalu jahat jika kubilang ini keberuntunganku, karena aku hidup kembali dengan tubuh yang cocok dengan sihir hitam. Allein Springtopia sangat menderita, dia terlalu awam terhadap sihir hitam sehingga dia tidak bisa mengontrol sihir hitam yang sudah menjadi bagian tubuhnya. Akibatnya fatal, sihir hitam itu berbalik merusak tubuhnya dari dalam. Hmmmm kemungkinan hal itu juga yang menjadi penyebab kematiannya," gumam Allein sambil terus berjalan.

"Ketika aku memasuki tubuh ini hal yang kurasakan pertama kali adalah rasa sakit di seluruh bagian tubuhku, namun aku langsung duduk dan berkonsentrasi mencoba menyeimbangkannya dengan sebagian membuang energi sihir itu keluar dari tubuhku. Sungguh, seluruh tubuhku merasakan sakit yang luar biasa tapi karena pengalamanku dulu aku berhasil melewati prosesnya."

Rrroooaaaarrrr!

Tiba-tiba sebuah suara terdengar, menyadarkan Allein dari perenungannya.

Tiga monster serigala muncul dari balik pohon yang tepat berada di depan mata Allein. Monster itu lumayan besar dengan tinggi kira kira sejajar dengan lututnya tapi hal yang membuat Allein kini waspada bukan ukuran tubuhnya melainkan ke tiga serigala berwarna abu-abu itu terlihat sangat lapar karena mulutnya selalu terbuka dan air liurnya terus menetes keluar.

Karena sudah merasa sangat lapar, ketiga monster serigala itu langsung berlari menyerang Allein secara bersamaan. Allein seolah menyambut serangan itu, dia tak banyak membuang waktu dan langsung mengeluarkan sihir hitamnya.

 "Shadow hand!"

Seketika tangan tangan berwarna hitam langsung muncul dari bawah tanah dan langsung mencengkram serta menahan ke tiga serigala yang sedang berlari tersebut. Para serigala itu tampak kesulitan melepaskan cengkraman tangan hitam yang mendadak muncul dan menahan mereka tepat beberapa langkah di depan Allein.

Tangan hitam itu juga mulai mencekik leher dari masing-masing serigala membuat para serigala itu kehabisan nafas sampai akhirnya mati.

"Baiklah saatnya aku menyerap energi kalian, rasakan sihir hitamku ini!'' seru Allein.

''Black hole!"

Seketika itu lubang hitam kini muncul di bawah para serigala. Tangan hitam yang sedang mencengkram tadi kini menarik ketiga serigala itu masuk kedalam lubang hitam.

Craaattt craatt!

Darah merah segar pun menyembur seperti air mancur dari lubang hitam tepat setelah ketiga serigala itu ditarik masuk.

"Ah luar biasa inilah salah satu keindahan dari sihir hitam," ucap Allein. Energi kehidupan milik serigala yang mati itu pun kini mulai diserapnya dan mulai masuk ke dalam inti mana miliknya.

Sebenarnya teknik yang Allein beri nama black hole itu terlalu sadis karena tubuh monster yang diserapnya akan langsung meledak ketika masuk kedalam lubang hitam dan energi kehidupan dari monster tersebut akan langsung terserap oleh Allein yang merupakan penggunanya.

Dengan begitu inti mana milik Allein akan semakin kuat lebih cepat. Umumnya para penyihir ataupun kelas petarung lainnya meningkatkan kekuatan internalnya dengan menyerap batu sihir yang terdapat dari tubuh monster yang sudah terbunuh.

Namun, penyihir hitam memiliki keuntungan, mereka tidak harus mengeluarkan batu sihir yang ada dalam tubuh monster. Penyihir hitam bisa langsung menyerapnya dengan tubuh monster itu sekaligus. Tentu saja hal ini sangat efisien karena bisa mempercepat waktu penyerapan. Karena proses penyerapan ini berbeda dengan kelas petarung lain, kelas petarung yang lain pun menyebut proses ini dengan ‘menyerap energi kehidupan’.

Setelah dirasa energi kehidupannya sudah terserap semua, Allein pun melanjutkan perjalanannya. Tak terasa dia sudah semakin dalam memasuki area hutan ini. Namun, ada sebuah kondisi yang mau tidak mau membuat Allien menghentikan langkahnya, hari sudah mulai gelap dengan kekuatannya sekarang dia hanya akan menjadi santapan monster yang akan berburu di malam hari.

Dia pun menoleh sekitar, sepertinya tidak jauh dari tempatnya berdiri ada sebuah pohon maple besar dan beberapa pohon apel juga di dekatnya. Allein akhirnya memutuskan untuk makan beberapa buah apel itu untuk makan malamnya hari ini mengingat dia belum makan sama sekali setelah hidup kembali.

"Ah luar biasa apel ini manis sekali, jika Walter tahu ada apel manis ini dia pasti akan memetik semua apel ini dan membawanya sebagai bekal untuk dirinya sendiri." Dengan wajah penuh nostalgia Allein terus memandangi buah apel yang sudah berada dalam genggaman tangannya.

Setelah selesai memakan apel-apel tersebut Allein kemudian membaringkan tubuhnya tepat di bawah pohon maple yang tidak jauh dari pohon apel tersebut. Di bawah dedaunan berwarna kuning kemerahan yang merupakan ciri khas pohon maple itu matanya menatap langit yang kini sudah gelap. Bintang begitu bersinar terang malam ini, sungguh sesuatu yang membuat Allein merasa terpana.

Tak lama setelah itu matanya terpejam, Allein tertidur di bawah pohon maple yang besar beralaskan tanah dan daun maple yang sudah mengering. Dia tidak menyalakan api unggun untuk mengurangi rasa dinginnya malam ini. Bukan tanpa alasan, Allein takut nyala api akan menarik perhatian para monster yang akan berburu malam hari ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   39. Rombongan

    Meskipun matahari belum bersinar terang tapi Allein terlihat cukup bersemangat menunggu Killian di depan penginapan. Selain untuk menunggu Killian, ada alasan lain mengapa dirinya sampai menunggu pagi-pagi sekali seperti ini. Alasannya sederhana, ia ingin sedikit mengamati suasana kota kecil ini di pagi hari. Di hadapannya kini sudah banyak orang-orang yang memulai aktivitasnya. Orang-orang terlihat mulai silih berganti mengangkut gandum dan beberapa tanaman obat, ada juga yang sedang membersihkan kereta bicorn dan memberi makan bicorn. Selain itu, Ada pula beberapa kereta bicorn yang sudah berlalu lalang di hadapannya. Kebanyakan dari mereka adalah manusia, adapun elf dan dwarf jumlahnya bisa di bilang sedikit. Dan kebanyakan dari mereka bukanlah kelas petarung, setidaknya begitulah yang Allein rasakan lewat instingnya. Dengan melihat pemandangan ini, tentu membuat Allein bisa mengambil kesimpulan jika kota kecil ini cukup aman. Waktu pun berlalu, suasana mulai semakin ramai,

  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   38. Penginapan

    Ada banyak orang-orang yang sedang makan atau pun mengobrol di dalam penginapan ini. Allein yang kini sudah masuk penginapan mulai merasa agak canggung. Sudah delapan tahun lamanya ia hidup sendirian di sebuah pulau, meskipun ia pernah berinteraksi dengan beberapa orang sebelum sampai disini, nyatanya ia agak canggung ketika melihat puluhan orang secara sekaligus. “Tuan, apa anda akan menginap disini?” Tiba-tiba seorang wanita elf menyapanya. Sepertinya wanita elf ini adalah salah satu pegawai penginapan. Terlihat dari pakaian maid yang dia kenakan dan Allein juga bisa merasakan lewat instingnya jika wanita elf ini bukanlah seorang kelas petarung. “Ya ... aku akan menginap disini,” jawab Allein. Mendengar hal tersebut, wanita elf itu pun menyuruh Allein untuk pergi ke meja reservasi yang ada di samping kiri ruangan ini. Allein pun segera pergi ke meja tersebut dan di sana ia bertemu dengan seorang pria muda yang terlihat seumuran dengannya. “Tuan, apa yang anda butuhkan?” Pria

  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   37. Kota kecil

    Sudah satu hari berlalu sejak Allein meninggalkan rumah pria tua itu. Sedari kemarin ia terus melangkahkan kakinya menyusuri hutan dan bukit. Dedauan demi dedaunan yang berwarna kuning keemasan yang ia lihat selama perjalanan terus memberikannya perasaan nostalgia. Ia tentu sangat familiar dengan wilayah paling barat di Benua Skoupidia ini. Dua ribu tahun lalu ia pernah berpetualang ke wilayah ini bersama dengan ketiga sahabatnya. Namun, ada perbedaan besar dengan dua ribu tahun lalu yaitu tak begitu banyak monster yang ia temui. Memang ada beberapa monster yang sempat menyerangnya, namun jika dibandingkan dengan dua ribu tahun lalu jumlahnya jauh lebih sedikit. Entah apa alasannya, Allein juga tidak mengetahuinya. Segala sesuatu sudah berubah, tak bisa dipungkiri jika para monster pun begitu. Allein kini berhenti sejenak, di depan matanya ada perbukitan yang cukup tinggi. Ia pun kembali melihat peta kerajaan Falltopia pemberian pria tua. “Hmm ... di balik perbukitan ini ada

  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   36. Pergi ke ibu kota

    Hari pun berganti. Matahari hampir berada di tengah-tengah langit yang berwarna biru. Itulah pemandangan yang Allein lihat ketika dia mulai membuka matanya. “Sepertinya ini sudah siang hari,” ucapnya sambil menggosok kedua matanya. Akhir-akhir ini Allein memang memiliki kebiasaan untuk bangun siang hari. Ia pun mulai melihat sekeliling dan sama seperti kemarin suasana disini bisa dibilang sepi. “Bocah, bagaimana tidurmu?” ucap pria tua seraya keluar dari rumah kayu. Nampaknya alasan pria tua itu keluar karena mendengar ucapannya tadi. “Tidurku cukup nyenyak ...,” jawab Allein. Pria tua itu kemudian mendekat ke arahnya sambil memberikan dua buah gulungan yang terbuat dari kulit monster. “Ambillah ... ini adalah surat rekomendasi dan peta kerajaan Falltopia. Untuk surat rekomendasi ini kau jangan memberikannya kepada siapapun selain kepada temanku.” “Baiklah ....” Allein langsung menyimpan gulungan surat rekomendasi itu kedalam salah satu saku bajunya karena memang ukurannya ag

  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   35. Tawaran

    Melihat daging kerang api yang sudah hampir matang, pria tua itu tiba-tiba mengeluarkan sebuah bumbu dari cincin penyimpanan miliknya dan kemudian menaburkannya ke atas daging kerang api. “Apa yang anda taburkan?” tanya Allein yang penasaran melihat tingkah pria tua tersebut. “Ini adalah bumbu rahasia buatanku. Percayalah setelah ditaburi oleh bumbu rahasiaku ini makanan akan jauh lebih enak!” jawab pria tua itu dengan wajah penuh percaya diri. “Jadi begitu ....” Allein sama sekali tak tahu bumbu rahasia apa yang pria tua itu taburkan. Ia pun memilih diam dan tak bertanya lebih lanjut, tetapi ia menjadi sangat penasaran dengan rasa dagi kerang ini ketika sudah matang nanti. Beberapa menit pun berlalu, dan daging kerang itu nampaknya sudah matang. Allein yang sudah sangat lapar pun langsung mencoba memakannya. Ketika daging itu masuk kedalam mulutnya, rasanya diluar dugaan. Rasa daging kerang itu jauh leih enak dibanding dengan daging kerang yang pernah ia makan dua ribu tahun

  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   34. Sampai di tujuan

    Satu hari kemudian. “Itu kan?!” Ada sedikit kebahagiaan yang terpancar dari raut wajah Allein. Alasannya sederhana, daratan sudah mulai terlihat dengan kedua matanya. Tanpa menunggu lama, ia pun segera memerintahkan Bran agar berhenti. Ia pun langsung mengeluarkan perahu pemberian Tassia. Perahu pun keluar dari cincin penyimpanan dan kemudian jatuh di atas lautan. Tanpa menunggu waktu lama, Allein langsung melompat dari punggung Bran ke atas perahu tersebut, dan setelah itu ia pun langsung mengembalikan Bran ke dalam bayangannya. Hal ini ia lakukan agar tidak menarik perhatian. Ia merasa akan sedikit merepotkan jika ada seseorang yang melihat undead Wyvern. Ia pun kembali memasukan batu mana ke dalam alat sihir yang ada di perahu. Sebelumnya ia memang mencabut batu mana tersebut saat memutuskan untuk menunggangi Bran. Perahu pun kembali melaju. Pantai semakin terlihat jelas. Allein terus melihat ke arah sana. Dirinya sudah tak sabar ingin segera menginjakan kakinya di pantai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status