Siang hari mulai beranjak sore. Orion dan Maharani segera turun gunung untuk kembali ke Chestertown, kebetulan tak begitu lama setelah Lady Rosemary dan kendaraan mewahnya berlalu! Keduanya langsung menemukan jika situasi di kota kecil yang tenang itu semakin jauh berbeda dari biasanya.
Memutuskan untuk parkir di kejauhan, Orion segera turun dari mobil hitamnya. Rani menyusul di belakangnya, mereka sepakat untuk tak berjalan berdampingan.
Beberapa tahun silam, sang guru muda pernah mengalami kejadian hampir serupa di Viabata, ibu kota Evernesia. Rak-rak mini market hingga pasar tradisional mulai kosong diserbu pembeli yang takut kehabisan stok sembilan bahan pokok. Seluruh penduduk kota besar yang berjumlah belasan juta jiwa itu, miskin maupun kaya raya, tua maupun muda, berebutan membeli beras, minyak goreng hingga gula. Antre hingga berjam-jam seakan takut tak ada lagi stok logistik untuk dijadikan persediaan di rumah. Kadang malah terjadi kekalapan, nyaris
"What do you mean, Maharani? Mengapa tiba-tiba kau berpikir dan berkata seperti itu? No, you're definitely not that kind of bad person! Sebaliknya, bisa jadi kau adalah seseorang yang Tuhan kirimkan untuk kami, mungkin juga seorang malaikat penyelamat! Kita sepertinya memang 'bersalah' dalam hal ini, namun kau tak bisa sepenuhnya menyalahkan diri. Semua ini terjadi di luar kuasa dan kehendak kita!" "Tetap saja, di sini aku masih merasa seperti pembawa ketidakberuntungan. However, I must admit, I really feel lucky to meet you, Orion. Thanks. I don't know why. Aku hanya bersyukur saja atas pertemuan kita, walau kita belum bisa terlalu..." Kalimat Rani tergantung di udara. "Sesungguhnya di sini pun aku ingin sekali bisa mencium dan memelukmu lagi," Orion masih tersenyum, susah payah berusaha untuk tak mengalihkan pandangan dari jalan raya, "sayang, di belakang mobil ini, dari dalam bus, semua mata rombongan staf Delucas tentunya bisa mengawasi kita. Kita sekarang harus pintar diam-diam
Leon menambahkan kata-kata sang adik dengan penuh semangat, antara seru dan sedikit menakut-nakuti, "Sebenarnya korban tak cuma menderita memar-memar! Mereka juga berdarah-darah seperti baru saja digigit vampir, mungkin lukanya malah lebih parah dari itu, tak cuma berlubang dua. Seperti apel yang digigit, logo komputer mewahku yang terkenal itu!""Astaga. Betulkah, Leon? Come on, kau terlalu berlebihan! Apa yang kita sering tonton di Flixnet itu takkan pernah terjadi di dunia nyata! Semua serial Evermerika dan Khoreya itu hanya khayalan belaka! Too ridiculous and impossible, you know? Berhentilah lebay dan jadilah sedikit lebih dewasa, berpikir lebih waras!" Grace suka sekali menegur kakaknya yang ia anggap selalu melebih-lebihkan semua yang ia lihat dan ia dengar, "Kalian jangan percaya pada kata-kata kakakku itu, ia hanya ingin mengerjai kalian saja, Orion, Nona Rani! That was just a silly thing. Just forget all that Leon just said."
Maharani tak bisa banyak berkomentar. Walau rasa tak nyaman atas kehadiran dadakan pria asing di tempat kerja barunya sedikit banyak menimbulkan tanda tanya besar dalam hati.'Lady Rose tentunya tak akan sembarangan merekrut orang, apalagi dalam waktu sesingkat ini. Atau mungkinkah dokter itu sengaja ia hadirkan sebagai pengalih perhatian di sini, atau menjauhkanku dari...'Di seberang sana, Orion tampaknya juga kurang nyaman dengan kehadiran seorang pria asing di tengah-tengah mereka. Tentu saja, ia tak punya kuasa apa-apa untuk berbuat sesuatu di kompleks ini."Nah, Dokter Vanderfield, silakan bergabung bersama kami dalam jamuan minum teh sore ala keluarga Delucas yang kebetulan sekali sedang kami adakan!" Lady Rose masih berbasa-basi dengan dokter muda yang sepertinya bertampang lumayan juga, walau tetap saja bagi Rani belum semenarik Orion."Terima kasih banyak, namun aku menjaga makananku dengan berdiet rendah gula dan rendah lemak! Jadi aku
'Apa yang harus kulakukan?' Orion sebenarnya sudah sangat enggan mencoba melayani keinginan pribadi wanita cantik yang berstatus istrinya itu. Rose takkan pernah bisa ia cintai karena mereka menikah tanpa perasaan apa-apa. Walau tak bisa ia pungkiri, sebagai pria muda yang sedang dalam kondisi puncaknya ia begitu ingin meluruhkan gairah. Apalagi sejak tadi siang setelah beberapa kali dirasakannya sesuatu dari Maharani. Gadis Evernesia yang masih sangat naif, namun jauh berbeda dengan yang kini berada di hadapannya, hanya terselubung busa-busa putih. "Orion, kau tahu, aku istrimu dan aku berhak sepenuhnya atas dirimu. Kau tak bisa kemana-mana lagi karena aku memilikimu. Kau harus senang karena bersamaku kau akan bahagia lahir batin. Di sini aku memiliki segalanya. Yang kau butuhkan semua sudah ada di sini, kau tak perlu mencari ke mana-mana atau kepada siapa-siapa lagi, bukan?" Lady Rose dengan gestur manja sedikit menegakkan diri hingga setengah bagian atasn
Sementara Orion dan Lady Rosemary yang masih berada di dalam bath tub penuh busa sabun putih hangat masih 'menikmati' momen kebersamaan intim itu. Orion tentu saja hanya 'setengah berada' di sana. Hanya tubuh dan jiwanya saja, sedangkan hati dan pikirannya tak lagi ada di tempat itu."Come on, let's go to the bed and make lots of love for me! I need yours so bad!" Ajak Rose yang tak sabar lagi. Ia segera keluar dari bath tub, setengah menarik lengan Orion. Dikeringkannya tubuh asal saja dengan handuk tebal, dilemparkannya dengan acuh tak acuh, lalu menjatuhkan diri di atas ranjang. Berbaring terlentang sambil mengangkat kedua lengan dan merentangkan tungkai, pose Rose itu begitu menggoda dan menantang. Orion merasa terundang. Meskipun demikian, pemuda itu masih berusaha keras 'menjalankan rencananya yang semula'."Aku punya ide bagus, Rose. What about a relaxing massage first?""Wow, it's a very good idea
'Bagaimanapun, aku tak mungkin menolak mentah-mentah atau mengecewakan Mama. Aku bukan putra durhaka. Mungkin jika aku menuruti keinginannya, beban pikiran sekaligus beban ekonomi keluarga kami akan jauh lebih berkurang. Tetap saja, ini semua...' Melihat kegalauan di wajah tampan sang putra tunggal, Lady Magdalene Brighton semula ingin membatalkan niatnya dan berkata, 'Wajar jika kau terkejut, Orionku Sayang. Kau tak setuju? It's okay, tak apa-apa jika kau tak mau atau menolak, ini semua pasti terlalu mendadak dan sangat berat bagimu! Maafkan aku dan lupakanlah semua, mari kita cari jalan keluar lain.' Namun sebelum ia sempat buka suara, Orion sudah menyahut pelan, "Baiklah, Mama. Akan kucoba, jika itu memang takdirku. Siapa tahu aku memang betul-betul berjodoh dengan Lady Rosemary." "Benarkah? Kau yakin? Maafkan aku, Orion. Andai saja kita punya pilihan lain." "Kita lakukan saja, yang penting seluruh hutang keluarga Brighton kepada keluarga
'Sekarang apa yang harus kulakukan? Sejujurnya, aku akan sangat malu seandainya mereka sampai tahu bagaimana aku telah mengambil hati Orion. Aku bukan seorang perebut suami orang lain. Aku tak pernah memilih untuk jatuh hati kepadanya! Seandainya bisa kuputar balik waktu, barangkali dari awal akan kutolak saja interview di tempat nan jauh ini, memilih tempat lain di Everlondon. Jadi dengan demikian aku takkan perlu bertemu dengan Orion. Lalu semua ini takkan pernah terjadi.'Maharani sudah bergaun indah dan berias anggun ala gadis Everopa dengan busana yang sudah disediakan khusus setiap ada event spesial di kediaman Delucas. Akan tetapi ia merasa ragu, malu, dan minder. Setiap teringat pada tatapan tajam mata biru Lady Rosemary maupun pandangan mesra mata cokelat Orion dalam diam, ia bergidik. Rasanya seperti seorang pencuri tertangkap basah, pendosa yang patut dihukum seberat-beratnya.'Lady Rose tak boleh sampai tahu! Entah hingga kapan bisa ku
Mereka berdua jatuh terduduk di sebuah 'loveseat', sofa sedang yang hanya cukup untuk dua orang. Terlarut dalam momen intim itu, mungkin semenit, mungkin lima, mungkin setengah jam! Perut Rani semakin terasa penuh. Rasanya sudah tak ingin makan lagi! Semua yang ada pada Orion, walau ciumannya saja, sudah lebih dari cukup! Begitu panas membara sekaligus dingin menusuk-nusuk relung batin terdalam. Rasanya lezat, manis, menimbulkan sensasi yang berbeda, tak dapat dideskripsikan begitu saja. 'Dari mana tiba-tiba Rani bisa jadi seberani ini?' Orion sangat heran, namun ia tak kuasa mencegah. Begitu kuat 'chemistry' mereka berpadu, tarik menarik bagaikan kutub magnet yang berlawanan. Keduanya sama-sama tak ragu-ragu lagi, terbukti saling suka, saling cinta, saling menginginkan. Bibir gadis itu berbeda sekali dengan bibir Lady Rose yang tebal penuh polesan lipstik; jauh lebih polos, lembut dan rapuh. Rani masih sedikit malu-malu, rona pipinya begitu