Share

Kepanikan Alvan

Pov Alvan

Aku begitu gembira melihat peper bag berwarna merah di atas ranjang. Tepatnya di sebelah pakaianku. Alia memang selalu memberikan kejutan untukku. Tapi sayang, dia tak bisa hamil. Dan itu alasan kenapa aku menikah lagi. Ya, meski tanpa sepengetahuan darinya. Karena lelaki boleh memiliki lebih dari satu istri. Toh aku memiliki uang. Uang Alia lebih tepatnya. Tapi selama dia tak tahu tak masalah kan?

"Kamu pasti kasih surprise ya sayang?" ucapku senang.

Alia masih diam membisu, bahkan tatapannya tajam ke arahku. Ada apa ini? Tak biasanya dia seperti itu.

"Ini untuk Mas, sayang?" tanyaku lagi sambil mengambil paper bag itu.

Mataku membulat sempurna saat melihat isi peper nag berwarna merah itu. Pakaian bayi! Apa maksud Alia memberiku pakaian bayi. Apa dia tengah hamil? Atau Jangan-jangan ....

"Kenapa tegang gitu Mas? Bukankah pakaian bayi itu kamu yang beli?" tanyanya datar. Ada aura kemarahan dari ucapannya.

Ku telan saliva dengan susah payah. Siapa yang mengirim pakaian bayi ini? Apa Mega? Ah, sial*an! Bisa hancur rencanaku jika Alia tahu terlebih dahulu.

"Kenapa kamu beli pakaian bayi, Mas? Bukankah kerabat atau saudara kita tak ada baru melahirkan? Lalu untuk apa Mas beli pakaian itu?" cecarnya.

"Apa kamu selingkuh, Mas?" tanyanya lagi.

Uhuuk ... Uhuuk....

Dari mana Alia tahu jika aku telah menikah lagi? Ini gawat! Hancur sudah masa depanku!

"Jawab Mas! Kenapa kamu diam saja!"

"I-itu sayang, Mas ...." Aku bingung harus berkata apa. Mulut ini terasa kelu.

Berfikir Alvan, cari jawaban yang tepat!

Ku beri alasan jika pakaian bayi itu adalah pancingan agar Alia cepat hamil. Entahlah ini tepat tau tidak. Yang pasti hanya jawaban itu yang ada di kepalaku.

"Bukannya adopsi anak untuk pancingan agar cepat hamil ya Mas? Bukan justru beli pakaian bayi."

Aku terdiam tak mampu berkata apa pun, jawaban Alia memang benar, mana ada membeli pakaian bayi agar bisa cepat hamil. Kenapa jawabanku asal begini. Harusnya ku katakan untuk teman sekolah ku dulu. Bagaimana jika Alia curiga? Sebenarnya siapa sih yang mengirim paket setan ini!

Dalam kebingungan akhirnya aku memilih pura-pura marah. Ya, karena hanya itu cara agar Alia tak lagi membahas pakaian bayi. Aku tahu betul Alia sangat mencintaiku. Bisa dibilang cinta mati. Dia tak akan tahan jika ku diamkan begitu saja. Memang dasar wanita bod*h!

Aku keluar kamar dengan perasaan campur aduk. Ada rasa takut jika Alia mengetahui perselingkuhanku. Bisa hancur berantakan rencana yang ku susun rapi.

Ku putar ganggang pintu kamar tamu perlahan. Ku pastikan tak ada seorang pun yang tahu. Segera ku tutup kembali pintu itu dan menguncinya dari dalam.

Masuk ke kamar mandi sambil menekan dua belas digit nomor Mega. Aku ingin tahu apa benar dia yang mengirim paket baju bayi itu.

Dua kali panggilan ku diabaikan olehnya. Tak biasanya dia seperti itu. Apa Mega berusaha menghindari ku? Bisa jadi memang dialah pengirim peper bagian merah itu.

Ku hubungi lagi nomor ponselnya. Awas saja jika diabaikan lagi. Ku pastikan jatah bulanannya akan berkurang. Biar tahu rasa dia!

"Apa sih, Mas! Gara-gara kamu Aira bangun kan!" ucapnya ketus.

Terdengar suara tangis bayi mungkilku. Sebenarnya aku merasa kasihan gara-gara telepon ku Aira terbangung. Namun mau bagaimana lagi ini adalah situasi darurat. Kalau saja Alia tahu, bukan hanya aku yang rugi tapi Mega juga. Karena dia juga menikmati uang Alia.

"Kamu kirim baju bayi ke rumahku!"

"Apa Mas? Baju bayi? Kamu tidak salah ngomong kan?"

"Iya, kalau bukan kamu siapa lagi? Kamu mau aku hanya untuk kamu kan? Semua rencana kita akan hancur hanya karena paket itu. Alia mulai curiga," ucapku masih dengan suara pelan. Ingin rasanya memaki tapi tak mungkin ku lakukan. Alia bisa tahu jika aku di sini.

"Mana mungkin aku melakukan itu, Mas. Itu namanya aku bunuh diri!"

"Lalu siapa kalau bukan kamu?"

"Mana aku tahu!"

Seketika panggilan telepon di matikan sepihak olehnya. Dasar istri tak punya akhlak!

Ku acak rambut, frustasi. Kalau bukan Mega siapa lagi? Hanya dia wanita yang menginginkan diriku seutuhnya.

Argghh...

Aku keluar kamar tamu dengan hati-hati. Tingkahku sudah seperti maling saja. Sama-sama terdengar suara tangisan seseorang. Dan aku hafal betul itu suara Alia. Kenapa dia menangis? Apa jangan-jangan dia sudah tahu jika aku beristri dua? Astaga! Tamatlah riwayat ku.

Melangkah dengan degup jantung yang kian tak menentu. Prasangka buruk mendominasi pikiran. Bagaimana nasibku jika Alia benar tahu pengkhianatanku.

Mati! Mati! Mati sudah hidupku kini!

Ku lihat Alia menangis terisak. Pelukan erat darinya membuat kekhawatiranku menguap seketika. Alia justru meminta maaf padaku. Dasar bod*h, dengan mudah dia ku bohongi. Teruslah seperti ini Alia sayang. Keluguanmu adalah kunci kesuksesan diriku. Aku tersenyum penuh kemenangan sambil memeluk tubuhnya yang gendut itu.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Choddam House Tiny
kenapa bab selanjutnya diputusin sih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status