Akar Konflik Utama Dalam The Hero Proposed To Me?

Kalau dibedah lebih dalam, akar masalah di 'The Hero Proposed to Me?' itu multilayer. Layer pertama tentu saja mismatch ekspektasi: protagonis kita cuma NPC biasa yang tiba-tiba dipaksa masuk ke dunia hero dengan standar yang berbeda. Bayangin aja tekanan sosialnya - semua orang ngira dia spesial, padahal dia sendiri merasa cuma lucker yang kebetulan.

Layer kedua datang dari hero-nya sendiri yang ternyata punya agenda tersembunyi. Proposal awalnya bukan karena cinta, tapi lebih ke strategi politik. Ini bikin si protagonis terus was-was - mana bisa bedain mana yang beneran care mana yang manipulasi? Apalagi lingkungan istana penuh intrik dimana bahkan pelayan bisa jadi mata-mata musuh.

Konflik eksternal muncul dari faction yang anti-hero. Mereka nganggap protagonis sebagai titik lemah yang bisa dieksploitasi. Lucunya, justru ancaman dari luar ini yang akhirnya mempertemukan kedua karakter utama. Saat kerja sama darurat melawan musuh bersama, barulah mereka mulai saling terbuka dan romansa yang genuine mulai berkembang. Ceritanya smart karena menggabungkan elemen romcom dengan political thriller.

Dalam 'The Hero Proposed to Me?', konflik utamanya berpusat pada ketegangan antara identitas asli sang protagonis dan peran barunya sebagai 'calon pasangan' pahlawan. Awalnya, dia hanya karakter latar biasa di dunia game, tiba-tiba dipromosikan menjadi love interest si hero. Konflik batin muncul karena dia merasa tidak layak dan terus mempertanyakan motif hero. Di sisi lain, hero sendiri punya trauma masa lalu yang membuatnya kesulitan mempercayai orang. Dinamis 'fake relationship' yang berubah jadi perasaan nyata ini diperparah oleh ancaman dari luar seperti mantan musuh hero yang mencoba memanipulasi situasi.

Yang bikin menarik, konfliknya nggak cuma soal romansa tapi juga perjuangan karakter utama utuk menerima diri sendiri. Dia selalu dibayang-bayangi imposter syndrome, sementara hero terlalu protektif karena pengalaman pahit. Kedua belah pihak harus belajar komunikasi yang sehat untuk mengatasi trust issue mereka.

Dari sudut pandang psikologis, inti konflik di sini adalah collision antara self-worth dan destiny. Protagonis terbiasa hidup sebagai background character yang invisible, tiba-tiba dipaksa ke spotlight. Reaksinya relatable banget - dia terus nanya 'why me?' dan skeptis sama semua compliment dari hero. Hero sendiri ironically juga punya inferiority complex terselubung; dia selalu harus tampil sempurna sebagai 'savior of the kingdom', padahal dalam hati lelah dengan ekspektasi itu.

Ketegangan romanticnya unik karena berasal dari dua orang yang sama-sama broken tapi dalam cara berbeda. Hero terbiasa menyelesaikan segala sesuatu dengan kekuatan, tapi kali ini harus belajar vulnerability. Protagonis di sisi lain harus menemukan keberanian untuk percaya bahwa dia deserve happiness. Plot twist tentang alasan sebenarnya di balik proposal menambah lapisan konflik yang bikin pembaca terus tegang - apakah ini akan jadi love story atau tragedy?