2 Jawaban2025-11-13 05:40:13
Pernah penasaran nggak sih gimana urutan keturunan setelah cicit? Aku dulu mikirin ini pas lagi baca novel fantasi yang ada silsilah keluarga rumit. Ternyata, setelah cicit itu ada 'piut'—istilah yang jarang banget dipake sehari-hari. Piut adalah anak dari cicit, dan setelahnya ada 'angang' (anak piut). Lucu ya, kedengarannya kayak nama karakter di cerita rakyat! Sistem penamaan ini sebenarnya berasal dari budaya Jawa, tapi sering dipakai juga secara umum. Aku suka ngayal gimana repotnya nenek moyang dulu ngafalin semua ini tanpa notes digital.
Nah, kalau mau lebih jauh lagi, setelah angang ada 'wareng' (anak angang), lalu 'udeg-udeg' (anak wareng), dan terakhir 'gantung siwur' (anak udeg-udeg). Bayangin aja pas keluarga besar kumpul terus ada yang nanya, 'Eh, lo urutan keberapa?' Trus ada yang jawab, 'Aku gantung siwur dari kakek buyut lo!'—bakal heboh deh obrolannya. Uniknya, tiap daerah kadang punya variasi penyebutan sendiri. Jadi, ini bukan cuma sekadar urutan, tapi juga warisan linguistik yang keren buat dijelajahi.
3 Jawaban2025-11-13 23:27:47
Kebetulan pernah baca silsilah keluarga kerajaan dalam novel-novel sejarah, urutan setelah cicit itu biasanya disebut piut atau buyut. Tapi ini bisa beda-beda tergantung tradisi lokal. Di Jawa misalnya, setelah cicit ada yang namanya anggas atau wareng. Lucu ya bagaimana tiap budaya punya istilah sendiri buat generasi-generasi jauh ini. Aku sendiri suka ngumpulin informasi kayak gini waktu baca novel-novel fantasi yang detail banget soal family tree karakter-karakternya.
Kalau mau lebih teknis, dalam genealogi standar setelah cicit (great-great-grandchild) itu generasi berikutnya disebut great-great-great-grandchild, tapi jelas terlalu panjang buat penyebutan sehari-hari. Makanya muncul istilah-istilah tradisional tadi. Pernah nemuin bagan silsilah di game 'Crusader Kings' yang bikin pusing karena harus ngurutin sampai 7 generasi kebelakang!
2 Jawaban2025-11-13 06:17:54
Generasi setelah cicit dalam silsilah keluarga memang sering jadi pertanyaan menarik! Kalau mengacu pada tradisi Jawa, urutannya biasanya dimulai dari anak, cucu, buyut, canggah, kemudian wareng. Jadi setelah 'cicit' (yang sebenarnya istilah lain untuk buyut), generasi berikutnya disebut 'canggah'. Aku dulu penasaran banget soal ini pas nemuin silsilah keluarga kakek yang ditulis di kertas tua. Lucunya, tiap daerah di Indonesia kadang punya sebutan berbeda. Di Sunda, misalnya, ada istilah 'pianggeut' setelah cicit. Seru ya ngulik detail kecil kayak gini—kayak nemuin puzzle sejarah keluarga sendiri.
Yang bikin tambah menarik, ternyata di budaya lain juga ada sistem penamaan khusus. Masyarakat Batak pakai marga turun-temurun, sementara di Eropa lebih sering pakai angka romawi seperti 'IV' untuk keturunan keempat. Aku sendiri suka bayangin gimana orang zaman dulu ngafalin semua ini tanpa aplikasi silsilah. Mungkin karena dulu keluarga besar tinggal berdekatan jadi lebih gampang ingat hubungan kekerabatan. Sekarang? Haha, kadang nama sepupu sekali jauh aja udah lupa!
3 Jawaban2025-11-13 07:18:49
Pernah nggak sih kepikiran tentang silsilah keluarga sampai beberapa generasi ke depan? Aku pernah penasaran banget waktu baca novel 'One Hundred Years of Solitude' yang penuh dengan generasi Buendía. Dalam bahasa Indonesia, setelah cicit (generasi ke-4), kita punya sebutan khusus lho! Generasi berikutnya disebut 'piut' (generasi ke-5), lalu 'anggah' (generasi ke-6).
Yang menarik, tiap daerah di Indonesia kadang punya variasi penyebutannya. Aku ingat nenek dari Jawa pernah bilang 'wareng' untuk generasi setelah piut. Lucu ya bagaimana bahasa bisa berkembang dengan nuansa lokal. Terkadang aku iseng membuat diagram pohon keluarga sambil belajar terminologi ini – bikin kayak dunia fantasi sendiri!
3 Jawaban2025-11-13 17:33:01
Pernah kepikiran nggak sih, urutan generasi keluarga kita ternyata punya nama-nama khusus yang jarang dipakai sehari-hari? Setelah cicit, ada piut (generasi ke-5), buyut (ke-6), dan canggah (ke-7). Aku baru tahu ini waktu iseng baca buku silsilah keluarga Jawa tempo dulu. Lucu ya, sebenarnya bahasa kita sangat kaya untuk menggambarkan hubungan darah, tapi mungkin karena kehidupan modern yang individualistik, jadi jarang ada yang ngobrolin.
Aku malah penasaran apakah generasi sekarang masih peduli sama hal-hal kayak gini. Dulu nenekku suka cerita tentang pentingnya mengenal garis keturunan, tapi sekarang kayaknya udah mulai memudar. Justru lewat cerita-cerita fantasi kayak 'One Hundred Years of Solitude' atau game 'Fire Emblem' yang punya sistem silsilah rumit, aku jadi lebih tertarik belajar tentang terminologi keluarga tradisional.