Apakah Juri Lomba Menilai Puisi Idul Adha Berdasarkan Isi?

2025-10-06 23:42:04 317

1 Answers

Parker
Parker
2025-10-10 12:07:01
Menarik banget jadi topik pembahasan, karena sering terlihat juri nggak cuma menilai satu aspek saja saat lomba puisi Idul Adha.

Biasanya isi memang jadi pondasi utama—pesan, kedalaman makna, dan keterkaitan dengan tema Idul Adha (kisah pengorbanan, keberanian iman, empati, serta nilai sosial seperti berbagi dan kurban) dinilai serius. Tapi jangan bayangin juri cuma baca naskah lalu beri skor; mereka sering pakai rubrik yang memadukan beberapa kriteria: kesesuaian tema dan kekayaan isi (makna, orisinalitas ide), kualitas bahasa (diksi, gaya, citraan), struktur puisi (aliran, repetisi, ritme), serta faktor penampilan jika lomba termasuk pembacaan. Di banyak lomba, bobot isi bisa besar—misalnya 30–50% dari total—namun performa lisan, penghayatan, dan orisinalitas bisa mengubah posisi peserta secara signifikan.

Selain itu, juri juga memperhatikan aspek etika dan sensitivitas religius. Karena Idul Adha adalah momen ibadah dan kultur, puisimu dianggap berhasil kalau menghormati nilai-nilai agama tanpa menyinggung pihak tertentu atau memaksakan interpretasi kontroversial. Keakuratan rujukan (kalau menyitir kisah Nabi Ibrahim dan Ismail) dan keterpaduan pesan moral biasanya dihargai. Plagiarisme jelas jadi bendera merah; karya yang terlihat meniru menunjukkan kurangnya orisinalitas dan bisa langsung didiskualifikasi. Jadi, isi harus kuat, jujur, dan punya suara asli.

Kalau kamu mau menang, fokusin isi dengan struktur yang jelas: pembukaan yang menarik, pengembangan tema dengan citraan dan metafora yang relevan, lalu penutup yang memberi refleksi atau dorongan bertindak (misal ajakan berbagi atau introspeksi spiritual). Pilih bahasa yang mudah dicerna tapi puitis—terlalu banyak klise religi justru bikin naskah terasa hambar. Di sisi lain, kalau lomba mengharuskan pembacaan panggung, latihan pengucapan, intonasi, jeda, dan kontak mata bisa bikin isi yang biasa jadi terasa mendalam. Aku pernah nonton lomba di kampus; peserta dengan puisi sederhana tapi dibawakan penuh penghayatan bisa bikin penonton (dan juri) tertegun lebih lama daripada peserta yang naskahnya berisi metafora rumit tapi dibaca datar.

Intinya, ya, juri menilai isi—tapi tidak terpisah dari cara isi itu disampaikan. Isi yang kuat memberi fondasi, tapi masih perlu orisinalitas, bahasa yang pas, dan performa yang mendukung agar pesan benar-benar nyangkut. Buat yang mau ikut, tulis dari hati, jaga rasa hormat terhadap tema, uji keaslian, lalu latih cara membawakannya; kombinasi itu yang sering bikin puisi Idul Adha jadi momen berkesan di panggung.
View All Answers
Scan code to download App

Related Books

Amplop Isi Lima Ribu
Amplop Isi Lima Ribu
Perjuangan Zidan mengangkat derajat orang tuanya yang miskin dan selalu dihina, apalagi saat dipermalukan karena memberikan isi amplop hanya dengan uang lima ribu rupiah, uang terakhir yang mereka punya saat itu
9.8
42 Chapters
Apakah Ini Cinta?
Apakah Ini Cinta?
Suamiku adalah orang yang super posesif dan mengidap sindrom Jacob. Hanya karena aku pernah menyelamatkan nyawanya dalam kecelakaan, dia langsung menganggapku sebagai satu-satunya cinta sejatinya. Dia memaksa tunanganku pergi ke luar negeri, lalu memanfaatkan kekuasaannya untuk memaksaku menikahinya. Selama 10 tahun pernikahan, dia melarangku berinteraksi dengan pria mana pun, juga menyuruhku mengenakan gelang pelacak supaya bisa memantau lokasiku setiap saat. Namun, pada saat yang sama, dia juga sangat memanjakanku. Dia tidak akan membiarkan siapa pun melukai maupun merendahkanku. Ketika kakaknya menghinaku, dia langsung memutuskan hubungan dengan kakaknya dan mengirim mereka sekeluarga untuk tinggal di area kumuh. Saat teman masa kecilnya sengaja menumpahkan anggur merah ke tubuhku, dia langsung menendangnya dan menyiramnya dengan sebotol penuh anggur merah. Dia memikirkan segala cara untuk mendapatkan hatiku, tetapi hatiku tetap tidak tergerak. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk mengikatku dengan menggunakan anak. Oleh karena itu, dia yang sudah melakukan vasektomi dari dulu melakukan vasektomi reversal. Namun, ketika aku hamil 3 bulan, kakaknya membawa sekelompok orang menerjang ke vila kami, lalu menuduhku berselingkuh dan memukulku hingga aku keguguran. Pada saat aku sekarat, suamiku akhirnya tiba di rumah. Kakaknya menunjukkan bukti yang diberikan teman masa kecil suamiku dan berkata, “Tristan, wanita jalang ini sudah berselingkuh dan mengandung anak haram. Hari ini, aku akan bantu kamu mengusirnya!”
8 Chapters
Sedalam Cinta Naura (Apakah Kamu Bahagia?)
Sedalam Cinta Naura (Apakah Kamu Bahagia?)
Cinta kepada Naura, membuat Adam menjadi gila. Naura terpaksa meninggalkan Adam karena hutang keluarganya dan harus menikah dengan lelaki yang tidak dicintai karena hutang tersebut. Naura pun menikah dengan orang lain, dan Adam menjadi pesakitan dan orang gila. Saat itulah, keajaiban tiba ..., Adam berusaha bangkit dan cintanya pada Naura masih membekas dalam hatinya.
10
72 Chapters
Dua Sisi
Dua Sisi
Revan Aditama Perkasa, CEO ADITAMA Group. Putra tunggal Gilang Aditama Perkasa sudah tidak berhasrat lagi untuk menikah saking tidak beruntungnya dia dalam hubungan asmara. Mulai dari jatuh cinta pada gurunya sendiri, bertunangan dengan orang yang salah, sampai akhirnya jatuh cinta pada pacar orang, menjadikan Revan apatis terhadap yang namanya pernikahan. Dia sudah muak menghadapi kaum sosialita manipulatif yang selalu berlindung atas nama cinta. Sampai suatu hari ayahnya memintanya untuk menikahi seorang wanita yang tidak biasa. Dia adalah wanita dari Suku Anak Dalam. Suku yang paling terkebelakang negri ini. "Bagaimana mungkin Saya seorang CEO Aditama Group yang mewakili segala hal yang modern dan intelektual, beristrikan seorang wanita paling primitif dinegeri ini?" -Revan Aditama Perkasa. "Saya ingin maju, ingin berpendidikan dan ingin membantu suku kami yang masih hidup dalam keterbelakangan di hutan rimba. Katanya manusia modern seperti anda lebih manusiawi dan berbudi pekerti. Tetapi untuk memanusiawi kan istri anda sendiri saja, anda tidak bisa. Masih layak kah anda disebut sebagai seorang manusia modern? Bahwasannya tingkah anda yang hobby kawin sembarangan pun sebenarnya lebih menjijikkan dari suku kami. Anda tidak lebih tinggi derajatnya dari suku yang anda katakan primitif itu sendiri. Embun Pagi Nauljam.
10
46 Chapters
ADHARA
ADHARA
Dalam terang yang temaram, ada gelap yang benderang.Ketika bintang yang biasanya berpijar perlahan meredup, menggelap menyisakan seribu tanda tanya membawa rasa dengan segala kenangan berbalut luka Sama halnya dengan kecewa yang mendewasakan dan cinta yang mengecewakan Lisa Pradita Celestial salah satu mahasiswi semester 4 yang jatuh cinta terhadap Dirga Adhara Prasetya cowok populer yang sangat mencintai kekasihnya Indah Damayanti. Akankah Lisa terus-terusan menyukai Dirga dalam diam atau ia mengungkapkan perasaan yang selama ini ia pendam Dan bagaimana dengan Dirga yang harus selalu sabar menghadapi Indah yang semakin hari semakin berubah. Bahkan ia datang menemui Dirga hanya kalau ingin dibelikan sesuatu "Gue ngasih tau perasaan gue sama lo bukan untuk lo nerima gue. Jangan terbebani sama apa yang mulut gue bilang. Kadang ada hal yang memang gak bisa untuk gue dapatin. Ello contohnya-" Akan kah cinta Lisa terbalas atau bertepuk sebelah tangan? Ayok ikuti kisahnya,....
Not enough ratings
16 Chapters
Jerat Ambisi Cinta sang Dokter
Jerat Ambisi Cinta sang Dokter
Clarabella Sutomo, diusianya yang sudah kepala tiga itu dia harus terpaksa tetap melajang karena sang kekasih yang notabene sudah memiliki isteri itu memaksanya menjalani hubungan terlarang dengan dokter jantung yang sudah dipacarinya sejak lama. Arga Yoga Saputra, dokter jantung dengan sejuta pesona itu harus terpaksa menjalani pernikahan atas kehendak orang tuanya, menikahi Indira Yustina Pramudhita, anak pemilik rumah sakit tempatnya bekerja. Arga sampai kapanpun hanya mencintai Clara, membuat dia melakukan segala cara untuk bisa tetap memiliki kekasihnya itu. Lantas bagaimana dengan istri dari Arga? Dan bagaimana jika ada pria ambisius lain yang datang dan menginginkan Clara? Apa yang akan terjadi dan siapa yang akan memiliki hati residen anestesi itu sepenuhnya? Sebuah cerita yang menyadarkan kita bahwa sebenarnya perselingkuhan itu bisa terjadi pada siapa saja, dengan alasan apa saja. Bahwa sebenarnya bukan cinta yang mendasari semua itu ada, melainkan nafsu dan ambisi yang perlahan-lahan mendorong manusia untuk berbuat tidak selayaknya. Surakarta, 9 September 2021
10
200 Chapters

Related Questions

Bagaimana Anda Menulis Puisi Tentang Bunga Untuk Ibu?

3 Answers2025-10-20 11:21:38
Satu cara yang sering kucoba adalah memulai dari sebuah kenangan kecil. Aku suka membayangkan sebuah momen—misalnya tangan ibu yang membengkok menata vas bunga di meja makan, atau aroma basah dari tanah setelah ibu menyiram tanaman pagi-pagi. Dari situ aku menangkap detail sensorik: warna yang nempel di pelupuk mata, suara gesekan daun, rasa hangat cangkir teh yang diteguk sambil memandangi bunga. Detail kecil seperti itu yang membuat puisiku tidak klise karena pembaca bisa ikut berada di sana, mendengar dan mencium, bukan cuma membaca kata-kata kosong. Langkah praktis yang kulakukan selanjutnya adalah memilih metafora yang sederhana tapi tepat: bunga sebagai senyuman, sebagai rahasia yang mengepak, atau sebagai waktu yang mekar. Aku cenderung memakai kalimat pendek bergantian dengan baris yang sedikit lebih panjang untuk memberi ritme, lalu menutup dengan sapaan langsung ke ibu—bukan sekadar nama, melainkan sesuatu yang intim seperti 'tanganmu' atau 'malammu'. Contoh baris yang sering kuulang dalam draf: 'Bunga pagi ini membawa kenangan kopi dan tawa,' atau 'kamu seperti lili, tenang namun berani.' Setelah itu aku baca keras-keras, merapikan kata yang terasa canggung sampai ritme dan emosi nyambung. Puisi terbaik menurutku adalah yang terasa seperti surat; sederhana, hangat, dan mudah dilafalkan di depan ibu. Itu yang selalu membuat mataku berkaca-kaca tiap kali kubacakan untuknya.

Bagaimana Penyair Modern Menggubah Puisi Tentang Bunga?

3 Answers2025-10-20 14:52:29
Lukisan bunga di kepalaku sering dimulai dari hal sepele: sisa kopi di gelas, bau hujan yang menempel pada pot tanah liat, atau notifikasi yang muncul di layar ponsel. Aku suka mencoba menangkap itu semua menjadi baris—bukan baris yang rapi seperti katalog botani, melainkan potongan-potongan yang ditumpuk, dipotong, dan kadang ditempel dari teks lain. Misalnya, aku pernah menulis puisi yang mengambil kata-kata dari daftar harga bibit online dan menyusunnya ulang jadi soneta modern; hasilnya aneh tapi terasa jujur, seperti bunga yang tumbuh di retakan trotoar. Di halaman struktur, aku bermain dengan teknik: enjambment panjang untuk meniru akar yang merayap, baris pendek seperti serbuk sari, dan putih halaman sebagai ruang kosong yang sama pentingnya dengan teks. Visual juga penting—apa jadinya bunga tanpa gambar? Aku sering menggabungkan tipografi tebal, spasi, bahkan potongan foto untuk memberi tekstur. Tema ekologis masuk dengan mudah; bunga bukan cuma keindahan, tapi juga korban pembangunan dan perubahan iklim. Menulis tentang itu bikin puisiku terasa mendesak, bukan hanya dekoratif. Yang paling menyenangkan adalah reaksi—ketika pembaca mengirim pesan bilang mereka mencium bau melati padahal aku hanya menulis tentang lampu jalan dan aspal. Itu tanda puisi berhasil memancing indera. Jadi, bagiku, menggubah puisi tentang bunga hari ini berarti merangkul kebisingan modern tanpa mengabaikan kelembutan yang sebenarnya membuat bunga menarik: kebetulan, kerentanan, dan cara kita tetap berharap meski musim berubah.

Di Mana Anda Bisa Menemukan Antologi Puisi Tentang Bunga Lama?

4 Answers2025-10-20 15:34:25
Aku senang sekali menelusuri rak-rak pudar di toko buku bekas ketika mencari antologi puisi bertema 'bunga lama'. Mulai dari toko-toko kecil di sudut kota sampai pasar buku Minggu pagi, tempat-tempat itu sering menyimpan koleksi tak terduga: antologi lokal, cetakan tua, bahkan buletin komunitas yang memuat puisi bertema flora. Coba cari di perpustakaan daerah atau Perpustakaan Nasional (Perpusnas) dengan kata kunci seperti 'bunga', 'puisi', 'antologi', atau nama-nama penyair yang memang suka memakai citra bunga—misalnya kamu bisa menemukan karya-karya Sapardi Djoko Damono dalam kumpulan seperti 'Hujan Bulan Juni' yang penuh metafora alam. Selain itu, jangan remehkan toko buku indie, zine kecil, dan penerbit lokal; mereka suka menerbitkan antologi tematik yang tidak dipasarkan luas. Kalau aku menemukan buku seperti itu, rasanya seperti menemukan surat cinta lama—penuh bau kertas dan memori. Selamat berburu, semoga kamu dapat sampul pudar dengan puisi yang membuat hati bergetar.

Apa Ciri Utama Puisi Elegi Adalah Penggunaan Bahasa Bagaimana?

4 Answers2025-10-20 12:09:05
Ada hal yang langsung kusadari setiap kali membaca elegi: bahasanya cenderung melankolis namun terkontrol. Aku sering tertarik pada bagaimana penyair memilih kata-kata yang sederhana tapi bermuatan—bukan melulu runtuhan metafora yang rumit, melainkan pilihan kata yang menimbulkan keheningan. Dalam elegi, kata sering dipadatkan sehingga tiap frasa membawa beban emosi; ada ritme lirikal yang mengalun perlahan, di mana jeda dan pengulangan berfungsi seperti napas yang menahan duka. Gaya bahasa juga sering bersifat personal dan langsung, meski bisa memakai citraan universal—langit, malam, sungai—sebagai cermin kehilangan. Aku merasakan penggunaan apostrof (panggilan pada yang tiada) dan pertanyaan retoris yang membuat pembaca diajak berduka bersama. Intinya, elegi memadukan kesedihan personal dengan estetika bahasa yang membuat rasa kehilangan terasa indah sekaligus mengena, dan itu selalu membuat aku berhenti sejenak saat membaca.

Struktur Puisi Elegi Adalah Seperti Apa Dalam Analisis Sastra?

4 Answers2025-10-20 15:53:18
Ada sesuatu yang selalu menarik perhatianku tentang elegi: ia seperti percakapan yang berbisik antara penyair dan ketiadaan. Dalam pengamatan aku, struktur elegi klasik biasanya bergerak melalui tiga tahap dasar—ratapan, pujian, dan penghiburan—namun bukanlah pola kaku. Pada bagian awal penyair sering membuka dengan ekspresi kehilangan yang intens, menggunakan citraan kuat dan pertanyaan retoris untuk menyoroti kekosongan. Di bagian tengah, nada bisa beralih menjadi reflektif atau dokumenter: kenangan tentang almarhum, pencatatan sifat-sifat mereka, atau pengakuan dosa dan penyesalan. Akhirnya ada upaya mencari penghiburan, entah lewat nasihat moral, pemaknaan ulang kematian, atau pengakuan tentang kelangsungan hidup dalam ingatan. Secara formal aku perhatikan bahwa elegi dapat memanfaatkan bentuk metrum tradisional—seperti pasangan elegiak pada tradisi klasik—atau justru memilih bentuk bebas dengan repetisi, enjambment, dan refrains untuk menekankan kehilangan. Yang membuat elegi berkesan bagi aku adalah pergeseran tonal: dari kepedihan ke penerimaan, walau penerimaan itu sering terasa pahit dan ambigu. Itu selalu meninggalkan rasa intim, seperti menerima surat dari teman yang sedang meratapi dunia, dan aku suka sekali merasakannya.

Sejarah Puisi Elegi Adalah Mulai Kapan Dalam Sastra Indonesia?

4 Answers2025-10-20 03:11:49
Bayangkan sebuah nyanyian duka yang menempel di bibir masyarakat nusantara jauh sebelum kata 'puisi elegi' dipakai — itulah akar yang sering kulacak saat membahas sejarah elegi dalam sastra Indonesia. Dari sudut pandang tradisional, bentuk-bentuk ratapan dan lagu duka sudah ada sejak lama dalam budaya lisan: tangis pengantar pemakaman, kidung-kidung Jawa, nyanyian para pelayat di Sumatera, atau syair dan pantun yang memuat unsur kehilangan. Itu berarti nuansa elegis hidup berabad-abad dalam praktik budaya; ia bukan sesuatu yang tiba-tiba muncul bersamaan dengan buku cetak. Namun, istilah elegi dan bentuk puitik modernnya lebih jelas muncul ketika tradisi lisan bertemu sastra bertulis dan pengaruh luar. Dalam periode modernisasi sastra Melayu-Indonesia, terutama sejak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 ketika karya-karya mulai dicetak dan ide-ide romantisme Eropa meresap, nuansa elegi mulai terstruktur sebagai genre puitik: puisi yang secara sadar meratapi kematian, kerinduan, atau kehancuran. Nama-nama modern seperti Amir Hamzah, Chairil Anwar, lalu generasi sesudahnya seringkali menulis puisi berbahasa Indonesia yang memuat rona elegis secara eksplisit. Jadi, kalau ditanya mulai kapan—akarnya kuno dan oral, tapi sebagai bentuk sastra yang dikenali secara modern, ia menguat pada awal abad ke-20. Aku selalu merasa menarik bagaimana tradisi lama itu kemudian menyatu dengan ekspresi personal modern, menciptakan elegi yang kita baca sekarang.

Bagaimana Teknik Pengungkapan Puisi Elegi Adalah Yang Efektif?

4 Answers2025-10-20 05:46:15
Ada sesuatu magis ketika elegi dibacakan pelan-pelan. Aku sering mencoba memecah teknik pengungkapan elegi ke dalam beberapa lapis: suara, detail konkret, dan ruang sunyi. Suara di sini bukan cuma nada sedih; itu pilihan kata, irama baris, dan siapa yang ‘berbicara’—apakah itu aku yang langsung meratap, atau persona yang mengamati dari jauh. Mengunci suara yang konsisten membuat pembaca percaya dan merasa diundang masuk. Detail konkret adalah jantungnya. Daripada bilang 'aku sedih', lebih efektif menyebutkan benda kecil—seperti cangkir yang tak lagi dipakai atau jas yang tergantung—yang membawa beban memori. Baris pendek, jeda, dan enjambment bisa memaksa pembaca menarik napas di tempat yang tepat; itu membuat kehilangan terasa nyata. Aku kerap menaruh satu metafora kuat yang berulang sebagai pengikat emosional. Terakhir, jangan takut menggunakan keheningan: baris kosong, jeda panjang, atau mengakhiri dengan citra yang tidak tuntas bekerja seperti gema. Baca lagi puisi setelah istirahat; kadang porsi kata yang dikurangi malah membuat elegi lebih tajam. Ini cara-cara yang sering kusukai dan pakai—hasilnya, elegi terasa seperti obrolan lembut dengan memori yang tak bisa disembunyikan.

Bagaimana Puisi Sapardi Menggambarkan Tema Kerinduan?

4 Answers2025-10-14 21:12:49
Puisi-puisinya selalu membuatku terdiam. Aku ingat pertama kali membaca 'Aku Ingin' sambil menyesap kopi dingin—bahkan cara dia menulis kata-kata sederhana itu terasa seperti napas yang lama tersimpan. Sapardi tidak memaksa pembaca untuk memahami rindu lewat metafora berat; dia menaruh rindu pada benda-benda sehari-hari, pada gerak matahari dan hujan, sehingga rindu terasa sangat mungkin dan dekat. Bahasanya minimalis tapi padat; baris pendek, jeda yang ditinggalkan antarbaris, dan pengulangan sederhana seperti pengulangan napas membuat perasaan itu bergema. Dalam 'Hujan Bulan Juni' misalnya, rindu hadir lewat suasana, lewat kesunyian hujan yang seolah menyimpan suara yang tidak pernah diucapkan. Semua itu menciptakan rasa kurang—sebuah ruang yang menuntut kembalinya sesuatu—tanpa perlu meneriakkan emosi. Bagiku, membaca Sapardi seperti menelusuri rumah yang penuh kenangan; setiap sudut menyimpan bayangan seseorang. Itu rindu yang lembut, tidak dramatis, namun menancap jauh. Aku sering menutup buku dengan perasaan hangat sekaligus getir, merasa dia sudah menulis apa yang sering aku tak mampu ucapkan.
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status