Bagaimana Versi Cerita Rakyat Malin Kundang Berbeda Antar Pulau?

2025-09-08 00:10:34 26

5 Answers

Heather
Heather
2025-09-09 15:34:53
Cerita yang diceritakan nenek di kampung tentang 'Si Tanggang' selalu terasa beda dari versi yang aku baca di buku anak. Di kampung, penekanan lebih ke bagaimana lingkungan sosial bereaksi: bukan cuma kutukan ibu, tetapi juga cemoohan tetangga, rasa malu yang menular, dan konsekuensi hilangnya identitas. Di kota, buku cerita cenderung membatasi detail kelam dan fokus pada momen dramatis saat sang ibu mengutuk.

Di beberapa pulau kecil cerita bahkan menambahkan tokoh-tokoh kecil seperti kenalan di kapal atau saudara yang memperingatkan Malin, membuatnya terasa seperti drama moral lengkap. Ada yang mempertahankan unsur keajaiban secara literal—batu yang benar-benar ada—sementara versi modern kadang menyoroti faktor ekonomi dan ambisi sebagai pemicu tragedi. Menurutku, perubahan-perubahan itu bikin cerita tetap hidup: tiap pendongeng menaruh warna lokalnya, dan jadi seru menebak kenapa penekanan itu dipilih oleh tiap komunitas.
Kiera
Kiera
2025-09-12 07:28:28
Di beberapa pantai aku pernah mengintip batu besar sambil membayangkan kisah yang tak sama, dan itu membuatku merasa cerita itu hidup.

Versi 'Malin Kundang' di Sumatra Barat menekankan kemarahan ibu dan kutukan langsung, yang dipakai untuk mengajarkan hormat kepada orang tua. Di tempat lain seperti Riau atau pesisir Melayu, nama berubah jadi 'Si Tanggang' dan unsur kritik sosial terhadap tunjangan status sosial lebih kentara—ada nuansa bahwa sukses tanpa ingat asal-usul akan membawa kehancuran.

Ada juga versi yang lebih simpatik terhadap tokoh Malin: dia mungkin terpaksa melupakan asal karena kondisi keras, sehingga akhir ceritanya lebih tragis ketimbang moralistik. Perbedaan ini membuatku sering berpikir tentang bagaimana masyarakat memilih sisi cerita untuk dijadikan pelajaran, dan rasanya tiap versi menyimpan sedikit nurani pendongengnya sendiri.
Ethan
Ethan
2025-09-12 17:04:19
Setiap pulau seperti level game yang punya boss versi 'Malin' sendiri, dan aku suka membayangkan perbedaannya sebagai mekanik permainan yang berubah-ubah.

Di satu level, boss-nya adalah rasa malu publik: si anak balik kaya lalu dihujani hinaan, ending-nya berupa batu sebagai simbol kehancuran identitas. Di level lain, boss-nya adalah badai supernatural yang menenggelamkan kapal—lebih fokus pada kuasa alam daripada hukuman personal. Ada pula boss versi 'drama keluarga' yang menambah adegan pengujian identitas—ibu menguji anak lewat tanda khusus agar penonton tahu siapa yang benar.

Yang seru, tiap level punya estetika lokal: pantai berkarang di Sumatra Barat, pelabuhan sederhana di Riau, atau suasana pulau terpencil dengan kepercayaan lokal. Perubahan-perubahan kecil ini bikin cerita nggak gampang bosan dan selalu ada sesuatu baru untuk diceritakan ulang di pertemuan keluarga atau festival rakyat.
Lucas
Lucas
2025-09-13 23:15:37
Melihat versi-versi 'Malin Kundang' dari sudut budaya selalu membuatku terpukau karena setiap pulau seperti menulis ulang moralnya sendiri.

Di Minangkabau, cerita sering mengaitkan elemen perdagangan laut dan adat matrilineal: kepulangan Malin yang sukses namun menolak ibunya terasa lebih mengganggu karena bertentangan dengan nilai kekeluargaan. Di pesisir Melayu yang lain, nama tokoh berubah menjadi 'Si Tanggang' dan nuansanya lebih kepada kesombongan terhadap status—ada lapisan kritik sosial tentang mobilitas kelas: anak desa yang berhasil tiba-tiba mengenyampingkan asal-usulnya.

Sementara itu, di beberapa versi Aceh atau Kepulauan Riau, ada aksen agama atau keajaiban alam yang kuat—badai, ombak besar, atau tanda-tanda yang menunjukkan hukuman ilahi. Kadang endingnya juga dilunakkan menjadi pelajaran yang memungkinkan penebusan, bukan hanya pembalasan, tergantung pesan moral yang ingin dikirim. Bagi penikmat cerita tradisi seperti aku, variasi ini bukan kelemahan tapi justru kekayaan: satu kisah yang menampung beragam kecemasan dan nilai komunitas yang berbeda.
Hannah
Hannah
2025-09-14 13:50:49
Aku sering kepikiran bagaimana satu kisah bisa bercerita berbeda-beda tergantung siapa yang menyampaikannya.

Di Sumatera Barat, versi 'Malin Kundang' yang paling populer menekankan hubungan ibu-anak dan rasa malu sosial: Malin pulang sebagai saudagar kaya lalu menyangkal ibunya di pelabuhan, kemudian ibunya mengutuknya hingga menjadi batu. Lokasi ikoniknya biasanya disebut 'Batu Malin Kundang' di Air Manis, Padang—cerita ini sering dipakai untuk menegaskan norma hormat kepada orang tua dalam kultur setempat.

Di pulau lain, persoalan ini berubah. Di pantai-pantai Riau atau pesisir Melayu, namanya bisa bergeser jadi 'Si Tanggang' dan penekanan moralnya lebih pada kesombongan dan akibat menyombongkan diri terhadap bangsawan. Di beberapa versi Aceh atau pesisir selatan, ada tambahan elemen supernatural yang membuat hukuman datang lewat badai besar atau petir, sementara ada pula versi yang lebih halus: Malin tidak langsung berubah jadi batu, tapi kapalnya hancur dan ia menghilang. Variasi ini menunjukkan bagaimana masyarakat menyesuaikan cerita dengan lanskap lokal dan nilai yang ingin ditekankan—ada yang menekankan adat, ada yang menekankan kehormatan, dan ada yang menonjolkan kekuatan alam sebagai hukuman. Aku suka membandingkan potongan-potongan ini seperti potongan puzzle budaya yang sama-sama membangun rasa takut dan pelajaran moral.
View All Answers
Scan code to download App

Related Books

Bagaimana Mungkin?
Bagaimana Mungkin?
Shayra Anindya terpaksa harus menikah dengan Adien Raffasyah Aldebaran, demi menyelamatkan perusahaan peninggalan almarhum ayahnya yang hampir bangkrut. "Bagaimana mungkin, Mama melamar seorang pria untukku, untuk anak gadismu sendiri, Ma? Dimana-mana keluarga prialah yang melamar anak gadis bukan malah sebaliknya ...," protes Shayra tak percaya dengan keputusan ibunya. "Lalu kamu bisa menolaknya lagi dan pria itu akan makin menghancurkan perusahaan peninggalan almarhum papamu! Atau mungkin dia akan berbuat lebih dan menghancurkan yang lainnya. Tidak!! Mama takakan membiarkan hal itu terjadi. Kamu menikahlah dengannya supaya masalah selesai." Ibunya Karina melipat tangannya tegas dengan keputusan yang tak dapat digugat. "Aku sudah bilang, Aku nggak mau jadi isterinya Ma! Asal Mama tahu saja, Adien itu setengah mati membenciku! Lalu sebentar lagi aku akan menjadi isterinya, yang benar saja. Ckck, yang ada bukannya hidup bahagia malah jalan hidupku hancur ditangan suamiku sendiri ..." Shayra meringis ngeri membayangkan perkataannya sendiri Mamanya Karina menghela nafasnya kasar. "Dimana-mana tidak ada suami yang tega menghancurkan isterinya sendiri, sebab hal itu sama saja dengan menghancurkan dirinya sendiri. Yahhh! Terkecuali itu sinetron ajab, kalo itu sih, beda lagi ceritanya. Sudah-sudahlah, keputusan Mama sudah bulat! Kamu tetap harus menikah dangannya, titik enggak ada komanya lagi apalagi kata, 'tapi-tapi.' Paham?!!" Mamanya bersikeras dengan pendiriannya. "Tapi Ma, Adien membenc-" "Tidak ada tapi-tapian, Shayra! Mama gak mau tahu, pokoknya bagaimana pun caranya kamu harus tetap menikah dengan Adien!" Tegas Karina tak ingin dibantah segera memotong kalimat Shayra yang belum selesai. Copyright 2020 Written by Saiyaarasaiyaara
10
51 Chapters
Bagaimana Denganku
Bagaimana Denganku
Firli menangis saat melihat perempuan yang berada di dalam pelukan suaminya adalah perempuan yang sama dengan tamu yang mendatanginya beberapa hari yang lalu untuk memberikannya dua pilihan yaitu cerai atau menerima perempuan itu sebagai istri kedua dari suaminya, Varel Memilih menepi setelah kejadian itu Firli pergi dengan membawa bayi dalam kandungannya yang baru berusia delapan Minggu Dan benar saja setelah kepergian Firli hidup Varel mulai limbung tekanan dari kedua orang tuanya dan ipar tak sanggup Varel tangani apalagi saat tahu istrinya pergi dengan bayi yang selama 2 tahun ini selalu menjadi doa utamanya Bagaimana Denganku?!
10
63 Chapters
Pasangan Berbeda
Pasangan Berbeda
"Di mana aku?" "Ah ya!" Di sini bukanlah duniaku. Entah bagaimana aku tiba di tempat dunia dewa, apakah penyebabnya hanya dari bermain paralayang? Sungguh mustahil jika kupikirkan. Seseorang telah mengurungku dan tiba-tiba memberikan jabatan sebagai dewi kebenaran. Di sini tempatnya para dewa dan manusia berbagi kehidupan. Namun anehnya dewa itu bagian dari kéntauros. Apa yang terjadi jika dia menyukaiku? Dan ingin memilikiku sepenuhnya. Dewa dari kéntauros itu memang tampan, namun sayangnya. Ku akui apakah aku dapat membalas perasaannya? Aku hanya seorang Ai (robot buatan) dan ingin menjadi manusia juga ingin pulang, namun di sini mereka lebih membutuhkanku. Apakah aku dapat tenang meninggalkan mereka? Aku takut. Seseorang sengaja ingin membunuhku. Apakah aku dapat bertahan dari konspirasi yang tak ku ketahui ini? Dewa pangeran yang membenamkan perasaan padaku, tiba-tiba beralih ingin mencelakaiku? Hahaha... apakah ia berusaha melindungiku? Tolong jelaskan sesuatu padaku.... Liseminsy Art terimakasih atas bantuan covernya.
Not enough ratings
20 Chapters
Andai Semua Berbeda
Andai Semua Berbeda
Menjadi pembantu di rumah Arnon sejak bocah, membuat Fea menjadi sahabat anak majikannya. Kedekatan mereka sampai pada satu janji akan tetap bersama sampai dewasa. Janji masa kanak-kanak itu, akhirnya menahan Fea tidak bisa ke mana-mana kecuali berada di sisi Arnon. Pria muda itu hidup dengan semaunya, karena keluarga yang berantakan. Fea selalu didesak untuk tidak pergi, karena telah berjanji akan tetap di sisi Arnon apapun yang terjadi. Fea sudah tidak tahan dengan tingkah Arnon, tetapi merasa bersalah jika pergi dan meninggalkan Arnon, karena sejatinya hati Fea tertanam untuk Arnon. Meraih cinta Arnon seolah tak mungkin, tapi bertahan hati Fea hanya penuh kepedihan. Andai semua berbeda, Fea tak pernah berjanji sangat mungkin dia sudah bahagia dengan pria yang mencintai dirinya. "Aku mencintaimu, Fea." Kalimat itu yang Fea nantikan. Kapan? Atau haruskah dia pergi tanpa peduli lagi janji masa kecilnya?
9.9
237 Chapters
Karena Kita Berbeda
Karena Kita Berbeda
Kita yang berbeda memaksa bersama. Mengorbankan hati lain yang kucinta sejak masih belia. Pada akhirnya aku, kau dan dia terluka. Cinta yang menyatukan kita di atas perbedaan, Aku yang mengadah, tangan yang kau genggam. Rasa tak pernah salah, cinta juga tak pernah salah, hanya karena kita berbeda dan tak bisa bersama.
Not enough ratings
10 Chapters
Cinta Berbeda Kasta
Cinta Berbeda Kasta
Cinta adalah tentang sebuah hati yang merasakan sesuatu yang indah dan kebahagiaan didalamnya.Tapi apa jadinya bila cinta tersebut ada pada hati seorang laki-laki miskin kepada Wanita dari garis keturunan orang kaya ?Walaupun cinta itu tentang perasaan, tapi materi akan selalu menjadi hambatan, akan tetapi keyakinan dan kekuatan cinta tidak lah selemah yang dibayangkan.Cinta akan merubah semuanya, membuktikan akan kesejatiannya ada dihati-hati setiap insan.
10
13 Chapters

Related Questions

Bagaimana Cerita Rakyat Malin Kundang Memengaruhi Pariwisata Sumatra?

5 Answers2025-09-08 15:36:05
Di kampung halaman aku, cerita 'Malin Kundang' itu lebih dari sekadar dongeng — dia semacam magnet emosional yang bikin orang datang dari jauh. Aku sering duduk di tepian pantai sambil lihat turis foto di depan batu yang konon bentuknya si anak durhaka itu; pemandangan ini rutin bikin warung dan penginapan sederhana kebanjiran pelanggan. Wisata religi dan budaya tumbuh di sekitarnya: ada pentas seni lokal, pembacaan cerita di sore hari, sampai paket tur sejarah lokal yang mengaitkan mitos dengan situs-situs nyata. Dari sudut pandang ekonomi, cerita itu membantu menciptakan identitas destinasi. Petani garam, nelayan, sampai perajin cenderamata mendapat tambahan penghasilan karena permintaan oleh-oleh bertema 'Malin Kundang' naik. Tapi aku juga sedih lihat kadang mitos dipromosikan tanpa konteks, sampai anak muda lokal sendiri lupa versi aslinya. Menurutku, menjaga keseimbangan antara menarik wisatawan dan mempertahankan nilai budaya adalah kunci—biar 'Malin Kundang' tetap hidup sebagai cerita yang mengajar, bukan sekadar alat pemasaran. Itu yang sering aku sampaikan waktu ngobrol sama pengunjung yang penasaran.

Perlukah Cerita Rakyat Malin Kundang Diajarkan Di Sekolah?

5 Answers2025-09-08 06:52:00
Dengar, aku selalu merasa cerita seperti 'Malin Kundang' punya tempat khusus di memori kolektif kita. Sejujurnya, aku ingin sekali melihat kisah itu diajarkan di sekolah dengan pendekatan yang lebih kaya daripada sekadar 'jangan durhaka'. Waktu kecil, aku tumbuh dengan versi yang menakutkan—ibarat peringatan moral tunggal—tetapi di bangku sekolah seharusnya anak-anak diajak memahami konteks: mengapa cerita itu lahir, bagaimana nilai-nilai masyarakat saat itu, dan apa variasi versinya di daerah lain. Dengan begitu, 'Malin Kundang' menjadi pintu masuk ke sejarah lokal, bahasa, dan budaya lisan. Kalau diajarkan secara kritis, cerpen rakyat seperti ini juga bisa melatih kemampuan berpikir analitis: membandingkan versi, menelaah motif tokoh, dan bahkan membuat versi baru yang lebih relevan. Intinya, jangan hapus; perkaya. Aku senang membayangkan kelas yang penuh diskusi, bukan hanya hukuman moral semata, dan itu terasa jauh lebih berguna untuk generasi sekarang.

Mengapa Cerita Rakyat Malin Kundang Memiliki Banyak Versi Lokal?

4 Answers2025-09-08 19:14:01
Suasana pantai kecil selalu bikin aku mikir panjang tentang bagaimana cerita bisa berubah saat angin laut bawa kata-kata ke pulau lain. 'Malin Kundang' itu seperti kain lap yang dipakai dari ujung ke ujung: tiap tempat menggosoknya dengan caranya sendiri sampai motifnya beda-beda. Dalam pengalamanku ngobrol sama kakek-kakek nelayan, versi-versi lokal sering nyambung ke lokasi nyata — misalnya nama batu karang diganti sama nama desa mereka, atau latar latennya dimasukkan unsur lokal seperti upacara adat yang cuma ada di sana. Selain itu, budaya lisan itu nggak statis. Saat seseorang menceritakan ulang, mereka selalu menyisipkan pelajaran yang relevan buat komunitasnya: ada yang tekankan soal durhaka, ada yang lebih ke bahayanya kesombongan ketika pulang kaya. Saya suka membayangkan setiap versi sebagai cermin kecil dari nilai dan konflik masyarakat setempat, jadi banyak versi bukan anomali, melainkan sesuatu yang sangat alami. Aku selalu merasa hangat kalau dengar versi baru, karena itu artinya cerita masih hidup dan terus dipelihara lewat generasi—sesuatu yang bikin hubungan antara masa lalu dan sekarang terasa nyata.

Apa Pesan Moral Utama Dalam Cerita Rakyat Malin Kundang?

5 Answers2025-09-08 15:46:54
Ketika aku mendengar ulang kisah 'Malin Kundang', yang paling menonjol bagiku adalah soal tanggung jawab pada akar sendiri. Di logat penceritaan lama yang kudengar dari kakek, cerita itu selalu diceritakan bukan sekadar untuk menakut-nakuti anak-anak tapi untuk menanamkan rasa hormat pada orang tua dan asal-usul. Konflik utama bukan cuma soal si anak jadi kaya lalu durhaka, melainkan tentang ego yang menolak kewajiban moral: ia lupa siapa yang membesarkannya. Itu membuat kutipan-kutipan cerita terasa seperti peringatan: kekayaan tak membebaskan kita dari konsekuensi tindakan, terutama pada keluarga. Aku percaya pesan ini masih relevan sekarang; di era di mana kesuksesan gemerlap sering membuat orang ingin menyingkirkan masa lalu, kisah 'Malin Kundang' mengingatkan kita untuk tetap rendah hati dan menjaga hubungan. Bagi aku, intinya sederhana: harta dan status itu rapuh, sementara harga diri yang dibangun dari rasa hormat kepada orang tua dan asal-usul jauh lebih langgeng.

Apakah Lagu Atau Soundtrack Muncul Dalam Cerita Rakyat Malin Kundang?

5 Answers2025-09-08 23:28:02
Waktu kecil aku sering duduk di pangkuan nenek mendengar cerita bergema tentang seorang anak yang dikhianati nasibnya, dan satu hal yang selalu kuingat: cerita 'Malin Kundang' sendiri tidak punya sebuah lagu resmi yang melekat secara universal. Dalam tradisi lisan Minang, penceritaan sering dihiasi iringan musik dan syair—randai misalnya menyatukan dialog, tarian, dan lagu; talempong, saluang, atau rebab menemani adegan agar suasana lebih hidup. Jadi ketika aku tumbuh di sana, yang muncul bukan sebuah soundtrack tetap melainkan variasi nyanyian, pantun, atau iringan gamelan kecil yang tergantung pada siapa penceritanya. Di era modern, film, drama panggung, bahkan pertunjukan wisata sering menambahkan musik latar untuk menegaskan emosi: musik sendu saat kutukan diserukan, deru ombak saat kapal melaju, atau chorus anak-anak pada versi yang lebih lembut. Intinya, cerita itu fleksibel—musik datang dan pergi sesuai formatnya, bukan sebagai bagian tak tergoyahkan dari mitos. Aku suka betapa bebasnya tradisi ini, karena setiap generasi bisa menaruh warna musiknya sendiri pada kisah yang sama.

Apa Perbedaan Ending Versi Minang Dalam Cerita Rakyat Malin Kundang?

5 Answers2025-09-08 21:14:35
Satu hal yang sering kutemui waktu mendengarkan versi-versi lokal adalah betapa kaya dan beragamnya akhir cerita 'Malin Kundang'. Di versi populer yang sering dikisahkan di buku cerita anak, ceritanya berujung dramatis: sang anak durhaka dikutuk oleh ibunya dan berubah menjadi batu bersama kapalnya. Namun di tradisi Minang, meski inti pesan soal hormat kepada orang tua tetap sama, ada beberapa variasi penting. Di versi Minang yang lebih tua, elemen adat dan kehormatan keluarga (saluaan) sangat menonjol. Ending sering menekankan malu dan tercabiknya nama keluarga—bukan sekadar hukuman fisik semata. Dalam beberapa cerita, bukan hanya kapal yang jadi batu, melainkan juga adegan laut mengamuk sebagai simbol pembalasan alam atau Tuhan terhadap pelanggaran adat. Ada pula versi yang menambahkan dialog panjang antara ibu dan anak sebelum kutukan, sehingga pembaca lebih merasakan ironi dan sedihnya kehilangan hubungan. Kalau diceritakan secara turun-temurun di kampung-kampung Minang, ada pula versi yang lebih manusiawi: sang anak menyesal, tapi akibatnya tetap berat—ia hidup dalam penyesalan, dibuang dari masyarakat, atau menghilang di laut. Versi ini tidak selalu literal mem-petrifikasi tokoh; kadang akhir yang tragis itu disampaikan sebagai pelajaran moral kuat tentang tanggung jawab terhadap asal-usul. Menurutku, variasi-variasi ini bikin cerita 'Malin Kundang' terasa hidup dan relevan dalam konteks budaya Minang. Aku suka bagaimana setiap versi menonjolkan nuansa yang berbeda—kadang lebih religius, kadang lebih adat—tetapi tetap membuat kita merenung soal rasa hormat.

Siapa Penulis Asli Yang Dikaitkan Dengan Cerita Rakyat Malin Kundang?

5 Answers2025-09-08 05:28:53
Salah satu cerita yang sering kutemui sejak kecil adalah 'Malin Kundang'. Kalau ditanya siapa penulis aslinya, aku selalu jawab dengan tegas: nggak ada. Cerita itu berasal dari tradisi lisan masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat, diwariskan turun-temurun lewat penceritaan, pantun, dan lagu rakyat. Karena sifatnya lisan, tokoh, detail, dan versi ceritanya berubah-ubah tergantung siapa yang bercerita dan kapan. Ada yang menekankan sisi tragisnya, ada yang menambahkan unsur magis, tapi intinya sama: peringatan tentang kesombongan dan bakti kepada orang tua. Setelah jadi cerita tertulis, banyak penulis dan kolektor folklore yang menuliskan versi mereka, sehingga muncul banyak adaptasi—mulai buku anak, teater sekolah, sampai cerita populer. Tapi menyebut satu nama sebagai 'penulis asli' itu menyesatkan karena cerita ini lebih tepat dipandang sebagai milik komunitas. Itu yang selalu membuat aku tersentuh: cerita yang lahir dari banyak mulut dan hati, bukan satu pena saja.

Bagaimana Alur Cerita Dalam Komik Malin Kundang Pdf?

3 Answers2025-08-15 01:17:06
Dari halaman pertama sampai terakhir, alur cerita dalam komik 'Malin Kundang' mengajak kita menyelami kisah yang penuh dengan pelajaran hidup. Cerita ini dimulai dengan latar belakang yang sederhana, di mana Malin Kundang, seorang anak laki-laki yang diberkati dengan kecerdasan dan ketekunan, tinggal bersama ibunya di desa kecil. Setelah lama hidup miskin, Malin memutuskan untuk merantau mencari peruntungan. Kecerdasannya membantunya meraih kesuksesan di negeri orang. Saat Malin kembali ke desanya, ia kini telah menjadi seorang saudagar kaya. Namun, di sinilah konflik utama muncul. Kebanggaan dan kesombongan mulai merasuk dalam dirinya. Ia merasa malu akan latar belakangnya yang sederhana dan berusaha mengingkari ibunya yang telah merawatnya dengan susah payah. Sikapnya yang angkuh menjauhkan ia dari ibunya, yang selalu setia menunggu kepulangannya. Klimaks cerita terjadi ketika ibunya, yang tidak mengenali putranya karena perubahan sikapnya, berdoa dan memohon agar Malin merasakan apa yang ia rasakan. Seiring berjalannya waktu, Malin pun mengalami banyak rintangan yang membawa malapetaka. Kisah ini mengajarkan kita tentang balasan dari tindakan kita serta pentingnya tidak melupakan asal-usul dan orang-orang yang kita cintai. Dengan semua elemen ini, 'Malin Kundang' bukan hanya sekadar cerita rakyat, melainkan peringatan bagi kita semua agar tetap rendah hati dan menghargai keluarga.
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status