Kita yang berbeda memaksa bersama. Mengorbankan hati lain yang kucinta sejak masih belia. Pada akhirnya aku, kau dan dia terluka. Cinta yang menyatukan kita di atas perbedaan, Aku yang mengadah, tangan yang kau genggam. Rasa tak pernah salah, cinta juga tak pernah salah, hanya karena kita berbeda dan tak bisa bersama.
View MoreAdelia Ruth Prawita, gadis periang, mempunyai rasa percaya diri tinggi, vokal dan ambisius. Apa yang ia inginkan harus didapatkan. Tidak peduli sesulit apapun itu, berusaha agar apapun bisa terwujud seperti maunya. Termasuk soal cinta, siapapun lelaki yang ia sukai harus bisa ditakhlukkan dan wajib hukumnya menjadi miliknya. Hingga pada satu ketika Ruth jatuh cinta pada seorang lelaki, yang menurutnya cukup sulit untuk digapai. Dialah Abian Anggara Firman. Seorang lelaki yang beberapa hari terakhir ini mengisi pikirannya. Berawal dari pertemuan yang tak disengaja pada sebuah insiden. Sejak saat itu, Ruth selalu mengingatnya, bayangan wajah Abian yang tampan dan rupawan terus menghantui. Dia adalah pria yang sulit didekati, sifatnya yang cool, cuek dan perfeksionis membuat nyalinya sedikit menciut. Namun tak sedikitpun ada niat untuk menyerah, selalu berusaha mencari celah agar dirinya bisa masuk ke dasar hati pria rupawan itu. Namun ada hal yang cukup membuat gadis itu ragu untuk mendapatkannya, perbedaan keyakinan yang menghalangi kisah mereka. Pagi ini seperti biasa gadis itu tampak terburu-buru.
"Aduh bisa telat nih kalau gak cepat, kayaknya harus terbang deh." gumam gadis itu melangkah lebar setengah berlari sambil melirik ke arah jam yang melingkar di tangan kirinya. "Semoga saja aku tidak telat, please!" Ruth semakin mempercepat langkahnya. Tanpa dirinya sadari seorang lelaki sedang berlari dari arah berlawanan. Dan tiba-tiba, Bruk. Tubuh Ruth sedikit terhuyung dan buku ditangannya jatuh berserakan di lantai. “Maaf, maaf, aku tidak sengaja maafkan aku." Sambil meraih buku-buku yang berserakan tanpa melihat siapa yang sudah dirinya tabrak. “Tidak apa-apa, lain kali hati-hati !” suara bariton itu terdengar merdu di telinganya. Deg. "Sepertinya suara ini tidak asing" gumam Ruth pelan bahkan sangat pelan. Lalu refleks Ruth mendongak dan melihat siapa sosok yang sudah tanpa sengaja ia tabrak. "OMG, Abian ?" sela Ruth dengan mata melebar sempurna. “Hei , kamu ? lagi ?” “Ha ?” memandang Abian dengan tatapan bingung dan mata yang berkedip-kedip. “Hei, kamu tidak apa-apa ?” tanya Abian melihat gadis itu tak bergeming. “E-eh ti-tidak, aku tidak apa-apa, sekali lagi maafkan aku, aku sedang terburu-buru.” “It’s OK, lain kali berhati-hatilah dan jangan sampai kau menabrakku LAGI !” ucap Abian dengan menekankan kata lagi. “Hah, i-iya maafkan aku," lalu dia berlalu pergi dengan jantung yang berdetak lebih cepat. Abian, lelaki itu berlalu pergi, sementara Ruth masih memandangi punggung lelaki yang berhasil mencuri hampir seluruh perhatiannya. "Huft". Ruth menghela napasnya dengan kasar. Menghirup oksigen lebih banyak. “Dasar lelaki aneh, sombong sekali dia, tapi kenapa aku menyukainya ? Oh Tuhan." Ucap Ruth setengah berteriak dan sedikit uring-uringan. “Oh Tuhan ini benar-benar menarik. Jantungku terasa melompat kegirangan, hanya karena dia menyapaku. Bagaimana jika dia berkata lembut padaku ? dan memanggilku sayang, oh mesranya .“ "Oh Tuhan aku kenapa sih?" Memukul-mukul kepalanya berulang-ulang dan mencoba mengembalikan kesadarannya. “Aduh, mikir apa sih aku?" Hufht, menghela napas kasar. “Aku bisa gila gara-gara kamu Abian!” Teriak Ruth sambil mengacak-acak rambut. “Oh ya ampun aku telat, gawat ini!" Kemudian ia berlalu dan berlari agar segera tiba dikelas. Di kelas “Eh, apa-apaan sih kamu Ruth ? Dikejar demit loh ?” Kesal Tita pada sahabat kentalnya. “Huft." Menghela napas kasar. “Kesambet apa loh Neng?” “A-ku ham-pir sa-ja te-lat.” Ucapnya terbata-bata dengan napas terengah-engah. “Aku gak heran kamu telat, kamu on time, baru aku heran!” ejek Tita dengan muka cemberut. Titania Amalia, sahabat Ruth yang paling mengerti dirinya. Ruth dan Tita sudah berteman sejak awal mereka masuk perguruan tinggi. “Yeah kamu, kalau ngomong suka benar ya.” “Baru tau lo?" sahut Tita. “Enggak, udah lama.” ucap Ruth sambil melengos. “Oh ya Ta, kamu tau gak, tadi aku ketemu sama siapa ?” “Abian ?” tebak Tita dengan santainya. “Kok kamu tau Ta ?” “Taulah, Abian Anggara Firman, cowok yang belakangan ini selalu jadi topik pembicaraan kamu. Sampai bosan aku dengarnya. Setiap hari hanya nama dia doang yang kamu sebut!” “Jangan bosan dong sayang !” ucap Ruth manja. “Jangan bosan dong sayang. Bosan aku, please." Teriak Tita kesal mengulang ucapan Ruth. “Ya udah gak jadi cerita akunya.” Ucapnya sedikit merajuk. “Bagus !” Sambil menampilkan kedua jempolnya. ”Tita !” Ruth berteriak memekakan gendang telinga sahabatnya. “Jangan teriak, suaramu gak enak didenger !” “S**l*n loh !” “Udah, berisik, noh dosen killer tuh dah datang!” “Huft." Menghela napas panjang sambil meninju di udara meluapkan kekesalannya. Perpustakaan. Bian sedang asyik mencari buku yang diinginkannya di rak yang tersusun rapi dengan banyak buku. Tiba-tiba, Bruk. tumpukkan buku terjatuh dan menimpa kepalanya, sambil mengusap-usap kepalanya Bian melihat siapa yang sudah ceroboh menjatuhkan buku-buku itu. “KAMU ? LAGI ?” dengan mata membulat sempurna.Ucapan Dion cukup mengejutkan bagi Abian. Lelaki itu seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Lalu dirinya kembali mempertanyakannya lagi.“Di, kamu serius dengan apa yang kamu katakan tadi?”“Yan, Yan, aku hanya bercanda. Mana mungkin aku mengkhianatimu. Kamu dan Bening itu sahabatku, kalian berdua sudah seperti keluargaku sendiri. Tenang saja, masih banyak gadis-gadis lain yang bisa aku suka.”“Benarkah? Tapi kenapa kamu masih sendiri saja sampai sekarang?” ejek Bian.“Itu karena aku hanya ingin satu saja seumur hidup. Tidak ingin menyakiti banyak wanita.”“Benarkah? Dan aku percaya,”celetuk Abian santai sambil merangkul bahu sahabatnya.“Kamu memang harus percaya.”“Baiklah, aku percaya.”####Hari ini terasa sangat melelahkan bagi Bening, setelah seharian menjalankan aktivitas sebagai mahasiswi dengan segudang kegiatan dan segudang pula praktik klinik yang ia jalankan. Ya, sebagai mahasiswi kebidanan waktu untuk sekedar melepaskan lelah dirasa sangat dibutuhkan walaupun h
Teriakkan Bening terdengar nyaring di telinga Abian, dia langsung berlari ke arah sumber suara. Di dapur terlihat gadis itu tengah memegang lututnya yang terluka. Lantai yang licin akibat ada sedikit tumpahan minuman membuat Bening terpeleset dan karena mencari pegangan agar tidak terjatuh, tangan kanannya memegang pada sebuah rak di mana tersusun piring dan mangkuk berbahan plastik dengan brand ternama. Pada akhirnya bukan hanya Bening yang terjatuh, tapi piring dan mangkuk plastik itupun terjatuh dan menimpa dirinya.Abian yang melihat posisi gadis itu terjatuh sambil mengelus-elus kepalanya yang kejatuhan benda sambil memegangi lututnya yang sedikit berdarah langsung mendekati.“Kamu tidak apa-apa? Kenapa bisa jatuh?” Jelas raut khawatir terlukis diwajah dan nada suaranya.Gadis itu menggelengkan kepalanya, ia hampir menangis, airmatanya sudah siap untuk tumpah membasahi pipinya. Abian yang cepat tanggap pada keadaan langsung mencegah agar gadisnya tidak menangis.“Jangan menangis
Bab 8: Jaga Batasanmu“Selamat ulang tahun Abian sayang.” Ucap Ruth dengan nada lembut dan mesra.Abian menoleh ke arah di mana gadis itu berada. Lelaki tampan itu melihat Ruth dengan tatapan tajam.“Ruth?” Gumamnya hingga terdengar oleh Bening.“Ruth?” Tanya Bening dengan nada yang tak biasa.“Bee!” Abian berusaha memberikan penjelasan pada Bening.“Siapa Ruth? Dia memanggilmu sayang kak?” Tanya Bening penuh curiga.Abian terdiam, menatap tajam gadis disampingnya. Tanpa berkata sepatah katapun pada Bening, dirinya langsung mematikan sambungan telepon. Dan itu tentu saja membuat gadis itu semakin curiga. Berulang kali Bening mencoba menghubungi Abian kembali, namun tak satupun panggilannya dijawab oleh lelaki itu. Membuat dirinya semakin kesal dan bertambah curiga.“Ruth siapa? Sayang? Dia bahkan memanggil Kak Bian dengan sebutan sayang. Ada apa ini sebenarnya? Aku yang ingin memberinya kejutan, justru aku yang terkejut. Apa kak Bian selingkuh? Ah, tidak-tidak, ini tidak mungkin, seba
Hari ini setelah pengakuan yang cukup mengejutkan dan melewati hari yang panjang dengan jadwal perkuliahan yang cukup menguras tenaga, Abian sedang duduk di bawah pohon nan rindang, ditemani angin sepoi-sepoi yang cukup membuat udara sekitar menjadi lebih segar. Lelaki tampan itu lalu mengambil ponsel dari dalam tasnya, dirinya baru saja mengingat bahwa ada pesan dari Bening yang sempat terabaikan, lalu ia segera membuka aplikasi berkirim pesan berwarna hijau itu dan membuka ruang chat dengan kontak nama”My Bee”. Senyum terukir dari bibirnya, setelah membaca pesan singkat dari gadis yang kesetiaannya tidak diragukan lagi.“Kak, kapan pulang? Rasanya aku sudah tidak kuat menahan rasa rindu yang kian membuncah ini. Sudah hampir dua tahun kamu tidak pulang. Apakah kamu tidak merindukanku atau rinduku tidak sebesar rindumu padaku kak?”"Kak?”“Kak Bii ?”“My Bii ?”“Abiaaaaaannn?”“ABIAN ANGGARA FIRMAN? Kamu kemana sih?”“MENYEBALKAN.”Setelah membaca pesan singkat dari gadis pujaan hati,
Abian begitu terkejut dengan pengakuan tiba-tiba dari seorang gadis yang menurutnya terlalu berani dan blak-blakan soal pengakuan perasaannya. Saat ini bahkan dirinya belum sempat mencerna keadaan apa yang sedang terjadi. Namun dirinya sempat berpikir bahwa gadis ini sangat bertolak belakang dengan gadis ayunya. Jika Bening adalah seorang gadis yang lembut, ayu, dan penuh kehati-hatian, tidak blak-blakan, baik bahkan sangat baik dan berhati malaikat. Maka Ruth adalah kebalikan dari gadisnya. Lebih terbuka, blak-blakan, periang, ambisius, sangat vokal dan dominan. "Kamu ngomong apa sih Ruth?" Tanyanya memastikan. "Aku suka sama kamu Yan." Sahut Ruth penuh keyakinan. "Ruth kamu?" Abian seolah tak mampu berkata-kata. "Gila?" Sela Ruth memotong pembicaraan. "Iya, aku gila, tergila-gila sama kamu Yan." Mencoba meraih tangan kanan Abian. "Kamu apa-apaan sih? Lepaskan Ruth!" Perintahnya sambil menepis tangan Ruth. "Yan, kasi aku kesempatan untuk kamu mengenal aku dan aku menge
BAB 5 : Ragu dan Menyerah ? Pagi yang cerah. “Yan, libur semester ini balik gak ?” Tanya Dion pada sahabatnya. “Belum tau sih, Di. Rencana pas kelar kuliah aja baru balik, maunya cepat selesai biar cepat kerja, nabung buat ngelamar Bening.” “Ceileh, dah mikir kawin aja lo!” Sahut Dion dengan nada kentara meledek. “Ya iyalah Di, kamu kan tau, aku sama dia udah berjarak lama banget. Kalau gak cepat-cepat dihalalin ntar keburu orang lain yang halalin. Udah sejauh ini juga kan?” “Benar juga sih. Asal jangan lo yang ngebet, lo yang ngingkari.” Ucap Dion mengingatkan kalau temannya lupa. Untuk sejenak Abian terdiam. Kata-kata sahabatnya itu seperti menusuk tepat di jantungnya. Di tengah obrolan mereka, tiba-tiba gawai Abian berdering tanda sebuah notifikasi masuk dari gawainya. Senyum lelaki tampan itu mengembang sempurna dari sudut bibirnya, melihat siapa pengirim pesan bertuliskan “My Bee”. Kemudian dia langsung membuka dan membaca pesan yang dikirimkan oleh pujaan hatinya yang
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments