Siapa Yang Cocok Mengirim Puisi Untukmu Di Hari Ulang Tahun?

Ada sesuatu yang hangat tentang puisi yang datang dari orang yang tahu celah-celah lemahmu—bukan untuk memanfaatkan, tapi untuk merayakan bagian-bagianmu yang aneh dan indah. Aku paling tersentuh ketika puisi itu datang dari seseorang yang sudah cukup lama melihatku tak hanya lewat momen baik, tapi juga waktu-waktu konyol dan murung. Misalnya, teman SMA yang masih ingat lelucon lama dan menulisnya jadi bait; atau pacar yang menyelipkan baris tentang hal kecil yang cuma kami berdua pahami. Itu bikin puisi terasa seperti kado berpeta: bukan sekadar kata, tapi penanda perjalanan bersama.

Di sisi lain, ada kehangatan berbeda kalau puisi datang dari keluarga—ibu, ayah, atau saudara. Mereka mungkin tidak jago merangkai metafora berkelas, tapi nilaian hati mereka terasa nyata lewat kata-kata sederhana yang ditulis tangan. Aku masih menyimpan satu kartu yang tulisannya berantakan tapi penuh doa; setiap tahun kubuka lagi dan rasanya seperti dipeluk. Puisi yang lucu dan nakal dari sahabat juga punya tempat: roast yang dibingkai dengan kasih sayang seringkali lebih membuat hari ulang tahunku berwarna daripada puisi puitis yang terlalu formal.

Ada juga kejutan menarik kalau puisi itu datang dari orang yang selama ini kita anggap jauh—mantan yang kini teman, atau seseorang dari forum tempat kita sering berdiskusi. Kalau niatnya tulus, kejutan seperti itu bisa menyentil sisi yang tak terduga, mengingatkan bahwa koneksi bisa berubah bentuk. Intinya, buat aku siapa pun yang mengirim puisi cocok asal kata-katanya tulus dan personal: tidak perlu rima sempurna atau bahasa puitis berat, cukup ada usaha memahami dan merayakan keberadaanku. Media juga menentukan nuansa: surat tangan terasa intim, pesan suara memberi getaran, sementara meme-puisi bisa jadi hiburan. Kalau kamu mau membuatku tersenyum, tulis sesuatu yang menunjukkan kamu memperhatikan detail kecil tentangku, dan jangan lupa tanda tangan ringan—itu kerap jadi bagian manis yang kupunya selamanya.

Ini pendapat singkat dari aku yang suka segala hal dramatis: orang yang paling cocok ngirimin puisi di hari ulang tahunku itu orang yang nggak takut jadi rentan. Bisa pacar yang berani jujur, sahabat yang mau tampil kelewatan emosional, atau bahkan adik yang tiba-tiba belajar menulis kata-kata manis. Puisi dari orang yang biasanya cuek malah lebih kena karena beda betul dari kebiasaan mereka.

Aku juga suka kalau puisi itu lucu dan personal—bukan klise. Misal, teman main yang sarankan rima-rima absurd tentang makanan favoritku, atau orang yang tahu kebiasaan anehku dan membingkainya jadi bait-bait konyol; itu bikin suasana ulang tahun jadi hangat dan ngakak. Bahkan, puisi singkat via voice note yang dibacakan dengan nada dramatis juga bisa lebih berkesan daripada puisi panjang yang kaku di kertas. Intinya, buat aku yang penting niat dan kedekatan—bahkan sekadar satu baris yang tulus bisa bikin hariku.