Short
Hadiah Ulang Tahun untuk Wanita Lain

Hadiah Ulang Tahun untuk Wanita Lain

By:  Coco AnCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
10Chapters
3views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Hari itu adalah hari ulang tahunku. Kupikir, Andre akan menemaniku ke pantai untuk menonton kembang api. Tapi, pacarku itu malah membawa wanita lain dan anak wanita itu. "Keisya repot bawa anak, tolong pengertian." "Dia nggak tahu jalan dan bawa barang banyak, jadi aku mau antar mereka ke hotel duluan." Dia mengatakannya dengan enteng, seolah sedang menjelaskan masalah sepele. Kelembutan itulah yang membuat kemarahanku tampak berlebihan dan tanpa alasan. Dia membantu mereka masuk ke dalam mobil dan memasangkan sabuk pengaman untuk anak itu. Lalu dia tersenyum dan berkata kepadaku, "Aku nggak lama pasti balik lagi, jangan mikir macam-macam." Aku berdiri di pinggir jalan, menyaksikan mereka pergi seakan-akan mereka satu keluarga sempurna. Malam tiba. Angin laut terasa sangat dingin hingga menusuk tulang. Aku masih menunggu, sampai aku melihat video di akun Keisya. Andre menggendong anak Keisya sambil menonton pertunjukan kembang api di pantai. Pertunjukan itu adalah kejutan yang aku rencanakan sendiri untuk ulang tahunku. Isi komentar di bawahnya senada. [Mereka pasangan yang serasi, keluarga kecil yang bahagia.] Seseorang bertanya padanya kenapa dia tidak menjemputku. Dia tersenyum dan berkata, "Viona pengertian. Dia nggak mungkin marah." Pada saat itu, kue ulang tahunku sudah meleleh seluruhnya. Ternyata, dia bukannya tidak punya hati. Dia hanya terlalu yakin bahwa aku akan terus menunggu selamanya. Tapi, hati yang terlalu lama diabaikan pasti akan menjadi dingin. Ombak menghantam pantai. Menghancurkan ilusi terakhirku. Kali ini, aku tidak akan menunggunya kembali.

View More

Chapter 1

Bab 1

"Ini liburan ulang tahun di pantai untuk diriku sendiri yang sudah kurencanakan sebulan penuh."

Aku berpikir, setidaknya pada hari ini, dia akan mengingatku.

Aku memesan hotel tepi pantai, memilih restoran, dan bahkan membuat reservasi khusus untuk makan malam dengan pemandangan kembang api.

Aku pikir itu akan menjadi liburan romantis hanya untuk Andre dan aku.

Saat kami hendak berangkat, bel pintu berbunyi.

Aku membuka pintu dan melihat Keisya, teman masa kecil Andre, berdiri di depan pintu menggendong anak perempuannya yang berusia empat tahun.

"Katanya, Andre mau mengajakku di pantai, biar si kecil bisa jalan-jalan."

Keisya mengenakan gaun tulle putih, riasan sempurna, dan tas bermerek. Dia lebih seperti pergi syuting iklan daripada pergi berlibur.

Dia menambahkan sambil tersenyum, "Aku sudah bilang sebaiknya jangan, takutnya mengganggu rencana kalian. Tapi Andre berkali-kali bilang nggak apa-apa. Kamu sendiri sudah setuju katanya."

Aku tertegun sejenak.

Aku tidak pernah mengatakan hal seperti itu.

Saat aku turun, mobil Andre sudah terparkir di pintu.

Dua teman dekat Andre duduk di belakang, sementara anak Keisya bersandar di kursi penumpang depan, mengulurkan tangan kepada Andre. "Om, gendong ...."

Dia tersenyum dan menggendongnya, sambil menenangkannya dengan lembut, "Hati-hati, jangan sampai jatuh."

Kelembutan itu membuatnya terlihat seperti bukan pria yang kukenal.

Pintu mobil dibuka, semua kursi sudah terisi.

Keheningan canggung menggantung di udara.

Salah satu temannya segera berdiri menawarkan kursinya. "Kita turun saja ya? Jangan buat Viona menunggu sendirian."

Keisya segera melambaikan tangannya, berkata dengan penuh perhatian, "Jangan, aku dan Kirana saja yang turun. Kalian pergi dulu. Kasihan Viona nunggu di sini sendirian kepanasan."

Dia berhenti sejenak, lalu menambahkan dengan lembut, "Kirana sudah nggak sabar mau lihat kembang api. Andre, nanti jangan lupa kirim foto dan video yang banyak, ya? Biar dia bisa lihat."

Pada saat itu, "perhatian"nya sangat tepat waktu, sementara aku seperti orang yang tidak seharusnya di sana.

Andre mengerutkan kening, suaranya terdengar tidak sabar. "Sudah, jangan saling tuding. Tempatnya nggak jauh, kok. Aku mau antar mereka ke sana dulu."

Setelah selesai bicara, dia menatapku dan nada suaranya melunak. "Keisya bawa anak, jadi dia agak repot. Kamu tunggu di sini dulu, ya? Aku nanti langsung balik lagi."

Aku menatapnya, tanganku perlahan mengepal.

Wajahnya memancarkan keyakinan. Yakin bahwa aku tidak akan marah, yakin bahwa aku akan selalu perhatian. Melihat ekspresi itu membuat dadaku terasa sesak.

"Andre."

Aku memanggilnya dengan pelan, berharap untuk mengingatkannya bahwa hari ini seharusnya liburan untuk ulang tahunku.

Tapi dia hanya mendesah pelan, seperti sedang membujuk anak rewel.

"Viona, tolong pengertian, ya? Dia beneran repot bawa anak. Aku tahu kamu selalu pengertian."

Dia mengatakan semua itu dan menatapku, seolah dia juga berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Bahwa ini hanya sementara dan dia akan segera kembali.

Seketika, hidungku terasa perih.

Sejak awal, "pengertian" hanyalah alasan yang dia gunakan sebagai pembenaran diri untuk mengabaikanku.

Teman-teman di sebelah mereka bertukar pandang dan akhirnya berkata, "Andre, kenapa nggak sekalian saja? Di sini terlalu panas, kasihan dia ditinggal sendirian."

Suara Andre berubah dingin. "Jangan ikut campur."

Keisya segera menyela dengan senyuman dan menenangkan suasana, "Nggak apa-apa, jangan ribut gara-gara aku. Dia tunggu di sini sebentar nggak apa-apa."

Setelah itu, dia mengangguk kepadaku dan berkata dengan lembut, "Terima kasih ya, cuaca begitu panas."

"Kalau aku, nggak sanggup lama-lama di bawah matahari. Kamu sabar banget."

Aku menatapnya, melihat dengan jelas ekspresi puas dan sombong di balik senyumnya.

Andre menutup pintu mobil.

Mobil itu melaju kencang, mengaduk angin laut dan pasir.

Aku berdiri di sana, di bawah matahari yang bersinar terang. Cahaya putih menyilaukan menembus pandanganku.

Keringat menetes di leherku. Aku bahkan tidak membawa air minum.

Bayangan di kakiku memanjang karena matahari sedang terbenam, bagaikan orang yang tidak diinginkan.

Aku ingin menelepon Andre dan menyuruhnya segera kembali.

Tapi aku teringat komentarnya tadi, "Tolong pengertian," dan akhirnya aku tidak jadi menelepon.

Aku hanya ingin lihat apakah dia benar-benar akan kembali.

Ponselku menyala. Notifikasi unggahan baru dari akun media sosial Keisya.

Mereka telah tiba di pantai. Dalam video, Andre terlihat menggendong anak Keisya sambil memberi makan burung camar.

Video berikutnya memperlihatkan dia membungkuk untuk merapikan rambut Keisya yang acak-acakan tertiup angin.

Tulisannya berbunyi: [Hari paling bahagia bagi Kirana.]

Komentar-komentar di bawahnya memuji mereka "pasangan serasi" dan "keluarga bahagia."

Keisya tidak membantah, hanya membalas dengan emoji senyum.

Cahaya terang dari layar ponsel sangat menohok mataku.

Menyaksikan adegan "bahagia" itu, jari-jariku mengencang.

Hatiku terasa kering dan terbakar, seperti dipanggang di permukaan matahari.

Angin menerpa pipiku, membawa rasa asin yang pahit.

Matahari bersinar terik, dan pandanganku berangsur-angsur menggelap. Aku hampir pingsan karena kepanasan.

Ponselku tergeletak tenang di telapak tanganku, layarnya menunjukkan gambar silih berganti.

Aku menatapnya, jantungku berdebar kencang.

Jariku bergerak tanpa sadar ke daftar kontak, berhenti pada nama "Andre".

Aku ingin bertanya padanya, "Kapan kamu mau balik lagi?"

Tapi pada akhirnya, aku hanya menatap nama itu dalam diam.

Aku ingin tahu apakah dia akan mengingatku.

Angin bertiup, membawa bau amis laut dan sentuhan dingin.

Rasa dingin itu menjalar dari kulit hingga ke hatiku.

Aku tahu ini mungkin kesempatan terakhir yang akan kuberikan padanya.

Terakhir kalinya aku menaruh harapan padanya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

No Comments
10 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status