Arti Dari Lagu Seize The Day

Pasca kepergian kedua orang tua dan kakaknya, Gina yang tinggal hidup sebatang kara ditawari menjadi menantu oleh sahabat karib kedua orang tuanya. Gina menerima perjodohan itu dan mencoba menata kembali hidupnya yang hancur berantakan. Sayangnya, tanpa ia duga, keputusan menikah dengan lelaki bernama Endra itu semakin memporakporandakan hidupnya. Kesabarannya tak berbuah manis, rasa mengalahnya tak pernah dihargai, segala pesakitannya tak berarti dan semua tentang dirinya sama sekali tak berarti di mata sang suami. Lantas ketika Gina memilih menyerah untuk semuanya, hal berbeda dirasakan oleh Endra ketika sang istri tak lagi berada dalam jangkau pandangnya. Penyesalan merambat masuk ke dalam hatinya. Semuanya berubah terbalik dan kini Endra harus bergelut dengan takdir untuk kembali mendapatkan maaf dan hati Gina. Tapi kehadiran seseorang dari masa lalu Gina membuat jalannya seolah berkerikil. Apakah Endra akan berhasil?

Setelah mati kelelahan karena kerja rodi di kehidupan sebelumnya, semua yang diinginkan Felicity adalah reinkarnasi yang tenang dan malas. Dewa mengabulkannya—dengan caranya sendiri. Kini terlahir sebagai putri bangsawan di era Victoria, Felicity diberikan "berkat" pengetahuan tak terbatas untuk memajukan peradaban. Masalahnya? Dia tidak bisa berhenti. Setiap kali dia mencoba untuk bersantai, membaca novel, atau sekadar menikmati teh, sebuah ide revolusioner—mulai dari mesin uap yang lebih efisien hingga teori ekonomi baru—terbakar di kepalanya, memaksanya untuk mewujudkannya. Felicity terjebak dalam mimpi buruk terbarunya: menjadi workaholic paling produktif di dunia, demi satu tujuan akhir yang ironis: bisa menjadi orang yang benar-benar malas.

Our cruise ship got into an accident, but there was only one seat left on the lifeboat. The three of us drew lots, and I got it. I wanted to give Zac Xavier the chance of survival that I won. However, while we were arguing, his childhood sweetheart got on the lifeboat first. Just as we thought our lives would end, the rescue team arrived in time and brought us back from the boundless deep sea. After that incident, Zac and I walked down the aisle. Unexpectedly, his childhood sweetheart returned to that sea on our wedding day and jumped into it. When Zac got the news of her death, he was struck by grief and blamed everything on me. He imprisoned the pregnant me in the basement and made my life a torture. I bled profusely on the day I gave birth. He had the doctor save the baby, asking him to give up on my life. My only child was named Rory, something he thought up based on the name of his childhood sweetheart—Aurora. Even when I died, I was consumed by hatred. When I reopened my eyes, I had returned to the day he proposed to me after the cruise ship accident. Watching Zac hold my hand as he had done in my past life and promise to grant my every wish, I calmly withdrew my hand. "Zac, let's break up."

Felys terkejut saat mengetahui jika dirinya dikeluarkan dari grup wa keluarga suaminya. Karena penasaran Felys berinisiatif untuk mengeceknya melalui ponsel milik Abram, suaminya. Setelah dicek, Felys dikejutkan oleh berbagai hal, ingin tahu jawabannya.

Ibu tiri dan saudari tiriku mengira aku menjadi gelandangan setelah mereka fitnah dan diusir warga. Namun siapa sangka kalau aku malah dinikahi sultan tampan yang sangat anti dengan pernikahan. Bagaimana kisah pernikahanku dengan pria aneh tersebut?

Dia Victor, hidupnya penuh dengan lika-liku dan selalu direndahkan oleh keluarga istrinya. Suatu hari, ia menolong gadis yang ternyata itu adalah cucu dari seorang milyuner. Seketika kehidupannya berubah.

My marriage to Lucian Hawke was hailed as the most perfect union in the mafia world. As the daughter of the Sinclair family and him being the sole heir of the Hawke family, our marriage united the two most powerful mafia families in the Northeastern. I thought we were unbreakable. Then, I was diagnosed with terminal cancer. As if life couldn’t get any worse, my husband's first love returned—on the very same day. That night, the man I’d been married to for years didn’t come home. The next morning, his voice was cold, distant. Indifferent. “I’ve got the divorce papers ready. When can you come sign them?” I hesitated, struggling to steady my voice. “I’m still at the hospital.” He didn’t even pause. “I don’t care if you're on your deathbed, Elara. Come home and sign the goddamn papers.” My heart shattered, but I refused to let it show. “As you wish, Lucian.” What he didn’t know was that I was dying—literally. A week later, at my funeral, Lucian wearing a tuxedo, weeping at my grave, whispering regrets he should have voiced when I was still breathing. Ironically, my funeral day, was also his wedding day with his sweetheart. But it was too late, my love. This time, you’ll never see me again.

"Satu malam denganmu tak akan cukup untukku. Aku ingin menikmati lebih banyak malam lagi denganmu, Giselle Marjorie." Situasi yang pelik membuat Giselle Marjorie membutuhkan banyak uang untuk pengobatan putri kecilnya yang menderita penyakit keras di usia tiga tahun. Tak punya siapapun lagi, wanita itu memberanikan diri meminjam uang pada atasannya di kantor, padahal ia baru beberapa minggu bekerja di perusahaan itu. Namun, Giselle dikejutkan dengan fakta bahwa bosnya ternyata adalah Gerald Gilbert—mantan suami dan sekaligus Papa kandung anaknya. Laki-laki itu sangat membencinya karena kesalahpahaman di masa lalu, yang membuat Gerald berusaha membalaskan dendam butanya pada Giselle. Gerald bersedia memberi pinjaman dengan sebuah penawaran gila, yaitu tidur bersama kapanpun Gerald ingin! Apakah Giselle akan menerimanya begitu saja?

Mantan suamiku mengira aku hidup miskin dan menderita usai berpisah darinya, padahal ia salah. Waktu membuktikan siapa di antara kami yang tak bahagia dengan kehidupan barunya ...

I had promised my son that when he turned three, the three of us would go to the amusement park together as a family. But he never lived to see that birthday. My husband, Daniel Shaw, who was a perfect match for the bone marrow transplant, disappeared just before the surgery—phone off, leaving no trace. Without him, our son lost his last chance at survival. When Daniel finally came home, he asked, "Where's our son? Weren't we supposed to take him to the amusement park for his birthday?" Then his eyes fell on the urn. That was the moment he truly lost his mind.