Perlindungan Nenek Sepanjang Masa
Tiga hari sebelum pernikahan, aku baru tahu bahwa Felix telah memindahkan lokasi pernikahan dari rumah nenekku di Wilayah Silea menjadi kastil Span kesukaan cinta pertamanya.
Aku langsung mencari dia untuk bertanya, tapi malah mendengar dia mengeluh pada temannya,
“Untung saja selera Tania bagus, kalau nggak aku pasti akan ditertawakan seumur hidup.”
Temannya mengingatkan, “Bukannya kamu sudah janji mengadakan pernikahan di rumah neneknya? Kamu nggak takut dia marah dan nggak jadi menikah?”
Felix langsung tertawa meremehkan dan menjawab,
“Grup Tira sudah hampir bangkrut. Menikah denganku adalah satu-satunya jalan hidupnya. Dia nggak akan berani bertaruh.”
“Aku sudah menyuruh pihak penyelenggara meneleponnya. Mungkin sekarang dia lagi panik mengganti tiket pesawat.”
Amarah dan rasa tidak rela memenuhi dadaku. Aku menggigit bibir, lalu pada akhirnya memilih pergi begitu saja.
Tiga hari kemudian, pernikahan di kastil itu tetap berlangsung.
Aku tak mengganti tiket dan juga tidak muncul.
Aku justru berada di halaman tua rumah nenekku, bertukar cincin dengan pria lain.
Sampai sekarang, Felix masih tidak mengerti.
Aku menikah dengannya bukan demi jalan keluar, tapi karena cinta sepuluh tahun lamanya.
Namun setelah terbangun dari mimpi itu, aku juga berhak memilih hidup yang lain.