Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica
Setelah tujuh tahun menikah, Jessica Sudarso tahu bahwa suaminya, Calvin Wijaya, memiliki cinta sejati.
Hubungan suaminya dengan cinta sejatinya itu begitu penuh gairah dan dramatis. Semua orang mengatakan kalau mereka akan bersatu kembali. Mereka bagaikan cermin yang retak, tetapi dapat disambungkan kembali. Bahkan putra mereka sendiri lebih menyayangi wanita itu. "Bibi, seandainya penyakitmu bisa dipindahkan ke Ibu saja."
Oleh karena itu, setelah sekali lagi menyaksikan suami dan anaknya menemani wanita itu, Jessica akhirnya menyerah.
Kali ini, dia tidak akan membuat keributan. Sebaliknya, dia diam-diam membeli tiket pesawat ke Kota Ronawa, meninggalkan surat cerai dan surat pemutusan hubungan keluarga.
Anak yang kejam, suami yang dingin, semuanya akan Jessica serahkan pada wanita itu, demi menyempurnakan kebahagiaan keluarga kecil beranggotakan tiga orang itu.
Namun, setahun kemudian, Jessica menjadi terkenal di dunia profesional berkat keahliannya dalam hipnoterapi dan konseling psikologi. Tiba-tiba, dua pasien datang kepadanya, yang satu pria dewasa dan yang satu anak kecil.
Mata pria itu memerah. Dia mencengkeram pergelangan tangan Jessica dengan erat. "Jessica, jangan tinggalkan kami."
Di sampingnya, seorang anak kecil juga menarik ujung bajunya sambil memohon dengan suara rendah, "Ibu, pulang ke rumah, ya? Aku hanya menginginkan Ibu seorang."