Marvel Apocalypse Horsemen

Bercerita tentang seorang gadis miskin bernama Kania Putri Salshabilla harus merantau ke Jakarta dan bekerja menjadi seorang pembantu di salah satu rumah mewah milik pembisnis sukses, Rudi Bianvaro agar kebutuhan sehari-harinya terpenuhi. Di sana Kania disambut dengan baik oleh istri Tn. Rudi yakni Indira Larasanti. Sampai-sampai beliau menyuruh Kania tidur di kamar atas bersebelahan dengan kamar putra mereka. Awalnya Kania menolak karena tidak enak dengan perlakuan Ny. Indira yang dirasa terlalu berlebihan. Tapi setelah Ny. Indira bujuk, akhirnya Kania mau untuk menempati kamar atas. Dan dari sinilah cerita itu dimulai ketika Kania mengenal seorang Riyan Marvel Alvaro, Putra majikannya yang terkenal badboy hingga dijuluki si trouble maker di sekolah SMA Bimasakti.

Nara terjebak dalam situasi yang sangat sulit dan juga dilematis. Ia membutuhkan uang yang banyak untuk operasi sang anak dalam waktu singkat dan berniat untuk meminjam uang pada atasannya, Marvel. Namun, Marvel malah menawarkan sebuah perjanjian ''kotor", dimana ia akan membiayai seluruh biaya rumah sakit anaknya asalkan Nara mau memuaskannya di ranjang. Awalnya, Nara menolak, karena ia tak ingin di cap sebagai pelakor dan kejadian di masa lalunya itu terulang kembali. Namun sayangnya, keadaan sang anak begitu mendesak dan akhirnya ia rela menggadai harga dirinya. Pertemuannya dengan Marvel di hotel pun, membawanya kedalam kilas balik di masa lalu. Apa yang sebenernya terjadi di masa lalu Nara?

Dans notre vie antérieure, ma sœur Annick Dubost et moi avions recueilli deux œufs magiques. Le sien avait donné naissance à un Serpent de Glace, le mien à un Phénix de Feu. Elle s'était emparée sans vergogne de mon Phénix, mais l'Apocalypse de la Chaleur était survenue. Alors qu'Annick mourait de chaud, elle avait convaincu mon propre mari, ce Serpent de Glace, de m'étrangler. Mais le destin nous avait ramenés pourtant au jour de l'éclosion. Cette fois, Annick a choisi l'œuf du Serpent de Glace, certaine qu'il la protégerait de la fournaise. Mais elle ignorait un détail crucial : pour conserver ses pouvoirs, un Serpent de Glace devait boire du sang frais… chaque jour.