Aku melihat benda kecil panjang di tanganku. Perasaanku campur aduk rasanya, bahagia sekaligus ingin menangis melihat dua garis merah di sana.
“Gimana hasilnya, Sayang?” tanya suamiku setelah aku keluar dari kamar mandi.
Saat ini kami sedang berada di klinik Bu Indah, letaknya tidak jauh dari pesantren. Ternyata dugaan Umi benar. Aku hamil dan sudah memasuki usia sembilan minggu.
“Selamat, ya, Pak, Bu. Ini vitaminnya jangan lupa diminum.”
Aku dan Gus Azam tak henti-hentinya mengucapkan syukur kepada Allah. Setelah tiga tahun akhirnya kami dikaruniai seorang anak. Ada kehidupan di dalam perutku yang harus kami jaga.
Kami pulang dan memberikan kabar gembira ini kepada Abah dan Umi. Semua orang terlihat bahagia, teyapi aku dikejutkan dengan kehadiran Gus Anam di sini. Dia berjalan mendekat ke arah kami. Sejenak kemudian dia memeluk suamiku.
“Selamat atas kehamilan Shafia, Mas. Jaga dia, bahagiakan dia. Jangan sampai air matanya menetes lagi.”
“Kamu tenang saja, semuanya aman.” Gus