Home / Romansa / CEO Tampan Itu Ayah Putraku / 4. Kehidupan yang Berbeda

Share

4. Kehidupan yang Berbeda

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2023-09-07 11:24:20

"Wanita itu? Apa maksud Anda itu ...." 

"Ya, wanita penghibur yang berdansa denganku dan menghabiskan malam denganku saat itu," jawab Mikael, semakin membuat Andrew terkesiap. 

Ia cukup kaget. Pasalnya ini pertama kalinya tuan mudanya mencari-cari seorang wanita. 

Apa yang membuat wanita begitu spesial? pikir Andrew bingung. 

Saat sudah sampai di Indonesia, Mikael terheran-heran dengan apa yang ia sedang lakukan. 

"Aku pikir aku memang sudah gila." 

Ia menggelengkan kepalanya dan bergumam sendirian sambil berkacak pinggang, "Mikael, kamu memang benar-benar sudah tidak waras." 

Pria bermata biru terang itu pun melangkahkan kakinya ke dalam klub malam yang mempertemukan dirinya dengan wanita yang tidak bisa lupakan sampai detik ini. 

Seperti biasa, begitu ia masuk, ia langsung menjadi pusat perhatian. Dengan begitu mudahnya ia membuat beberapa wanita melihatnya dengan tatapan tertarik. 

Siapa yang tak terpesona dan jatuh hati pada seorang Mikael Alexander yang memiliki garis wajah yang begitu sempurna? 

Selain wajahnya yang tampan luar biasa, dia juga memiliki postur tubuh bak model yang menjadi idaman kaum hawa. 

Di samping itu, penampilannya yang selalu elegan dan senyum mempesona selalu berhasil membuat para wanita terpikat hanya dalam beberapa menit saja. 

Sang pria yang layak mendapat julukan Don Juan tampan itu sekarang mengedarkan pandangannya ke seluruh mencari wanita yang membuatnya tak bisa tidur nyenyak selama berminggu-minggu. 

"Hei, tampan. Apa kau butuh teman di ranjangmu?" tanya seorang wanita dengan gaun merah menyala. 

Mikael hanya tersenyum tipis dan melanjutkan pencariannya. 

"Sialan! Kenapa dia begitu sulit ditemukan?" ujarnya mulai frustrasi. 

Andrew Finn telah mencari sang wanita keturunan Indonesia itu tapi tak berhasil menemukannya. Dia bahkan telah menyewa detektif untuk menyelidiki asal usulnya tapi tetap saja tak dapat ditemukan informasi sekecil apapun. 

Sayangnya ia memang masih gagal. Wanita yang ingin ditemui oleh tuan-nya tersebut sepertinya memang telah hilang ditelan bumi. 

Memang, Mikael hanya memiliki satu foto yang ia ambil diam-diam. Namun, sayangnya foto tersebut tak begitu jelas karena pencahayaan yang minim. 

Mikael mengambilnya saat mereka berada di lorong hotel. Bahkan, dari foto tersebut hanya tampak hidung dan bibir sang wanita. Matanya tertutup oleh rambut lantaran saat itu keduanya mabuk berat. 

Jadi, satu-satunya yang bisa dilakukan oleh Mikael adalah mendatangi klub malam itu dengan harapan sang wanita misterius itu muncul di sana. 

"Apa kau sudah menemukannya?" tanya Mikael dengan penuh harap. 

Andrew kebingungan setengah mati, "Belum, Sir. Saya tadi sudah meminta petugas untuk mengecek CCTV di malam itu tapi anehnya tak ada." 

Mikael menoleh, "Apa maksudmu tak ada?" 

"Tak ada yang terekam di hari itu, Sir. Sepertinya CCTV di seluruh gedung ini rusak di malam itu," jawab Andrew. 

"Kenapa bisa begitu? Dia tidak bisa ditemukan di mana-mana dan bahkan CCTV pun rusak saat itu. Apa menurutmu ini tidak aneh?" Mikael mulai merasa ada yang janggal akan hal itu. 

Andrew merespon, "Menurut saya, bisa saja memang terjadi kerusakan, Sir. Dan karena fotonya juga tidak terlalu jelas, maka ...." 

Mikael sontak menatapnya tajam sehingga Andrew tak jadi menyelesaikan ucapannya. 

"Ini aneh. Aku malah jadi penasaran. Siapa sebenarnya dia? Apa mungkin dia bukan wanita penghibur?" gumamnya bingung. 

Andrew masih diam. 

"Apa kau sudah menanyai para staf di sini?" 

"Sudah, Sir. Dua kali, malah. Tapi jawaban mereka tetap sama. Tak ada yang mengenal wanita itu." 

Mikael menyentuh dagunya, semakin tak mengerti. "Semakin aneh. Andrew, selidiki lagi. Aku tidak mau tahu, kau harus menemukan dia bagaimanapun caranya." 

Akan tetapi, hari demi hari berlalu, Mikael tetap tidak bisa menemukan wanita yang dia cari itu. 

***

Ananta pergi ke kota sebelah dan memulai hidup barunya sendirian di kota itu. Dikarenakan dia hanya memiliki uang cash yang terbilang cukup sedikit, dia memutuskan untuk menyewa kamar kos dan segera mencari pekerjaan. 

Secara kebetulan, dia dengan mudah bisa mendapakan pekerjaan yang letaknya tak jauh dari tempat tinggalnya. Pekerjaan pertamanya adalah sebagai kasir di sebuah minimarket. 

Tapi, baru beberapa hari bekerja, Ananta merasa kondisi badannya tidak enak. Dia sering mual-mual dan beberapa kali muntah.

"Nanta, kamu ... nggak coba cek?" tanya Haruka, salah satu rekan kerjanya dengan tatapan tidak enak, seolah takut Ananta tersinggung.

"Cek apa maksud kamu, Haruka?" tanya Ananta.

Haruka menjawab dengan berbisik, "Kehamilan."

Ananta terbelalak. Tiba-tiba jantungnya berpacu dengan cepat.

Cepat-cepat dia mengambil alat tes kehamilan dan membayarnya lalu pergi ke kamar mandi.

Haruka menemani gadis itu dengan cemas.

Begitu Ananta keluar dari kamar mandi dan merosot di dinding dengan wajah yang pucat, Haruka pun tahu hasil dari tes tersebut.

"Aku hamil, Haruka," ucap Ananta dengan ekspresi wajah masih syok.

Haruka segera memeluk dan menenangkan Ananta, "Nggak apa-apa, kamu pasti bisa melewatinya."

Ananta pun hanya bisa menangisi nasibnya.

Beberapa bulan setelahnya, perut Ananta pun telah semakin membesar. 

"Nanta, udah biar sini biar aku aja. Kasihan kandungan kamu," ujar Haruka. 

Ia langsung meraih bak jemuran berisi pakaian kering yang baru saja Ananta angkat. 

"Kamu kan baru aja pulang, Haruka. Kamu pasti capek banget," ucap Ananta, merasa tak enak. 

"Udah, nggak apa-apa. Aku malah kasihan kalau lihat kamu yang lagi hamil besar begini harus angkat-angkat," sahut Haruka. 

Ananta pun menghela napas panjang sembari mengelus perutnya. 

"Udah, kamu duduk aja. Biar aku yang taruh ini di belakang," ujar Haruka cepat. 

Ananta pun duduk di sofa ruang tengah dan menyalakan televisi. Ia mencari drama favoritnya. 

"Astaga, Nan. Kamu masih suka nonton drama itu? Apa nggak bosan?" celetuk Haruka yang telah kembali ke ruang tengah. 

"Ya nggak ada acara menarik lainnya sih. Adanya reality show, malah tambah bosen aku," sahut Ananta sambil menyandarkan kepala pada sofa. 

Haruka menyodorkan susu kotak, "Nih, minum. Biar kamu makin sehat. Bentar lagi kamu lahiran loh, harus lebih diperhatiin lagi gizinya." 

Ananta mengulas senyum, "Terima kasih, Haruka." 

Ia lalu meminum susu kotak itu sampai tandas. 

Ananta yang kehamilannya memasuki usia ke-9 bulan pun mengambil cuti dan sekarang ini hanya Haruka yang masih bekerja.

Meskipun begitu, Ananta tetap tak mau merepotkan Haruka dan hidup dari hasil kerjanya serta tabungan yang ia miliki. 

Walaupun terkadang ia merindukan keluarganya tapi ia tak pernah menyesali keputusannya pergi dari rumah keluarga besarnya.

Andai kata dia tetap bertahan dan keluarganya mengetahui bila dirinya hamil di luar nikah, maka sudah dipastikan dia juga akan tetap diusir dari rumah.

"Aku ganti ya Nan. Lihat infotainment aja deh," ujar Haruka. 

"Wah, ada berita pertunangan anak orang kaya tuh," ucap Haruka lagi, membuat Ananta tertarik. 

Suara host itu terdengar jelas, "Pertunangan yang cukup menggemparkan baru saja terjadi. Alan Samudera, pengusaha muda yang sedang naik daun akhirnya resmi melamar sang kekasih, Vina Wiriyo. Lamaran super romantis itu digelar di kota Paris yang dijuluki the City of Love ...." 

Mulut Ananta terbuka lebar seketika. 

"Mereka bertunangan? Bagaimana bisa?" 

"Sama-sama anak orang kaya, Nan. Ya bisa aja. Aish, mereka serasi banget yah. Bikin iri kaum misqueen kaya kita aja," Haruka berseloroh. 

"Bagaimana mungkin? Vina dan Alan?" ujar Ananta masih sulit mempercayainya. 

Saat ia berpikir keras, tiba-tiba saja ia merasakan nyeri di perutnya. "Auh. Aduh ...." 

Haruka menoleh kaget, "Kenapa, Nan? Perut kamu sakit?" 

Ananta mengangguk pelan, "Tolong, anterin aku ke rumah sakit, Ka!" 

"A-aku mau lahiran kayanya," ujar Ananta dengan napas putus-putus. 

"I-iya Nan. Aku ambil barang-barang kamu dulu ya." 

Persalinan pun berjalan dengan lancar. Ananta melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Sean. 

Saat pertama melihat bayi itu, Haruka langsung berkata, "Bayi kamu bule banget. Apa ayahnya orang asing?" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    53. The Ending

    Justin pun segera menjelaskan lebih lanjut perihal cara menelepon Alan Samudera. Keesokan harinya, di hadapan sama orang, kecuali putranya, Sean, Ananta melakukan sebuah panggilan pada Alan. Terlihat Mikael awalnya tidak suka melihat istrinya menelepon mantan pacarnya dulu tetapi dia tidak bisa memprotesnya. "Alan, ini aku ... maaf, aku harus melakukan ini," kata Ananta mengawali panggilan itu. Tentu saja dalam layar itu Alan terlihat begitu sangat terkejut. Tetapi, laki-laki itu malah langsung bertanya, "Vina. Bagaimana keadaan Vina, Nanta?" Anehnya wajah laki-laki itu terlihat begitu sangat sedih sehingga Ananta cepat-cepat menceritakan masalah tentang Vina. Betapa terkejutnya pria itu kalau mendengar kondisi mantan istrinya itu, tanpa menunda-nunda lagi dia berkata, "Aku akan segera pergi ke Indonesia dan menjenguk dia." Tak disangka-sangka oleh keluarga Wiriyo, Alan Samudera tampak tak menghindar dari mereka dan bahkan telah memutuskan untuk membantu mereka. "Aku tidak meny

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    52. Dua Pribadi?

    Ananta memejamkan matanya seolah mencoba untuk tetap kuat. Dia tak boleh terlihat lemah di depan suaminya itu, meskipun kenyataannya dia saat ini memang sedang melemah.Wanita itu tak membalas sepatah kata pun perkataan suaminya hingga kemudian Mikael Alexander menghentikan ucapannya sendiri. Dia tak lagi melanjutkan perkataan kejamnya.Ketika dia melihat istrinya sedang menutup matanya dan bahkan dia bisa melihat bagaimana tubuh Ananta sedikit bergetar karena mendengarkan perkataannya itu, Mikael segera mundur ke belakang dan memegang kepalanya dengan rasa frustrasi yang sangat mengganggunya."Astaga, apa yang sudah aku lakukan?" gumam Mikael yang kini menatap istrinya dengan penuh penyesalan.Ananta bahkan belum berani membuka mata sehingga Mikael kini kembali melangkah ke depan lalu mendekati istrinya dengan perlahan. Dia ingin merengkuh istri tercintanya itu dan menenangkannya."Sayang, maafkan aku. Aku-""Tidak apa-apa," ucap Ananta yang langsung mundur ke belakang setelah dia ta

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    51. Cara Justin

    "Begini, Madam. Kami bisa membantu Anda dengan membuat sebuah tawaran kerjasama dengan perusahaan beliau," kata Justin.Ananta segera mengerutkan keningnya, "Maksud Anda? Anda berniat untuk menawarkan sebuah kerjasama palsu pada Alan?"Justin berdeham kecil saat idenya itu dikatakan demikian, tetapi dia tidak memiliki hak untuk tersinggung karena memang sebutan itu memang tepat."Ini demi menjaga kerahasiaan tujuan Anda, Madam," ucap Justin dengan nada yang terdengar sedikit agak malu.Sebagai seorang detektif, sudah menggunakan berbagai cara dan bahkan dengan cara yang kotor sekalipun untuk menuntaskan kasus-kasusnya.Tidak sekali hanya dua kali dia kerap melakukan sebuah tipu daya agar dia bisa menjebak orang yang dia incar. Akan tetapi, baru sekarang ini dia merasa begitu sangat malu dan tidak nyaman setelah mendengar ucapan dari Ananta Alexander.Dia tidak mengerti. Yang dia ketahui pendapat wanita itu seakan langsung mudah membuatnya goyah.Ada apa denganmu sebenarnya, Justin? Ka

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    50. Informasi

    "Luar negeri. Aku yakin dia tidak mungkin berada di Indonesia. Jadi, memang satu-satunya tebakan yang mungkin paling benar adalah dia berada di luar negeri selama ini," kata Alma. "Itu masuk akal. Kalau hanya di dalam negeri tak mungkin informan kita sampai tak berhasil melacak keberadaannya walaupun hanya sedikit," kata Johan. Belinda menganggukkan kepalanya setelah dia memahami semua itu. "Kalau begitu detektif swasta yang disewa oleh Ananta sangatlah bagus karena mereka bisa menemukan keberadaan Alan hanya dalam waktu yang cukup singkat." Sementara itu Ananta yang masih di tengah jalan mengemudikan mobilnya dengan tidak sabar. Dia ingin segera mengetahui informasi tentang Alan dan ingin melakukan apa yang dia inginkan. Begitu sampai di kantor detektif swasta tersebut yang tak terlalu jauh dari rumahnya atau hanya sekitar 15 menit perjalanan menggunakan mobil tanpa kemacetan, Ananta melihat Vincent yang sedang duduk di depan seolah sedang bersantai. Vincent segera berdiri ketik

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    49. Kecurigaan

    Dari panggilan itu Mikael menjelaskan, "Maafkan aku, Sayang. Aku sedang begitu sangat sibuk.""Sampai kamu lupa mengabari istri dan anakmu? Yang padahal sedang jauh dari jangkauanmu?" ucap Ananta sinis.Mikael terdiam selama beberapa saat hingga kemudian pria itu kembali berkata, "Maaf, Nanta. Aku benar-benar sedang tidak bisa menghubungi kamu kemarin dan baru sekarang aku bisa menghubungimu."Ananta menghela napas panjang. Kali ini dia benar-benar tidak bisa memahami apa yang sedang dikerjakan oleh suaminya itu.Dia pun juga tak bisa mencari tahu lebih banyak karena keterbatasan yang dia miliki. Dia sudah tidak memiliki Helen dan juga dia pun tak memiliki orang lain yang bisa dia tanyai mengenai sang suami.Menurutnya sangat percuma untuk mendesak Mikael berkata yang sebenarnya."Hm, lalu apa kau akan pergi ke Indonesia atau tidak?" tanya Ananta."Aku tentu saja akan pergi. Bagaimana mungkin aku membiarkan kamu dan Sean sendirian di sana?" ucap Mikael.Nyatanya kamu bahkan lepas kami

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    48. Keyakinan

    Haruka menatap sahabatnya itu dengan seksama, "Boleh. Kamu boleh melakukan apa saja jika itu bisa membantumu, asalkan jangan lupakan satu hal, Nanta."Wanita itu tentu saja tak mau jika sahabatnya itu sampai salah melangkah sehingga dia mencoba untuk memberikan beberapa saran agar masalah yang dihadapi oleh sahabatnya itu bisa terselesaikan tanpa adanya penyesalan ataupun kesalahan lain yang mungkin dia perbuat.Ananta cepat-cepat membalas, "Apa, Haruka?"Haruka menahan napas dan kemudian menghembuskannya secara perlahan, "Ketika kamu sudah mendapatkan bukti yang kamu inginkan itu, kamu tidak boleh goyah. Jangan pernah sekalipun kamu berpikir untuk mundur jika semuanya sudah tersaji di depan mata."Haruka mengamati perubahan ekspresi Ananta dan kini dia yakin bila kali ini sarannya sudah tepat sasaran.Ananta menelan ludahnya dengan gugup ketika dia teringat bagaimana dia membatalkan penyelidikannya kala itu.Padahal hanya satu langkah saja dia pasti sudah tahu apakah suaminya itu mem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status