Share

3. Pencarian

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2023-09-07 11:23:45

"Nanta!" pekik Johan, agak terkejut putrinya memilih jalan itu. 

Alma menghela napas panjang dan berkata dengan datar, "Silakan angkat kaki dari rumah ini. Mulai detik ini, kamu bukan bagian dari keluarga ini lagi. Dan jangan sekali pun kamu berani menggunakan nama 'Wiriyo' di belakang nama kamu. Ngerti kamu?" 

Sakit. Sangat sakit. 

Itulah yang Ananta rasakan saat ini tapi Ananta berusaha tegar. Dia tahu keputusan neneknya sudah bulat.

"Baik, Nek. Nanta tidak akan pernah kembali lagi ke rumah ini dan meninggalkan nama belakang keluarga 'Wiriyo'."

Alma mengangguk puas. Setidaknya salah satu pembawa masalah dalam keluarganya akan segera meninggalkan rumah itu.

Setelah cucunya itu pergi, dia tinggal menghapus jejak sang cucu sehingga tak ada lagi yang bisa menjatuhkan nama besar keluarganya lagi.

Dengan air mata yang mulai jatuh membasahi pipinya, Ananta berbalik dan bergerak menuju kamarnya. Dia bergegas membawa beberapa barang yang dia anggap penting lalu kemudian dia menuruni tangga begitu dia selesai berkemas dan berganti baju. 

Sangat berat meninggalkan keluarga besarnya itu, tetapi dia tak memiliki pilihan lain. 

Keluarganya ternyata masih menunggu di ruang tamu, membuat dirinya seakan memang sedang diawasi. Dengan hati yang terluka ia berkata, "Nanta pamit dulu. Papa, Mama, Nenek. Vin." 

Tak ada yang membalas ucapannya itu tapi Vina, adik kandungnya itu langsung menghambur ke pelukan sang kakak, memeluknya erat dan menangis meski hanyalah tangisan palsu. 

Tentu saja ini memang hal yang ia inginkan sejak lama karena dengan begini ia akan lebih leluasa mendekati Alan Samudera, laki-laki yang telah mencuri hatinya sejak bertahun-tahun yang lalu yang juga saat ini telah menjadi mantan tunangan kakaknya. 

Belinda sendiri sudah meneteskan air matanya tapi berkali-kali ia hapus. Sedangkan Johan memilih untuk mengeraskan hatinya sendiri dan berpikir jika memang putrinya tersebut pantas mendapatkan hukuman ini. 

"Mbak pergi dulu ya Vin," pamit Ananta. 

Gadis muda itu pun mulai menyeret kopernya tapi saat ia baru saja melangkah, ia tiba-tiba mendengar sang nenek berkata, "Berhenti!" 

Refleks Ananta menghentikan langkah kakinya, menoleh ke arah sang nenek dan menatap penuh harap.

"Ya, Nek?" Ananta berkata dengan napas tertahan.

Mungkinkah neneknya telah membatalkan niatnya? 

Apa dirinya akan diberi kesempatan lagi?

Harapan Ananta mulai timbul.

"Iya, Nek?" 

Dengan dingin Alma berujar, "Keluarkan semua kartu debit beserta kartu kredit kamu. Kunci mobil dan semua fasilitas yang kamu dapat dari Nenek." 

Mata Ananta hampir keluar dari tempatnya saat mendengar hal itu, "Nek, tapi Nanta ...." 

"Ma, bagaimana Nanta bisa bertahan kalau dia tak memiliki apapun?" ujar Belinda syok, begitu terkejut. Wanita itu sama sekali tidak pernah menyangka bila Alma akan setega itu pada cucunya sendiri.

Ia lalu menambahkan, "Ma, tolong biarkan Nanta membawa itu semua." 

"Tidak. Ayo keluarkan semua fasilitas yang Nenek berikan padamu, Nanta!" titah Alma, tak ingin dibantah.

Dengan mata yang sudah sembab penuh air mata, Ananta mengambil dompet dan mengeluarkan semua kartu yang ia miliki beserta kunci mobil itu. Ia menghapus air matanya dan berlalu dari ruang tamu. 

Sebelum ia sampai di pintu, ia mendengar sang nenek masih menggerutu, "Dipikirnya hidup di luar itu mudah apa? Biar saja dia ngerti gimana susahnya kerasnya hidup di luar." 

Ananta memejamkan matanya sesaat, menahan segala rasa sakit yang menghujam jantungnya dan kemudian melangkah cepat meninggalkan rumah itu. 

Dia menghentikan sebuah taksi. "Pak, bisa tolong kopernya diangkat?" 

"Oh, iya Mbak, bentar." 

Vina mengawasi kepergian sang kakak dari balik jendela. 

Setelah taksi itu meninggalkan halaman depan rumah keluarga besar Wiriyo, Vina menyeringai, "Maaf ya Mbak. Tapi kalau nggak kaya gini, aku nggak bisa dapatin Alan. Selamat hidup miskin di luar sana." 

*** 

Mikael baru saja mendapatkan pelepasannya setelah ia bercinta dengan model papan atas yang ia jumpai di salah satu klub malam terkenal di Inggris. Dengan napas terengah-engah ia menjauh dari tubuh sang wanita. 

"Kau mau ke mana, Baby?" tanya sang wanita dengan suara patah-patah. 

"Kamar mandi," jawab Mikael singkat. 

Setelah ia masuk ke dalam kamar mandi, ia segera menguncinya dari dalam. Ia pun mengguyur tubuhnya hingga seluruh tubuhnya basah.

Namun, ia merasa kesal dengan dirinya sendiri yang aneh. 

Ia bahkan meninju dinding beberapa kali. 

"Sialan! Apa yang salah denganku?" 

"Kenapa wajah wanita itu tak mau pergi dari ingatanku?" 

Ia mengusap wajahnya, frustrasi. 

"Dan kenapa aku tak pernah bisa puas dengan wanita lain? Ada apa dengan diriku sebenarnya?" 

"SIALAN!" 

Mikael menggelengkan kepala kuat-kuat, sungguh tidak mengerti atas apa yang terjadi kepada dirinya.

"Ingat, Mikael. Ingat, dia hanya seorang wanita penghibur. Tak pantas dipikirkan." 

Namun, percuma saja. Ia tetap tak bisa mengenyahkan pikiran tentang wanita itu di dalam kepalanya. Justru, semakin ia mencoba melupakan, ia semakin ia teringat akan segala pesona wanita itu. 

"Oh, ini tidak mungkin terjadi kepadaku!" ucapnya begitu sangat kesal. 

Ia mematikan keran itu dan langsung keluar setelah memakai handuk. 

"Baby, apa kau mau lagi?" tanya Sofia dengan senyum sensual. 

Wanita itu bahkan menyingkap selimut putih yang menutupi tubuhnya, seakan memang mengudang Mikael untuk melakukan sesuatu dengannya.

Mikael hanya tersenyum kaku, "Tidak. Kau bisa pergi sekarang Sofia. Aku ada urusan mendadak." 

Mata wanita bertubuh molek itu melebar, "Apa? Kau menyuruhku pergi sekarang? Ta-tapi biasanya kau tidak hanya melakukan itu sekali denganku, Mikael. Apakah aku tidak bisa membuatmu puas tadi?" 

"Apa kau ingin aku melakukan sesuatu untukmu, Mikael? Kau bisa mengatakannya padaku," ucap Sofia terlihat tidak ingin begitu saja pergi.

"Tidak."

"Mikael, kau-"

"Andrew akan mengurus bayaranmu," potong Mikael cepat. 

Sofia pun mengerti bila Mikael memang tidak menginginkan dirinya sehingga dengan begitu kecewa sang wanita pun pergi dari hotel mewah itu.

Seperti yang telah dikatakan oleh Mikael, Andrew dengan cepat melakukan perintah sang Tuan Muda. 

"Andrew, hubungi Laura untuk menjadwal ulang semua kegiatanku besok. Dan minta dia untuk segera mengosongkan jadwalku selama satu minggu," titah Mikael. 

"Ya, Sir?" ujar Andrew kaget. 

"Siapkan dirimu karena kita akan pergi ke Indonesia dan kau harus bisa menemukan wanita itu untukku entah bagaimanapun caranya," ujar Mikael datar. 

Andrew terbelalak kaget, "Wanita itu? Maksud Anda ...."

"Wanita malam itu. Aku harus bertemu dengannya," ucap Mikael dengan serius.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    53. The Ending

    Justin pun segera menjelaskan lebih lanjut perihal cara menelepon Alan Samudera. Keesokan harinya, di hadapan sama orang, kecuali putranya, Sean, Ananta melakukan sebuah panggilan pada Alan. Terlihat Mikael awalnya tidak suka melihat istrinya menelepon mantan pacarnya dulu tetapi dia tidak bisa memprotesnya. "Alan, ini aku ... maaf, aku harus melakukan ini," kata Ananta mengawali panggilan itu. Tentu saja dalam layar itu Alan terlihat begitu sangat terkejut. Tetapi, laki-laki itu malah langsung bertanya, "Vina. Bagaimana keadaan Vina, Nanta?" Anehnya wajah laki-laki itu terlihat begitu sangat sedih sehingga Ananta cepat-cepat menceritakan masalah tentang Vina. Betapa terkejutnya pria itu kalau mendengar kondisi mantan istrinya itu, tanpa menunda-nunda lagi dia berkata, "Aku akan segera pergi ke Indonesia dan menjenguk dia." Tak disangka-sangka oleh keluarga Wiriyo, Alan Samudera tampak tak menghindar dari mereka dan bahkan telah memutuskan untuk membantu mereka. "Aku tidak meny

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    52. Dua Pribadi?

    Ananta memejamkan matanya seolah mencoba untuk tetap kuat. Dia tak boleh terlihat lemah di depan suaminya itu, meskipun kenyataannya dia saat ini memang sedang melemah.Wanita itu tak membalas sepatah kata pun perkataan suaminya hingga kemudian Mikael Alexander menghentikan ucapannya sendiri. Dia tak lagi melanjutkan perkataan kejamnya.Ketika dia melihat istrinya sedang menutup matanya dan bahkan dia bisa melihat bagaimana tubuh Ananta sedikit bergetar karena mendengarkan perkataannya itu, Mikael segera mundur ke belakang dan memegang kepalanya dengan rasa frustrasi yang sangat mengganggunya."Astaga, apa yang sudah aku lakukan?" gumam Mikael yang kini menatap istrinya dengan penuh penyesalan.Ananta bahkan belum berani membuka mata sehingga Mikael kini kembali melangkah ke depan lalu mendekati istrinya dengan perlahan. Dia ingin merengkuh istri tercintanya itu dan menenangkannya."Sayang, maafkan aku. Aku-""Tidak apa-apa," ucap Ananta yang langsung mundur ke belakang setelah dia ta

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    51. Cara Justin

    "Begini, Madam. Kami bisa membantu Anda dengan membuat sebuah tawaran kerjasama dengan perusahaan beliau," kata Justin.Ananta segera mengerutkan keningnya, "Maksud Anda? Anda berniat untuk menawarkan sebuah kerjasama palsu pada Alan?"Justin berdeham kecil saat idenya itu dikatakan demikian, tetapi dia tidak memiliki hak untuk tersinggung karena memang sebutan itu memang tepat."Ini demi menjaga kerahasiaan tujuan Anda, Madam," ucap Justin dengan nada yang terdengar sedikit agak malu.Sebagai seorang detektif, sudah menggunakan berbagai cara dan bahkan dengan cara yang kotor sekalipun untuk menuntaskan kasus-kasusnya.Tidak sekali hanya dua kali dia kerap melakukan sebuah tipu daya agar dia bisa menjebak orang yang dia incar. Akan tetapi, baru sekarang ini dia merasa begitu sangat malu dan tidak nyaman setelah mendengar ucapan dari Ananta Alexander.Dia tidak mengerti. Yang dia ketahui pendapat wanita itu seakan langsung mudah membuatnya goyah.Ada apa denganmu sebenarnya, Justin? Ka

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    50. Informasi

    "Luar negeri. Aku yakin dia tidak mungkin berada di Indonesia. Jadi, memang satu-satunya tebakan yang mungkin paling benar adalah dia berada di luar negeri selama ini," kata Alma. "Itu masuk akal. Kalau hanya di dalam negeri tak mungkin informan kita sampai tak berhasil melacak keberadaannya walaupun hanya sedikit," kata Johan. Belinda menganggukkan kepalanya setelah dia memahami semua itu. "Kalau begitu detektif swasta yang disewa oleh Ananta sangatlah bagus karena mereka bisa menemukan keberadaan Alan hanya dalam waktu yang cukup singkat." Sementara itu Ananta yang masih di tengah jalan mengemudikan mobilnya dengan tidak sabar. Dia ingin segera mengetahui informasi tentang Alan dan ingin melakukan apa yang dia inginkan. Begitu sampai di kantor detektif swasta tersebut yang tak terlalu jauh dari rumahnya atau hanya sekitar 15 menit perjalanan menggunakan mobil tanpa kemacetan, Ananta melihat Vincent yang sedang duduk di depan seolah sedang bersantai. Vincent segera berdiri ketik

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    49. Kecurigaan

    Dari panggilan itu Mikael menjelaskan, "Maafkan aku, Sayang. Aku sedang begitu sangat sibuk.""Sampai kamu lupa mengabari istri dan anakmu? Yang padahal sedang jauh dari jangkauanmu?" ucap Ananta sinis.Mikael terdiam selama beberapa saat hingga kemudian pria itu kembali berkata, "Maaf, Nanta. Aku benar-benar sedang tidak bisa menghubungi kamu kemarin dan baru sekarang aku bisa menghubungimu."Ananta menghela napas panjang. Kali ini dia benar-benar tidak bisa memahami apa yang sedang dikerjakan oleh suaminya itu.Dia pun juga tak bisa mencari tahu lebih banyak karena keterbatasan yang dia miliki. Dia sudah tidak memiliki Helen dan juga dia pun tak memiliki orang lain yang bisa dia tanyai mengenai sang suami.Menurutnya sangat percuma untuk mendesak Mikael berkata yang sebenarnya."Hm, lalu apa kau akan pergi ke Indonesia atau tidak?" tanya Ananta."Aku tentu saja akan pergi. Bagaimana mungkin aku membiarkan kamu dan Sean sendirian di sana?" ucap Mikael.Nyatanya kamu bahkan lepas kami

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    48. Keyakinan

    Haruka menatap sahabatnya itu dengan seksama, "Boleh. Kamu boleh melakukan apa saja jika itu bisa membantumu, asalkan jangan lupakan satu hal, Nanta."Wanita itu tentu saja tak mau jika sahabatnya itu sampai salah melangkah sehingga dia mencoba untuk memberikan beberapa saran agar masalah yang dihadapi oleh sahabatnya itu bisa terselesaikan tanpa adanya penyesalan ataupun kesalahan lain yang mungkin dia perbuat.Ananta cepat-cepat membalas, "Apa, Haruka?"Haruka menahan napas dan kemudian menghembuskannya secara perlahan, "Ketika kamu sudah mendapatkan bukti yang kamu inginkan itu, kamu tidak boleh goyah. Jangan pernah sekalipun kamu berpikir untuk mundur jika semuanya sudah tersaji di depan mata."Haruka mengamati perubahan ekspresi Ananta dan kini dia yakin bila kali ini sarannya sudah tepat sasaran.Ananta menelan ludahnya dengan gugup ketika dia teringat bagaimana dia membatalkan penyelidikannya kala itu.Padahal hanya satu langkah saja dia pasti sudah tahu apakah suaminya itu mem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status