Share

3. Pencarian

"Nanta!" pekik Johan, agak terkejut putrinya memilih jalan itu. 

Alma menghela napas panjang dan berkata dengan datar, "Silakan angkat kaki dari rumah ini. Mulai detik ini, kamu bukan bagian dari keluarga ini lagi. Dan jangan sekali pun kamu berani menggunakan nama 'Wiriyo' di belakang nama kamu. Ngerti kamu?" 

Sakit. Sangat sakit. 

Itulah yang Ananta rasakan saat ini tapi Ananta berusaha tegar. Dia tahu keputusan neneknya sudah bulat.

"Baik, Nek. Nanta tidak akan pernah kembali lagi ke rumah ini dan meninggalkan nama belakang keluarga 'Wiriyo'."

Alma mengangguk puas. Setidaknya salah satu pembawa masalah dalam keluarganya akan segera meninggalkan rumah itu.

Setelah cucunya itu pergi, dia tinggal menghapus jejak sang cucu sehingga tak ada lagi yang bisa menjatuhkan nama besar keluarganya lagi.

Dengan air mata yang mulai jatuh membasahi pipinya, Ananta berbalik dan bergerak menuju kamarnya. Dia bergegas membawa beberapa barang yang dia anggap penting lalu kemudian dia menuruni tangga begitu dia selesai berkemas dan berganti baju. 

Sangat berat meninggalkan keluarga besarnya itu, tetapi dia tak memiliki pilihan lain. 

Keluarganya ternyata masih menunggu di ruang tamu, membuat dirinya seakan memang sedang diawasi. Dengan hati yang terluka ia berkata, "Nanta pamit dulu. Papa, Mama, Nenek. Vin." 

Tak ada yang membalas ucapannya itu tapi Vina, adik kandungnya itu langsung menghambur ke pelukan sang kakak, memeluknya erat dan menangis meski hanyalah tangisan palsu. 

Tentu saja ini memang hal yang ia inginkan sejak lama karena dengan begini ia akan lebih leluasa mendekati Alan Samudera, laki-laki yang telah mencuri hatinya sejak bertahun-tahun yang lalu yang juga saat ini telah menjadi mantan tunangan kakaknya. 

Belinda sendiri sudah meneteskan air matanya tapi berkali-kali ia hapus. Sedangkan Johan memilih untuk mengeraskan hatinya sendiri dan berpikir jika memang putrinya tersebut pantas mendapatkan hukuman ini. 

"Mbak pergi dulu ya Vin," pamit Ananta. 

Gadis muda itu pun mulai menyeret kopernya tapi saat ia baru saja melangkah, ia tiba-tiba mendengar sang nenek berkata, "Berhenti!" 

Refleks Ananta menghentikan langkah kakinya, menoleh ke arah sang nenek dan menatap penuh harap.

"Ya, Nek?" Ananta berkata dengan napas tertahan.

Mungkinkah neneknya telah membatalkan niatnya? 

Apa dirinya akan diberi kesempatan lagi?

Harapan Ananta mulai timbul.

"Iya, Nek?" 

Dengan dingin Alma berujar, "Keluarkan semua kartu debit beserta kartu kredit kamu. Kunci mobil dan semua fasilitas yang kamu dapat dari Nenek." 

Mata Ananta hampir keluar dari tempatnya saat mendengar hal itu, "Nek, tapi Nanta ...." 

"Ma, bagaimana Nanta bisa bertahan kalau dia tak memiliki apapun?" ujar Belinda syok, begitu terkejut. Wanita itu sama sekali tidak pernah menyangka bila Alma akan setega itu pada cucunya sendiri.

Ia lalu menambahkan, "Ma, tolong biarkan Nanta membawa itu semua." 

"Tidak. Ayo keluarkan semua fasilitas yang Nenek berikan padamu, Nanta!" titah Alma, tak ingin dibantah.

Dengan mata yang sudah sembab penuh air mata, Ananta mengambil dompet dan mengeluarkan semua kartu yang ia miliki beserta kunci mobil itu. Ia menghapus air matanya dan berlalu dari ruang tamu. 

Sebelum ia sampai di pintu, ia mendengar sang nenek masih menggerutu, "Dipikirnya hidup di luar itu mudah apa? Biar saja dia ngerti gimana susahnya kerasnya hidup di luar." 

Ananta memejamkan matanya sesaat, menahan segala rasa sakit yang menghujam jantungnya dan kemudian melangkah cepat meninggalkan rumah itu. 

Dia menghentikan sebuah taksi. "Pak, bisa tolong kopernya diangkat?" 

"Oh, iya Mbak, bentar." 

Vina mengawasi kepergian sang kakak dari balik jendela. 

Setelah taksi itu meninggalkan halaman depan rumah keluarga besar Wiriyo, Vina menyeringai, "Maaf ya Mbak. Tapi kalau nggak kaya gini, aku nggak bisa dapatin Alan. Selamat hidup miskin di luar sana." 

*** 

Mikael baru saja mendapatkan pelepasannya setelah ia bercinta dengan model papan atas yang ia jumpai di salah satu klub malam terkenal di Inggris. Dengan napas terengah-engah ia menjauh dari tubuh sang wanita. 

"Kau mau ke mana, Baby?" tanya sang wanita dengan suara patah-patah. 

"Kamar mandi," jawab Mikael singkat. 

Setelah ia masuk ke dalam kamar mandi, ia segera menguncinya dari dalam. Ia pun mengguyur tubuhnya hingga seluruh tubuhnya basah.

Namun, ia merasa kesal dengan dirinya sendiri yang aneh. 

Ia bahkan meninju dinding beberapa kali. 

"Sialan! Apa yang salah denganku?" 

"Kenapa wajah wanita itu tak mau pergi dari ingatanku?" 

Ia mengusap wajahnya, frustrasi. 

"Dan kenapa aku tak pernah bisa puas dengan wanita lain? Ada apa dengan diriku sebenarnya?" 

"SIALAN!" 

Mikael menggelengkan kepala kuat-kuat, sungguh tidak mengerti atas apa yang terjadi kepada dirinya.

"Ingat, Mikael. Ingat, dia hanya seorang wanita penghibur. Tak pantas dipikirkan." 

Namun, percuma saja. Ia tetap tak bisa mengenyahkan pikiran tentang wanita itu di dalam kepalanya. Justru, semakin ia mencoba melupakan, ia semakin ia teringat akan segala pesona wanita itu. 

"Oh, ini tidak mungkin terjadi kepadaku!" ucapnya begitu sangat kesal. 

Ia mematikan keran itu dan langsung keluar setelah memakai handuk. 

"Baby, apa kau mau lagi?" tanya Sofia dengan senyum sensual. 

Wanita itu bahkan menyingkap selimut putih yang menutupi tubuhnya, seakan memang mengudang Mikael untuk melakukan sesuatu dengannya.

Mikael hanya tersenyum kaku, "Tidak. Kau bisa pergi sekarang Sofia. Aku ada urusan mendadak." 

Mata wanita bertubuh molek itu melebar, "Apa? Kau menyuruhku pergi sekarang? Ta-tapi biasanya kau tidak hanya melakukan itu sekali denganku, Mikael. Apakah aku tidak bisa membuatmu puas tadi?" 

"Apa kau ingin aku melakukan sesuatu untukmu, Mikael? Kau bisa mengatakannya padaku," ucap Sofia terlihat tidak ingin begitu saja pergi.

"Tidak."

"Mikael, kau-"

"Andrew akan mengurus bayaranmu," potong Mikael cepat. 

Sofia pun mengerti bila Mikael memang tidak menginginkan dirinya sehingga dengan begitu kecewa sang wanita pun pergi dari hotel mewah itu.

Seperti yang telah dikatakan oleh Mikael, Andrew dengan cepat melakukan perintah sang Tuan Muda. 

"Andrew, hubungi Laura untuk menjadwal ulang semua kegiatanku besok. Dan minta dia untuk segera mengosongkan jadwalku selama satu minggu," titah Mikael. 

"Ya, Sir?" ujar Andrew kaget. 

"Siapkan dirimu karena kita akan pergi ke Indonesia dan kau harus bisa menemukan wanita itu untukku entah bagaimanapun caranya," ujar Mikael datar. 

Andrew terbelalak kaget, "Wanita itu? Maksud Anda ...."

"Wanita malam itu. Aku harus bertemu dengannya," ucap Mikael dengan serius.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status