Sienna menatap mata pria itu. “Aku bisa mengerang lagi untukmu, Sebastian,” bisiknya pelan.
Sebastian membalas tatapan Sienna lekat-lekat. Jari-jarinya bergerak pelan, menyusuri garis rahang halus itu, lalu turun ke tengkuk, meninggalkan jejak kehangatan yang membuat jantung Sienna berdentum lebih keras.
“Beri tahu aku kalau kau ingin aku berhenti.”
Sienna tak menjawab. Ia hanya menatap Sebastian dengan sorot yang tenang, nyaris menyerah, lalu mengangguk pelan.
Sebastian tersenyum tipis, lalu mencium bibir istrinya lagi.
Tangan Sienna meremas bahu Sebastian, tubuhnya bersandar penuh di dada pria itu.
Suara hujan menjadi latar yang mengiringi napas mereka yang mulai berpacu.
Dalam satu gerakan lembut, Sebastian mengangkat tubuh Sienna tanpa melepaskan bibirnya, membawanya menjauh dari bangku piano dan menurunkannya perlahan ke atas sofa panjang yang ada di sudut ruang kerja.
Jemari Sebastian menelusuri tulang selangka Sienna, lalu berhenti tepat di atas detak jantung yang berdebar cepa