"Kamu menginap di sini saja hari ini, lagian besok kan hari minggu" pinta Solmi.
"Ibu, lain kali ya" ucap Naveah dengan berat hati menolak permintaan mertuanya.
Setelah mengantar mertuanya pulang ke rumah, Naveah pergi menemui temannya yang bernama Seohyun. Seohyun tinggal di sebuah apartemen yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah mertuanya. Perjalanan dari rumah Solmi ke apartemen Seohyun membutuhkan waktu kurang lebih dua puluh menit saja.
Tok Tok, Naveah mengetuk pintu apartemen Seohyun. Perempuan itu mencoba menghubungi temannya karena pintunya tidak dibuka-buka.
"Aku sudah di depan" ucap Naveah pada Seohyun melalui telpon.
"Oke, aku baru selesai mandi tadi, sorry ya" jelas Seohyun.
Lima menit kemudian Seohyun pergi membukakan pintu untuk Naveah.
"Lama sekali" perempuan itu memeluk Seohyun yang mengenakan baju tidur berwarna navy.
"Ya, kamu ini kenapa coba?" Seohyun kaget dengan kelakuan Naveah yang tidak biasanya itu.
"Tidak ada" Naveah mengelak pertanyaan Seohyun.
"Duduk di sana" Seohyun menunjuk sofa yang berada di ruang tengah apartemennya.
"Kau kasar sekali sih pada ku" gerutu Naveah.
"Baru sadar" ucap Seohyun sambil memberikan botol minuman pada Naveah. Perempuan itu tersenyum mendengar perkataan sahabatnya itu.
"Kamu tadi berangkat dari rumah?" tanya Seohyun.
"Tidak, kebetulan aku mengantar Ibu mertua jadi sekalian ke sini karena searah" Naveah sambil meminum air dalam botol.
"Jadi kalau tidak searah kamu tidak akan main ke sini" Seohyun terlihat sewot.
"Tidaklah sudah pasti aku akan ke sini, ngomong-ngomong kamu tidak ikut acara reuni SMA?" tanya Naveah.
"Aku tadi ikut karena diajak Lee Tae Oh, kamu masih ingatkan siapa dia?" tanya Seohyun.
"Atlet basket kan" ucap Naveah singkat.
"Wah tumben sekali ingatan mu bagus, biasanya yang kamu ingat hanya Dongman kan" celetuk Seohyun.
"Aku tadi tidak melihatnya diacara itu, dengar-dengarkan dia sudah kembali dari Korea" ucap Seohyun.
"Iya, dia sudah kembali dari Korea, aku kira dia bakalan datang" ujar Naveah.
"Tunggu, aku baru sadar bagaimana kamu tahu kalau dia sudah di Korea" Seohyun mulai kepo pada sahabatnya itu.
"Kami sudah beberapa kali bertemu sejak ia pulang, tadi siang dia mengajak ku untuk hadir di acara itu tapi aku menolaknya" kata Naveah menjelaskan pada sahabatnya itu.
"Kamu gila, bisa-bisa nya kamu menolak ajakannya" Seohyun terdengar tidak mempercayai ucapan Naveh.
"Aku ada janji dengan Ibu mertua jadi mau bagaimana lagi" ucap Naveah.
"Padahal kalian begitu serasi, sama-sama pintar, sama-sama pekerja keras, tapi kenapa kamu malah menikahi pria yang tidak mencintai mu itu?" Seohyun kesal dengan keputusan Naveah.
"Tidak tahu, aku tidak ingin berkomomentar. Pria itu cerdas dan anak orang kaya pasti ada banyak perempuan yang baik untuknya" ucap Naveah.
"Kamu sudah memberi tahunya kalau sudah menikah?" tanya Seohyun.
"Buat apa aku memberitahu nya, lagian tidak mendekati ku kok, dia hanya rekan kerja ku sekarang" ucap Naveah dengan polos.
"Kamu benar-benar bodoh untuk masalah seperti ini" kata Seohyun.
"Coba pikirkan sekarang, dia pulang ke Korea dan beberapa kali menemui mu bahkan hari ini mengajak mu datang ke acara yang sama, apalagi kalau tidak disebut dia sedang mendekati mu sekarang" jelas Seohyun panjang lebar pada Naveah.
"Begitukah, sepertinya tidak seperti itu, pikiran mu terlalu berlebihan kawan" Naveah menepuk pundak Seohyun.
"Sudahlah aku mengantuk jangan bahas itu, aku ingin memejamkan mata ku sekarang" pikiran Naveah masih melayang ke kejadian tadi siang.
Di tempat lain, Lee Kwon masih menjaga Nari di apartemen perempuan itu. Setelah diperiksa oleh dokter pribadinya perempuan itu beristirahat di tempat tidur nya. Sedangkan Lee Kwon berada di ruang tamu Nari. Pria itu tampak memikirkan sesuatu dan sesekali memeriksa layar ponselnya.
"Kemana perempuan itu pergi" gumam Lee Kwon yang tidak menemukan keberadaan Naveah setelah kejadian tadi siang.
"Ibu, apa Naveah bersama Ibu sekarang" tulis pesan Lee kwon pada Ibu nya.
"Tidak ada, tidak usah cari dia dan pikirkan diri mu sendiri" balas pesan Solmi secara singkat pada putranya itu.
"Aku sudah dua kali mendatangi apartemen peremuan itu, tadi tidak ada tanda-tanda dia ada dia apartemennya" pikir Lee Kwon.
"Naveah, kamu di mana sekarang, aku jemput ya?" Lee Kwon mengirimkan pesan pada Naveah. Sayang sekali pesan itu sama sekali tidak dibaca karena perempuan itu sudah tidur.
"Anak malang, aku harap kamu bahagia" Seohyun menyelimuti Naveah yang sudah tertidur. Perempuan itu tahu pasti ada yang terjadi pada sahabatnya itu.
Seohyun menemani Naveah dan tertidur di sebelah sahabatnya itu.
"Kemana perempuan itu, kenapa tidak membalas pesan ku sama sekali" Lee Kwon mulai kesal.
"Sayang" panggil Nari yang tiba-tiba mengagetkan Lee Kwon yang masih kesal dengan Naveah.
"Ada apa, apa yang sakit?" tanya Lee Kwon dengan penuh perhatian.
"Tidur di sini saja jangan kemana-mana, aku masih takut" pinta Nari.
"Baiklah aku di sini, sekarang tidurlah lagi, semuanya akan baik-baik saja besok" Lee Kwon menenangkan Nari.
Malam itu biar pun Lee Kwon di tempat Nari tapi pikiran pria itu masih teringat pada Naveah. Wajah perempuan yang membiarkan dirinya pergi untuk menolong orang yang dicintainya.
"Hati mu sebenarnya terbuat dari apa Naveah" tanya Lee Kwon dalam hatinya.
Pagi itu Lee Kwon masih tertidur di apartemen Nari, pria itu tidur di sebuah kursi yang berada di dalam kamar Nari.
"Jam berapa ini?" pria itu membuka matanya.
"Masih jam sembilan sayang tidurlah lagi, aku tahu tadi malam kamu sulit tidur karena memikirkan kondisi ku" Nari masih tertidur di ranjang nya.
"Benarkah masih jam sembilan" pria itu berdiri dan meregangkan badannya.
"Mau aku buatkan sarapan apa?" tanya Lee Kwon pada Nari.
"Terserah kamu saja, sebelum itu aku mau membicarakan sesuatu pada mu" suara Nari terdengar serius.
Pria itu mendekati Nari dan duduk di sebelahnya, "apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Lee Kwon.
"Sayang sepertinya aku harus meninggalkan mu selama dua bulan ke depan" ucap Nari.
"Mau kemana?" tanya Lee Kwon.
"Aku ada kontrak pekerjaan di Taiwan, tapi tenanglah setelah itu akan selamanya kembali ke sini, tidak apa kan?" Nari memegang tangan Lee Kwon minta izin.
"Tapi kan kamu masih sakit sekarang, apa tidak bisa ditunda?" Lee Kwon memegangi tangan Nari balik.
"Aku baik-baik saja luka di kaki ku juga kan segera sembuh, tidak perlu khawatir" Nari menenangkan kekasihnya itu.
"Baiklah kalau itu mau mu, tapi di sana kamu akan ditemani siapa?" Lee Kwon mengelus pipi Nari.
"Aku akan tinggal di sana dengan asisten dan juga tim jadi tidak perlu khawatir"jelas Nari.
Lee Kwon paham kalau Nari adalah perempuan yang mandiri dan tidak bisa berdiam diri, itulah kenapa ia mengizinkan perempuan itu untuk menyelesaikan pekerjaannya di Taiwan meskipun mereka akhirnya berjauhan.
"Kunjungi aku sesering mungkin ya" pinta Nari sambil tersenyum pada Lee Kwon.
"Naveah sudah lama kita tidak berbincang seperti ini" ucap Dongman yang tengah berada di ruang tamu di ruang kerja Naveah. "Benarkah?, mungkin karena Hyung terlalu banyak aktivitas di luar" ucap Naveah sembari meminum teh. "Aku ingat betul kita terakhir berbincang santai saat ulang tahun mu, berarti hampir satu bulan lebih kita tidak bertemu ya" Dongman mengingatkan Naveah. "Apakah ini benar-benar hyung yang aku kenal?, aku tidak menyangka hyung bisa mengingat dengan detail kapan terakhir kali kita bertemu" ucap Naveah heran. "Tidak ada hal yang aku lupakan kalau ada hubungannya dengan diri mu Naveah" ucapan Lee Kwon mengagetkan Naveah. "Sejak kapan orang di depan ku ini belajar menggombali aku seperti ini" gurau Naveah. "Aku tidak tahu, mungkin sejak kita sudah lama tidak bertemu" ucap Dongman santai sembari menatap Naveah yang duduk di depannya. "Haha, dasar!" Naveah tidak kuasa menahan tawa nya. "Habis aku liha
"Kau pikir aku akan diam saja, aku tidak membiarkan perempuan mana pun bisa menggantikan posisi ku di hati mu sayang" ucap Nari sembari menatap foto nya dengan Lee Kwon di layar hp nya. Sudah satu bulan setengah Nari meninggalkan Korea dan tinggal di Taiwan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Perempuan itu tidak hanya fokus menyelesaikan pekerjaannya tapi juga tengah menyusun rencana untuk bisa memiliki Lee Kwon. "Aku yakin kemunculan berita ini di Korea akan mengangkat nama mu sebagai wartawan" ucap Nari melalui telpon pada teman sekolahnya dulu yang kini berprofesi sebagai seorang wartawan di salah satu stasiun tv ternama di Korea. "Haha, aku tidak percaya dengan siapa aku bicara sekarang, benarkah kamu Nari teman smp ku dulu" ucap Nana disambungan telpon. Nari terlihat memainkan rambut panjangnya dengan senyuman licik mendengar perkataan dari Nana. Perempuan itu tak mempedulikan opini teman lama nya tentang dirinya yang sekarang.
Nari duduk termenung di kursi nya, perempuan itu mulai meneteskan air mata. Memejamkan matanya, dan mengepalkan tangannya di atas meja kerjanya. Dia menatap layar laptop yang ada di depannya, sebuah foto dari pria yang dicintainya."Kau bilang sibuk, lalu apa ini semua!" teriak Nari di ruang kerjanya. Perempuan itu mendapat laporan dari informannya kalau Lee Kwon menemani Naveah di pulau Jeju. Informannya mengirim foto-foto kebersamaan Naveah dan Lee Kwon."Aku tidak percaya kenapa semua laki-laki sama, tidak hanya mantan suami ku tapi kamu juga seperti itu Lee Kwon" Nari terisak menahan rasa sakit di hati nya. Perempuan itu merasa dipermainkan oleh pria yang ia sangka akan mencintainya dengan sepenuh hati.Suara teriakan dan isak tangis Nari tersengar oleh asisten pribadinya. Asisten pribadi nya yang bernama Young Ae terlihat khawatir dan mondar-mandir di depan ruang kerja Nari.Tok-tok, Young Ae memberanikan diri mengetok pintu ruang kerja Nari. Tidak a
"Lee Kwon, kita ke tempat Ibu dan Kakek kapan?" tanya Naveah yang duduk bersender di tempat tidur sembari memainkan ponselnya."Terserah kamu saja" ucap Lee Kwon dengan suara mengantuk."Kalau begitu sekarang saja" ujar Naveah tiba-tiba.Lee Kwon tidak mengiyakan ide Naveah, pria itu malah mengganti posisi tidurnya membelakangi Naveah."Lee Kwon" panggil Naveah yang masih fokus melihat sesuatu di ponselnya.Pria itu tetap tidak menjawab dan melanjutkan tidurnya, "sia-sia aku mengajak orang ini pergi ke sini kalau hanya dihabiskan untuk tidur saja" ujar Naveah menggelengkan kepalanya melihat Lee Kwon masih tertidur.Naveah yang tidak tahu mau melakukan apa di dalam kamar akhirnya malah mengantuk dan kembali tidur di samping Lee Kwon."Perempuan ini, bisa-bisa nya dia tidur tanpa dosa seperti ini" Lee Kwon menatap Naveah yang tertidur dengan pulas di sampingnya.Pria itu membelai kepala Naveah, menyentuh pipi Naveah dan kemudian
"Apa yang kamu katakan sepertinya ada benar nya, kadang aku juga berpikiran seperti itu untuk menenangkan pikiran ku tapi lagi, pikiran itu akan kembali hinggap di kepala ku di saat-saat tidak terduga, contohnya saat ini. Kenapa aku jadi emosional begini? maaf aku malah curhat dan membuat mu tidak bisa tidur" Naveah mengusap air matanya.Lee Kwon ikut menitihkan air mata mendengar cerita Naveah, pria itu tidak menyangka dibalik ketangguhan yang selalu diperlihatkan oleh Naveah di depan nya, ternyata ada bagian di mana istrinya begitu rapuh dan terluka. Hati Lee Kwon ikut sakit mendengar kehidupan masa lalu Naveah. Pria itu mengusap air mata di pelupuk mata nya tanpa Naveah tahu. Lee Kwon beruntung lampu di kamar sudah dimatikan kalau tidak dia akan malu."Ngomong-ngomong aku baru kali ini melihat mu menangis seperti ini, dan pertama kali juga mendengar kisah hidup mu yang tidak mudah. Lain kali ungkap kan dan ceritakan apa yang kamu alami pada ku. Aku akan setia
"Dia yang selama ini kamu cari?" tanya pak Park pada Hyungshik sembari menyentuh pundak anak laki-laki nya itu. "Iya ayah" jawab Hyungshik sembari melihat Naveah yang ke luar dari ruangan. "Dia sudah menikah, ayah harap perasaan mu pada nya hanya sekedar rasa terima kasih dan tidak lebih dari itu" nasehat pak Park pada anak nya. "Iya aku tahu" ucap Hyungshik dengan nada tidak bersemangat. "Tenanglah, ayah akan mencarikan perempuan yang tidak kalah menarik dari dia untuk mu" pak Park menyemangati Hyungshik. "Tapi ayah, apakah hubungan dia dengan suaminya baik-baik saja" tanya Hyungshik penasaran. "Ayah tidak tahu pasti, dari informasi yang ayah dapatkan suaminya masih menjalin hubungan dengan mantan pacar nya" ucap pak Park. "Sayang sekali" Hyungshik menggelengkan kepala nya. "Dia anak muda yang luar biasa, ayah sangat suka dengan cara berpikir Naveah itulah kenapa ayah mau bekerjasama dengan TF Group" puji pak Park.