Share

9. Menolong Kekasih Suami

"Aku baru tahu ternyata perempuan itu adalah seorang penulis" gumam Naveah dalam hati. 

Solmi terlihat tidak senang melihat acara yang tengah berlangsung di lantai dua, apalagi kalau berjumpa dengan Nari.Biarpun mereka pernah dekat dulu tapi saat perempuan itu meninggalkan anaknya untuk menikah dengan pria lain ia begitu membencinya. Tapi dia bersyukur karena dia bisa memperoleh menantu sebaik Naveah sekarang.

"Sayang kita langsung saja ke toko buku yang ingin kamu kunjungi" Solmi mengajak Naveah agar tidak fokus pada pameran yang tengah berlangsung di tengah-tengah lantai dua. 

Solmi yakin kalau Naveah tahu hubungan antara Lee Kown dan putranya meskipun menantunya itu tidak pernah bertanya langsung pada nya.

"Baik Ibu" Naveah menggengam tangan Ibu nya ke toko buku yang ia maksud.

Naveah tengah memilih buku yang berada di rak-rak buku di toko tersebut. Sedangkan Solmi menunggu putrinya itu sambil duduk membaca buku di tempat yang telah disediakan oleh toko tersebut. Toko buku yang dikunjungi Naveah bernama Wise, toko ini merupakan langganan Naveah sejak beberapa tahun belakangan. 

Naveah mengambil sebuah buku tentang pengembangan diri yang ditulis oleh pengarang dari luar negeri. "Sepertinya ini cocok" gumam Naveah setelah membaca ringkasan yang ada di belakang buku tersebut.

"Totalnya 25 won" kata seorang kasir yang melayani pembelian buku Naveah. Setelah membayar buku, Naveah dan Solmi berencana untuk pulang tapi tiba-tiba Naveah ingin buang air kecil jadi dia pergi ke toilet.

"Jangan" teriak seorang perempuan saat Naveah akan masuk ke toilet. Naveah kaget melihat Nari yang terduduk lemas di pintu masuk toilet dengan kaki mengalami memar.

"Ada apa ini" bentak Naveah pada perempuan yang tengah memukul Nari. Melihat Naveah ada di sana perempuan yang menggunakan masker berwarna hitam dengan rambut panjang sebahu dan mengenakan hoodie berwarna merah itu lari ketakutan.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Naveah pada Nari yang terlihat ketakutan. Nari menangis dan memeluk Naveah saat perempuan itu mendekati Nari yang tengah terduduk di lantai. Kebetulan saat itu kondisi toilet sedang sepi dan hanya ada mereka berdua.

"Tenang saja, dia sudah pergi" Naveah menenangkan Nari yang masih menangis.

Sepuluh menit Solmi menunggu di luar dan tidak ada tanda-tanda menantunya ke luar. "Kenapa belum juga keluar" gumam Solmi. Takut terjadi apa-apa pada menantunya Solmi masuk ke toilet sembari menenteng kantong belanjaannya.

"Naveah" panggil Solmi. Belum selesai memanggil menantunya lagi Solmi melihat Naveah tengah memeluk perempuan dengan wajah yang tidak asing.

"Kamu tidak apa-apa nak?" tanya Solmi dengan rasa khawatir pada menantunya.

Naveah menganggukkan kepalanya dan tersenyum pada Solmi, Naveah meyakinkan kalau dia baik-baik saja.

"Bibi" Nari memanggil Solmi, perempuan itu tidak menyangka akan bertemu dengan Ibu Lee Kwon.

Ekspresi Solmi saat dipanggil oleh Nari begitu datar, bahkan perempuan itu tidak membalas sapaan Nari. Dalam pikiran perempuan itu hanya Naveah yang ia khawatirkan.

"Ayo kita keluar dari sini" ajak Naveah. Perempuan itu membantu Nari berdiri dan merangkulnya.

Naveah mendudukkan Nari di sebuah bangku kosong yang terdapat di lantai dua. Nari mengenakan masker jadi tidak ada yang mengenali wajah Nari di sana.

"Terima kasih sudah menolong ku" ucap Nari sambil memegangi tangan Naveah.

"Mau aku bantu ke rumah sakit?" Naveah menawarkan bantuan pada Nari.

Nari menggelengkan kepalanya, dia kemudian mengambil ponsel di dalam tas nya. Perempuan itu mencari sebuah kontak di hp nya dan kemudian menelponnya.

"Apa kamu bisa menjemput ku? aku terluka" ucap Nari. Navaeh dan Solmi tidak tahu siapa yang dihubungi oleh Nari tapi Naveah yakin kalau suaminya lah yang dihubungi oleh Nari.

"Ayo kita pergi saja dari sini!" ajak Solmi.

"Sebentar Ibu, aku tidak tenang meninggalkan orang dalam keadaan seperti ini" bisik Naveah pada Solmi. 

Solmi tidak bisa menolak kemauan Naveah, menantunya yang begitu baik itu, dengan terpaksa Solmi menunggu bersama Naveah di sana.

"Bibi bagaimana kabar bibi"tanya Nari pada Solmi. Naveah pura-pura tidak tahu dan tanya balik pada Nari.

"Apa anda mengenal Ibu saya?" tanya Naveah. Sedangkan Solmi terdiam tidak menjawab pertanyaan dari Nari. 

"Kami pernah mengenal di masa lalu" jawab Nari meyakinkan, mendengar pengakuan Nari mertua Naveah bertambah tidak senang.

"Naveah nanti Ibu jelaskan, sekarang ayo kita pergi saja dari sini" ajak Solmi.

"Baik Ibu, sebentar ya" pinta Naveah.

Lima belas menit kemudian datanglah seseorang mendekati mereka dengan raut muka penuh kekhawatiran.

"Nari" Lee Kwon mendekati perempuan itu tanpa menghiraukan Ibu dan istrinya itu.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Lee Kwon sambil memeluk Nari. Naveah tidak bisa berkata-kata melihat suaminya yang begitu khawatir pada Nari sedangkan Solmi rasanya ingin meledakkan amarah pada Lee Kwon.

"Lee Kwon, kamu tidak lihat siapa yang ada di sini?" Solmi memarahi Lee Kwon. Sedangkan Naveah hanya tertuntuk saat itu.

"Maaf Ibu, aku hanya" pria itu tidak dapat melanjutkan perkataannya.

"Hanya apa?" Solmi kesal dengan kelakuan Lee Kwon.

"Ibu sudahlah, sekarang ayo kita pulang sudah ada yang bertanggung jawab di sini" ajak Naveah.

Solmi menarik nafasnya dalam-dalam dan kemudian tersenyum pada menantunya itu.

"Bawalah dia ke rumah sakit, aku akan mengantar Ibu pulang" ucap Naveah sebelum meninggalkan tempat itu.

Naveah membantu membawa kantong belanjaan mertuanya dan bergegas pergi dari sana.

"Naveah maaf kan aku, dan terima kasih" ucap Lee Kwon. Sayangnya Naveah tidak menghiraukan perkataan Lee Kwon, dia pergi begitu saja bersama Ibu mertua nya.

"Ibu tidak apa-apa kan?" tanya Naveah menggengam tangan Ibu mertuanya.

"Bukan Ibu tapi kamu, apa kamu baik-baik saja nak?" tanya balik Solmi pada menantunya.

"Tentu saja" Naveah tersenyum pada Ibu mertuanya.

"Nak Ibu akan menjelaskan semuanya pada mu" ucap Solmi dengan rasa bersalah pada Naveah karena kelakuan Lee Kwon.

"Tidak perlu Ibu, lebih baik kita tidak perlu membahas itu, bukankah kita jalan-jalan untuk bersenang-senang?" Naveah menenangkan Ibu mertuanya.

Bagaimana pun Solmi merasa bersalah pada menantunya itu, bisa-bisa nya anak yang sudah ia besarkan akan bertindak seceroboh itu. "Anak itu benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya" gumam Solmi dalam hati.

"Ibu nanti malam kita makan apa?" tanya Naveah pada Solmi. Seketika lamunan Solmi menghilang dari pikirannya.

"Apa saja asal bersama mu Ibu bahagia Nak" ucap Solmi.

"Perempuan ini benar-benar luar biasa, bisa-bisanya dia setegar ini menghadapi kelakuan putra ku yang kekanak-kanakan dan tidak masuk diakal itu" gumam Solmi dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status