Home / Romansa / I Know It's Not Easy / 9. Menolong Kekasih Suami

Share

9. Menolong Kekasih Suami

Author: MyLFmuniroh
last update Last Updated: 2021-09-04 10:35:35

"Aku baru tahu ternyata perempuan itu adalah seorang penulis" gumam Naveah dalam hati. 

Solmi terlihat tidak senang melihat acara yang tengah berlangsung di lantai dua, apalagi kalau berjumpa dengan Nari.Biarpun mereka pernah dekat dulu tapi saat perempuan itu meninggalkan anaknya untuk menikah dengan pria lain ia begitu membencinya. Tapi dia bersyukur karena dia bisa memperoleh menantu sebaik Naveah sekarang.

"Sayang kita langsung saja ke toko buku yang ingin kamu kunjungi" Solmi mengajak Naveah agar tidak fokus pada pameran yang tengah berlangsung di tengah-tengah lantai dua. 

Solmi yakin kalau Naveah tahu hubungan antara Lee Kown dan putranya meskipun menantunya itu tidak pernah bertanya langsung pada nya.

"Baik Ibu" Naveah menggengam tangan Ibu nya ke toko buku yang ia maksud.

Naveah tengah memilih buku yang berada di rak-rak buku di toko tersebut. Sedangkan Solmi menunggu putrinya itu sambil duduk membaca buku di tempat yang telah disediakan oleh toko tersebut. Toko buku yang dikunjungi Naveah bernama Wise, toko ini merupakan langganan Naveah sejak beberapa tahun belakangan. 

Naveah mengambil sebuah buku tentang pengembangan diri yang ditulis oleh pengarang dari luar negeri. "Sepertinya ini cocok" gumam Naveah setelah membaca ringkasan yang ada di belakang buku tersebut.

"Totalnya 25 won" kata seorang kasir yang melayani pembelian buku Naveah. Setelah membayar buku, Naveah dan Solmi berencana untuk pulang tapi tiba-tiba Naveah ingin buang air kecil jadi dia pergi ke toilet.

"Jangan" teriak seorang perempuan saat Naveah akan masuk ke toilet. Naveah kaget melihat Nari yang terduduk lemas di pintu masuk toilet dengan kaki mengalami memar.

"Ada apa ini" bentak Naveah pada perempuan yang tengah memukul Nari. Melihat Naveah ada di sana perempuan yang menggunakan masker berwarna hitam dengan rambut panjang sebahu dan mengenakan hoodie berwarna merah itu lari ketakutan.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Naveah pada Nari yang terlihat ketakutan. Nari menangis dan memeluk Naveah saat perempuan itu mendekati Nari yang tengah terduduk di lantai. Kebetulan saat itu kondisi toilet sedang sepi dan hanya ada mereka berdua.

"Tenang saja, dia sudah pergi" Naveah menenangkan Nari yang masih menangis.

Sepuluh menit Solmi menunggu di luar dan tidak ada tanda-tanda menantunya ke luar. "Kenapa belum juga keluar" gumam Solmi. Takut terjadi apa-apa pada menantunya Solmi masuk ke toilet sembari menenteng kantong belanjaannya.

"Naveah" panggil Solmi. Belum selesai memanggil menantunya lagi Solmi melihat Naveah tengah memeluk perempuan dengan wajah yang tidak asing.

"Kamu tidak apa-apa nak?" tanya Solmi dengan rasa khawatir pada menantunya.

Naveah menganggukkan kepalanya dan tersenyum pada Solmi, Naveah meyakinkan kalau dia baik-baik saja.

"Bibi" Nari memanggil Solmi, perempuan itu tidak menyangka akan bertemu dengan Ibu Lee Kwon.

Ekspresi Solmi saat dipanggil oleh Nari begitu datar, bahkan perempuan itu tidak membalas sapaan Nari. Dalam pikiran perempuan itu hanya Naveah yang ia khawatirkan.

"Ayo kita keluar dari sini" ajak Naveah. Perempuan itu membantu Nari berdiri dan merangkulnya.

Naveah mendudukkan Nari di sebuah bangku kosong yang terdapat di lantai dua. Nari mengenakan masker jadi tidak ada yang mengenali wajah Nari di sana.

"Terima kasih sudah menolong ku" ucap Nari sambil memegangi tangan Naveah.

"Mau aku bantu ke rumah sakit?" Naveah menawarkan bantuan pada Nari.

Nari menggelengkan kepalanya, dia kemudian mengambil ponsel di dalam tas nya. Perempuan itu mencari sebuah kontak di hp nya dan kemudian menelponnya.

"Apa kamu bisa menjemput ku? aku terluka" ucap Nari. Navaeh dan Solmi tidak tahu siapa yang dihubungi oleh Nari tapi Naveah yakin kalau suaminya lah yang dihubungi oleh Nari.

"Ayo kita pergi saja dari sini!" ajak Solmi.

"Sebentar Ibu, aku tidak tenang meninggalkan orang dalam keadaan seperti ini" bisik Naveah pada Solmi. 

Solmi tidak bisa menolak kemauan Naveah, menantunya yang begitu baik itu, dengan terpaksa Solmi menunggu bersama Naveah di sana.

"Bibi bagaimana kabar bibi"tanya Nari pada Solmi. Naveah pura-pura tidak tahu dan tanya balik pada Nari.

"Apa anda mengenal Ibu saya?" tanya Naveah. Sedangkan Solmi terdiam tidak menjawab pertanyaan dari Nari. 

"Kami pernah mengenal di masa lalu" jawab Nari meyakinkan, mendengar pengakuan Nari mertua Naveah bertambah tidak senang.

"Naveah nanti Ibu jelaskan, sekarang ayo kita pergi saja dari sini" ajak Solmi.

"Baik Ibu, sebentar ya" pinta Naveah.

Lima belas menit kemudian datanglah seseorang mendekati mereka dengan raut muka penuh kekhawatiran.

"Nari" Lee Kwon mendekati perempuan itu tanpa menghiraukan Ibu dan istrinya itu.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Lee Kwon sambil memeluk Nari. Naveah tidak bisa berkata-kata melihat suaminya yang begitu khawatir pada Nari sedangkan Solmi rasanya ingin meledakkan amarah pada Lee Kwon.

"Lee Kwon, kamu tidak lihat siapa yang ada di sini?" Solmi memarahi Lee Kwon. Sedangkan Naveah hanya tertuntuk saat itu.

"Maaf Ibu, aku hanya" pria itu tidak dapat melanjutkan perkataannya.

"Hanya apa?" Solmi kesal dengan kelakuan Lee Kwon.

"Ibu sudahlah, sekarang ayo kita pulang sudah ada yang bertanggung jawab di sini" ajak Naveah.

Solmi menarik nafasnya dalam-dalam dan kemudian tersenyum pada menantunya itu.

"Bawalah dia ke rumah sakit, aku akan mengantar Ibu pulang" ucap Naveah sebelum meninggalkan tempat itu.

Naveah membantu membawa kantong belanjaan mertuanya dan bergegas pergi dari sana.

"Naveah maaf kan aku, dan terima kasih" ucap Lee Kwon. Sayangnya Naveah tidak menghiraukan perkataan Lee Kwon, dia pergi begitu saja bersama Ibu mertua nya.

"Ibu tidak apa-apa kan?" tanya Naveah menggengam tangan Ibu mertuanya.

"Bukan Ibu tapi kamu, apa kamu baik-baik saja nak?" tanya balik Solmi pada menantunya.

"Tentu saja" Naveah tersenyum pada Ibu mertuanya.

"Nak Ibu akan menjelaskan semuanya pada mu" ucap Solmi dengan rasa bersalah pada Naveah karena kelakuan Lee Kwon.

"Tidak perlu Ibu, lebih baik kita tidak perlu membahas itu, bukankah kita jalan-jalan untuk bersenang-senang?" Naveah menenangkan Ibu mertuanya.

Bagaimana pun Solmi merasa bersalah pada menantunya itu, bisa-bisa nya anak yang sudah ia besarkan akan bertindak seceroboh itu. "Anak itu benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya" gumam Solmi dalam hati.

"Ibu nanti malam kita makan apa?" tanya Naveah pada Solmi. Seketika lamunan Solmi menghilang dari pikirannya.

"Apa saja asal bersama mu Ibu bahagia Nak" ucap Solmi.

"Perempuan ini benar-benar luar biasa, bisa-bisanya dia setegar ini menghadapi kelakuan putra ku yang kekanak-kanakan dan tidak masuk diakal itu" gumam Solmi dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • I Know It's Not Easy   27. Prediksi yang tidak salah

    "Naveah sudah lama kita tidak berbincang seperti ini" ucap Dongman yang tengah berada di ruang tamu di ruang kerja Naveah. "Benarkah?, mungkin karena Hyung terlalu banyak aktivitas di luar" ucap Naveah sembari meminum teh. "Aku ingat betul kita terakhir berbincang santai saat ulang tahun mu, berarti hampir satu bulan lebih kita tidak bertemu ya" Dongman mengingatkan Naveah. "Apakah ini benar-benar hyung yang aku kenal?, aku tidak menyangka hyung bisa mengingat dengan detail kapan terakhir kali kita bertemu" ucap Naveah heran. "Tidak ada hal yang aku lupakan kalau ada hubungannya dengan diri mu Naveah" ucapan Lee Kwon mengagetkan Naveah. "Sejak kapan orang di depan ku ini belajar menggombali aku seperti ini" gurau Naveah. "Aku tidak tahu, mungkin sejak kita sudah lama tidak bertemu" ucap Dongman santai sembari menatap Naveah yang duduk di depannya. "Haha, dasar!" Naveah tidak kuasa menahan tawa nya. "Habis aku liha

  • I Know It's Not Easy   26. Baru Permulaan dari Rencana Nari

    "Kau pikir aku akan diam saja, aku tidak membiarkan perempuan mana pun bisa menggantikan posisi ku di hati mu sayang" ucap Nari sembari menatap foto nya dengan Lee Kwon di layar hp nya. Sudah satu bulan setengah Nari meninggalkan Korea dan tinggal di Taiwan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Perempuan itu tidak hanya fokus menyelesaikan pekerjaannya tapi juga tengah menyusun rencana untuk bisa memiliki Lee Kwon. "Aku yakin kemunculan berita ini di Korea akan mengangkat nama mu sebagai wartawan" ucap Nari melalui telpon pada teman sekolahnya dulu yang kini berprofesi sebagai seorang wartawan di salah satu stasiun tv ternama di Korea. "Haha, aku tidak percaya dengan siapa aku bicara sekarang, benarkah kamu Nari teman smp ku dulu" ucap Nana disambungan telpon. Nari terlihat memainkan rambut panjangnya dengan senyuman licik mendengar perkataan dari Nana. Perempuan itu tak mempedulikan opini teman lama nya tentang dirinya yang sekarang.

  • I Know It's Not Easy   25. Kecurigaan Nari

    Nari duduk termenung di kursi nya, perempuan itu mulai meneteskan air mata. Memejamkan matanya, dan mengepalkan tangannya di atas meja kerjanya. Dia menatap layar laptop yang ada di depannya, sebuah foto dari pria yang dicintainya."Kau bilang sibuk, lalu apa ini semua!" teriak Nari di ruang kerjanya. Perempuan itu mendapat laporan dari informannya kalau Lee Kwon menemani Naveah di pulau Jeju. Informannya mengirim foto-foto kebersamaan Naveah dan Lee Kwon."Aku tidak percaya kenapa semua laki-laki sama, tidak hanya mantan suami ku tapi kamu juga seperti itu Lee Kwon" Nari terisak menahan rasa sakit di hati nya. Perempuan itu merasa dipermainkan oleh pria yang ia sangka akan mencintainya dengan sepenuh hati.Suara teriakan dan isak tangis Nari tersengar oleh asisten pribadinya. Asisten pribadi nya yang bernama Young Ae terlihat khawatir dan mondar-mandir di depan ruang kerja Nari.Tok-tok, Young Ae memberanikan diri mengetok pintu ruang kerja Nari. Tidak a

  • I Know It's Not Easy   24. Kau tidak Marah?

    "Lee Kwon, kita ke tempat Ibu dan Kakek kapan?" tanya Naveah yang duduk bersender di tempat tidur sembari memainkan ponselnya."Terserah kamu saja" ucap Lee Kwon dengan suara mengantuk."Kalau begitu sekarang saja" ujar Naveah tiba-tiba.Lee Kwon tidak mengiyakan ide Naveah, pria itu malah mengganti posisi tidurnya membelakangi Naveah."Lee Kwon" panggil Naveah yang masih fokus melihat sesuatu di ponselnya.Pria itu tetap tidak menjawab dan melanjutkan tidurnya, "sia-sia aku mengajak orang ini pergi ke sini kalau hanya dihabiskan untuk tidur saja" ujar Naveah menggelengkan kepalanya melihat Lee Kwon masih tertidur.Naveah yang tidak tahu mau melakukan apa di dalam kamar akhirnya malah mengantuk dan kembali tidur di samping Lee Kwon."Perempuan ini, bisa-bisa nya dia tidur tanpa dosa seperti ini" Lee Kwon menatap Naveah yang tertidur dengan pulas di sampingnya.Pria itu membelai kepala Naveah, menyentuh pipi Naveah dan kemudian

  • I Know It's Not Easy   23. Tidur di Kamar yang Sama

    "Apa yang kamu katakan sepertinya ada benar nya, kadang aku juga berpikiran seperti itu untuk menenangkan pikiran ku tapi lagi, pikiran itu akan kembali hinggap di kepala ku di saat-saat tidak terduga, contohnya saat ini. Kenapa aku jadi emosional begini? maaf aku malah curhat dan membuat mu tidak bisa tidur" Naveah mengusap air matanya.Lee Kwon ikut menitihkan air mata mendengar cerita Naveah, pria itu tidak menyangka dibalik ketangguhan yang selalu diperlihatkan oleh Naveah di depan nya, ternyata ada bagian di mana istrinya begitu rapuh dan terluka. Hati Lee Kwon ikut sakit mendengar kehidupan masa lalu Naveah. Pria itu mengusap air mata di pelupuk mata nya tanpa Naveah tahu. Lee Kwon beruntung lampu di kamar sudah dimatikan kalau tidak dia akan malu."Ngomong-ngomong aku baru kali ini melihat mu menangis seperti ini, dan pertama kali juga mendengar kisah hidup mu yang tidak mudah. Lain kali ungkap kan dan ceritakan apa yang kamu alami pada ku. Aku akan setia

  • I Know It's Not Easy   22. Curahan Hati Naveah pada Lee Kwon

    "Dia yang selama ini kamu cari?" tanya pak Park pada Hyungshik sembari menyentuh pundak anak laki-laki nya itu. "Iya ayah" jawab Hyungshik sembari melihat Naveah yang ke luar dari ruangan. "Dia sudah menikah, ayah harap perasaan mu pada nya hanya sekedar rasa terima kasih dan tidak lebih dari itu" nasehat pak Park pada anak nya. "Iya aku tahu" ucap Hyungshik dengan nada tidak bersemangat. "Tenanglah, ayah akan mencarikan perempuan yang tidak kalah menarik dari dia untuk mu" pak Park menyemangati Hyungshik. "Tapi ayah, apakah hubungan dia dengan suaminya baik-baik saja" tanya Hyungshik penasaran. "Ayah tidak tahu pasti, dari informasi yang ayah dapatkan suaminya masih menjalin hubungan dengan mantan pacar nya" ucap pak Park. "Sayang sekali" Hyungshik menggelengkan kepala nya. "Dia anak muda yang luar biasa, ayah sangat suka dengan cara berpikir Naveah itulah kenapa ayah mau bekerjasama dengan TF Group" puji pak Park.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status