Share

11. Kenapa Jadi Marah

"Naveah cepat bangun, kamu tidak dengar hp mu terus berbunyi dari tadi. Suami mu menelpon terus kamu tidak berniat untuk segera mengangkatnya telinga ku sudah tidak kuat mendengar nada dering di ponsel mu yang berbunyi terus dari tadi" ucap Seohyun.

Naveah masih belum membuka matanya, perempuan itu terlihat kelelahan. "Jam berapa sekarang" tanya Naveah dengan mata masih terpejam.

"Jam sebelas" ucap Seohyun. 

Naveah pun seketika terbangun mendengar perkataan dari sahabatnya itu. "Beraninya kamu berbohong" Naveah marah setelah melihat jam dinding di depannya yang masih menunjukkan pukul sepuluh siang.

"Makanya cepat bangun dan angkat telpon dari suami mu itu"ucap Seohyun.

"Ada apa" Naveah mengangkat telpon dari Lee Kwon.

"Kamu baru bangun?, ada dimana sekarang, biar aku jemput" ucap Lee Kwon.

"Telingaku sepertinya salah dengar karena nyawaku belum seratus persen kembali" ucap Naveah.

"Halo, kamu dengar suara ku kan?" tanya Lee Kwon.

"Aku bawa mobil tidak perlu dijemput, aku bisa pulang sendiri kalau mau. Lagi pula ini hari minggu aku mau menikmati waktu libur tanpa ada gangguan" ucap Naveah dengan suara baru bangun tidur.

"Kalau begitu cepatlah mandi, aku bisa meminta tolong sopir untuk menjemput mu kalau kamu kelelahan" Lee Kwon memberi perhatian karena merasa bersalah pada Naveah.

"Sudah aku bilang, aku tidak mau dan tidak perlu, sudah ya aku matikan telponnya sekarang" ucap Naveah, perempuan itu masih malas berbicara dengan Lee Kwon.

"Kenapa nada bicara mu seperti sedang marah?" Lee Kwon sedikit kesal.

"Aku baru bangun dan masih malas berbicara dengan siapa pun, sekarang kenapa jadi kamu marah sama aku" ucap Naveah penuh kekesalan.

Pria itu kemudian mengatur nafasnya dan berbicara baik-baik dengan Naveah.

"Naveah maafkan aku dan terima kasih ya atas apa yang terjadi kemarin" ucap Lee kwon dengan nada serius.

"Aku tidak merasa melakukan apa-apa kemarin, aku matikan telponnya sekarang. Bye" Naveah mematikan telponnya tanpa menunggu persetujuan Lee Kwon.

Sementara di apartemen, Lee Kwon terlihat memikirkan sesuatu setelah obrolannya dengan Naveah berakhir. Pria itu duduk di tempat tidurnya, menaruh hp nya dan memejamkan matanya.

"Apa yang harus aku lakukan" Lee Kwon bingung.

Di ruang makan, Seohyun sudah menunggu Naveah. Perempuan itu membuat salad, omelet, kimchi dan bibimbab. 

"Kenapa tidak sarapan duluan?" tanya Naveah membubarkan lamunan Seohyun yang termenung di depan makanan.

"Pengen, tapi aku sudah lama tidak makan bersama mu jadi aku dengan sabar menunggu" canda Seohyun.

"Kamu masak sendiri?" tanya Naveah, perempuan itu sebenarnya tahu kalau sahabatnya itu pasti masak sendiri.

Seohyun hanya menggelengkan kepala dan tersenyum mendengar pertanyaan Naveah.

"Sudah selesai berbicara dengan suami mu" tanya Seohyun.

"Pria itu, aku sedang malas membahas nya" ucap Naveah tidak bersemangat.

"Ada masalah?" tanya Seohyun ingin tahu.

Naveah menghembuskan nafasnya, menghadapkan wajahnya ke Seohyun yang duduk di depannya.

"Aku bisa bilang, aku bingung sekarang" Naveah membuka suara.

"Perempuan yang dicintai Lee Kwon kembali, dan aku sebenarnya seperti berada di sebuah tempat di mana aku tidak nyaman dengan hal itu" ucap Naveah.

Seohyun mendengarkan cerita sahabatnya dengan seksama, sahabatnya itu tahu bagaimana perasaan Naveah sekarang. Sedangkan Naveah menyendarkan kepalanya ke kursi.

"Naveah, apa yang membuat mu bingung sekarang?, aku yakin sebenarnya kamu sudah tahu apa jawabannya" Seohyun menaruh sumpitnya.

"Ya, kamu memang benar tapi aku merasa masih membutuhkan waktu untuk menghadapi segala ketakutan ku" ujar Naveah.

"Kamu suka sama suami mu?" tanya Seohyun.

"Kamu gila, mana mungkin aku suka dengan dia" ucap Navaeh.

"Lalu kalau begitu?" tanya Seohyun kembali.

"Aku sayang dengan Ibu mertua dan kakek, rasanya belum siap saja untuk berpisah dengan mereka" Naveah berkata dengan terbata-bata dan air mata yang mulai turun ke pipi.

Melihat sahabatnya menangis, Seohyun pindah dari tempat duduknya dan duduk di sebelah kanan kursi Naveah.

"Tidak apa menangislah" Seohyun mengambilkan tisu untuk Naveah.

"Naveah kita sudah bersahabat sudah beratahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai saudara ku sendiri. Aku tidak ingin melihat mu rapuh seperti ini. Kamu perempuan mandiri, baik dan aku yakin Ibu mertua dan kakek mu akan sependapat dengan ku. Ingatlah Naveah bahkan Ibu Mertua mu kalau melihat mu menangis seperti sekarang pasti akan sedih. Dia pasti lebih senang melihat mu hidup bahagia dan tenang. Pernikahan mu sudah berjalan dua tahun, dan selama itu juga kalian berdua hidup dengan kehidupan masing-masing, bukan selayaknya pasangan. Memang aku akui kamu dan Lee Kwon pintar sekali dalam menjaga hubungan tapi apa yang sekarang terjadi itu sudah berbeda dari sebelumnya" ucap Seohyun.

"Aku percaya kamu tahu maksud perkataan ku, aku hanya tidak ingin kamu hidup dengan membawa beban. Pikirkan baik-baik saat Lee Kwon bertemu kembali dengan kekasihnya pernah kah dia memikirkan Kakek dan Ibu nya. Kalau tidak untuk apa kamu melakukan bahkan yang tidak dilakukan oleh Lee Kwon. Pikirkan diri mu, kamu masih muda kita boleh berbuat baik tapi jangan melebihi batas kemampuan kita" Seohyun memeluk sahabatnya itu.

"Aku lega sekarang, terima kasih sudah memahami perasaan ku. Aku akan melakukan yang memang bisa aku lakukan, aku tidak ingin membawa kehidupan ku dengan banyak beban yang tidak mungkin bisa aku tanggung sendiri. Mungkin memang ini sudah waktunya, kamu benar aku dan Lee Kwon memang tidak saling mencintai. Kami hanya mempunyai hubungan yang baik itu saja. Datangnya perempuan itu sebenarnya sudah membukakan jalan atas semua kebingungan ku" ucap Naveah.

Setelah bertemu dengan sahabatnya Naveah menjadi lebih tenang, malam itu dia pulang ke apartemennya. Tanpa ia sadari Lee Kwon sudah menunggu perempuan itu di depan pintu apartemennya.

"Kamu di sini" sapa Naveah pada Lee Kwon. Mereka tidak berbicara dan diam dengan pikiran masing-masing.

"Ayo masuk, pasti ada yang ingin kamu bicarakan kan?" tebak Naveah, perempuan itu sudah siap dengan segala sesuatu yang akan terjadi. 

Lee Kwon duduk di ruang tamu, sedangkan Naveah naik ke kamarnya untuk berganti pakaian. Lee Kwon tampak menunggu kedatangan Naveah dengan wajah yang cemas dan khawatir.

"Lee Kwon mau aku ambilkan minum?" tanya Naveah dengan ramah. 

"Tidak, aku tidak ingin minum apapun"pria itu menggelangkan kepalanya.

"Bicaralah, apa yang ingin kamu bicarakan"ucap Naveah.

"Aku merasa aku sudah banyak salah pada mu dan hubungan kita yang seperti ini hanya akan menyakiti mu. Aku sudah memikirkannya baik-baik, bagaimana kalau kita sudahi saja pernikahan kita ini" ucap Lee Kwon.

Hal yang ditunggu-tunggu oleh Naveah akhirnya terjadi dan dia merasa lega sekarang.

"Baiklah, mari kita berpisah saja" Naveah tersenyum pada Lee Kwon dan menyalami suaminya itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status