"Naveah cepat bangun, kamu tidak dengar hp mu terus berbunyi dari tadi. Suami mu menelpon terus kamu tidak berniat untuk segera mengangkatnya telinga ku sudah tidak kuat mendengar nada dering di ponsel mu yang berbunyi terus dari tadi" ucap Seohyun.
Naveah masih belum membuka matanya, perempuan itu terlihat kelelahan. "Jam berapa sekarang" tanya Naveah dengan mata masih terpejam.
"Jam sebelas" ucap Seohyun.
Naveah pun seketika terbangun mendengar perkataan dari sahabatnya itu. "Beraninya kamu berbohong" Naveah marah setelah melihat jam dinding di depannya yang masih menunjukkan pukul sepuluh siang.
"Makanya cepat bangun dan angkat telpon dari suami mu itu"ucap Seohyun.
"Ada apa" Naveah mengangkat telpon dari Lee Kwon.
"Kamu baru bangun?, ada dimana sekarang, biar aku jemput" ucap Lee Kwon.
"Telingaku sepertinya salah dengar karena nyawaku belum seratus persen kembali" ucap Naveah.
"Halo, kamu dengar suara ku kan?" tanya Lee Kwon.
"Aku bawa mobil tidak perlu dijemput, aku bisa pulang sendiri kalau mau. Lagi pula ini hari minggu aku mau menikmati waktu libur tanpa ada gangguan" ucap Naveah dengan suara baru bangun tidur.
"Kalau begitu cepatlah mandi, aku bisa meminta tolong sopir untuk menjemput mu kalau kamu kelelahan" Lee Kwon memberi perhatian karena merasa bersalah pada Naveah.
"Sudah aku bilang, aku tidak mau dan tidak perlu, sudah ya aku matikan telponnya sekarang" ucap Naveah, perempuan itu masih malas berbicara dengan Lee Kwon.
"Kenapa nada bicara mu seperti sedang marah?" Lee Kwon sedikit kesal.
"Aku baru bangun dan masih malas berbicara dengan siapa pun, sekarang kenapa jadi kamu marah sama aku" ucap Naveah penuh kekesalan.
Pria itu kemudian mengatur nafasnya dan berbicara baik-baik dengan Naveah.
"Naveah maafkan aku dan terima kasih ya atas apa yang terjadi kemarin" ucap Lee kwon dengan nada serius.
"Aku tidak merasa melakukan apa-apa kemarin, aku matikan telponnya sekarang. Bye" Naveah mematikan telponnya tanpa menunggu persetujuan Lee Kwon.
Sementara di apartemen, Lee Kwon terlihat memikirkan sesuatu setelah obrolannya dengan Naveah berakhir. Pria itu duduk di tempat tidurnya, menaruh hp nya dan memejamkan matanya.
"Apa yang harus aku lakukan" Lee Kwon bingung.
Di ruang makan, Seohyun sudah menunggu Naveah. Perempuan itu membuat salad, omelet, kimchi dan bibimbab.
"Kenapa tidak sarapan duluan?" tanya Naveah membubarkan lamunan Seohyun yang termenung di depan makanan.
"Pengen, tapi aku sudah lama tidak makan bersama mu jadi aku dengan sabar menunggu" canda Seohyun.
"Kamu masak sendiri?" tanya Naveah, perempuan itu sebenarnya tahu kalau sahabatnya itu pasti masak sendiri.
Seohyun hanya menggelengkan kepala dan tersenyum mendengar pertanyaan Naveah.
"Sudah selesai berbicara dengan suami mu" tanya Seohyun.
"Pria itu, aku sedang malas membahas nya" ucap Naveah tidak bersemangat.
"Ada masalah?" tanya Seohyun ingin tahu.
Naveah menghembuskan nafasnya, menghadapkan wajahnya ke Seohyun yang duduk di depannya.
"Aku bisa bilang, aku bingung sekarang" Naveah membuka suara.
"Perempuan yang dicintai Lee Kwon kembali, dan aku sebenarnya seperti berada di sebuah tempat di mana aku tidak nyaman dengan hal itu" ucap Naveah.
Seohyun mendengarkan cerita sahabatnya dengan seksama, sahabatnya itu tahu bagaimana perasaan Naveah sekarang. Sedangkan Naveah menyendarkan kepalanya ke kursi.
"Naveah, apa yang membuat mu bingung sekarang?, aku yakin sebenarnya kamu sudah tahu apa jawabannya" Seohyun menaruh sumpitnya.
"Ya, kamu memang benar tapi aku merasa masih membutuhkan waktu untuk menghadapi segala ketakutan ku" ujar Naveah.
"Kamu suka sama suami mu?" tanya Seohyun.
"Kamu gila, mana mungkin aku suka dengan dia" ucap Navaeh.
"Lalu kalau begitu?" tanya Seohyun kembali.
"Aku sayang dengan Ibu mertua dan kakek, rasanya belum siap saja untuk berpisah dengan mereka" Naveah berkata dengan terbata-bata dan air mata yang mulai turun ke pipi.
Melihat sahabatnya menangis, Seohyun pindah dari tempat duduknya dan duduk di sebelah kanan kursi Naveah.
"Tidak apa menangislah" Seohyun mengambilkan tisu untuk Naveah.
"Naveah kita sudah bersahabat sudah beratahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai saudara ku sendiri. Aku tidak ingin melihat mu rapuh seperti ini. Kamu perempuan mandiri, baik dan aku yakin Ibu mertua dan kakek mu akan sependapat dengan ku. Ingatlah Naveah bahkan Ibu Mertua mu kalau melihat mu menangis seperti sekarang pasti akan sedih. Dia pasti lebih senang melihat mu hidup bahagia dan tenang. Pernikahan mu sudah berjalan dua tahun, dan selama itu juga kalian berdua hidup dengan kehidupan masing-masing, bukan selayaknya pasangan. Memang aku akui kamu dan Lee Kwon pintar sekali dalam menjaga hubungan tapi apa yang sekarang terjadi itu sudah berbeda dari sebelumnya" ucap Seohyun.
"Aku percaya kamu tahu maksud perkataan ku, aku hanya tidak ingin kamu hidup dengan membawa beban. Pikirkan baik-baik saat Lee Kwon bertemu kembali dengan kekasihnya pernah kah dia memikirkan Kakek dan Ibu nya. Kalau tidak untuk apa kamu melakukan bahkan yang tidak dilakukan oleh Lee Kwon. Pikirkan diri mu, kamu masih muda kita boleh berbuat baik tapi jangan melebihi batas kemampuan kita" Seohyun memeluk sahabatnya itu.
"Aku lega sekarang, terima kasih sudah memahami perasaan ku. Aku akan melakukan yang memang bisa aku lakukan, aku tidak ingin membawa kehidupan ku dengan banyak beban yang tidak mungkin bisa aku tanggung sendiri. Mungkin memang ini sudah waktunya, kamu benar aku dan Lee Kwon memang tidak saling mencintai. Kami hanya mempunyai hubungan yang baik itu saja. Datangnya perempuan itu sebenarnya sudah membukakan jalan atas semua kebingungan ku" ucap Naveah.
Setelah bertemu dengan sahabatnya Naveah menjadi lebih tenang, malam itu dia pulang ke apartemennya. Tanpa ia sadari Lee Kwon sudah menunggu perempuan itu di depan pintu apartemennya.
"Kamu di sini" sapa Naveah pada Lee Kwon. Mereka tidak berbicara dan diam dengan pikiran masing-masing.
"Ayo masuk, pasti ada yang ingin kamu bicarakan kan?" tebak Naveah, perempuan itu sudah siap dengan segala sesuatu yang akan terjadi.
Lee Kwon duduk di ruang tamu, sedangkan Naveah naik ke kamarnya untuk berganti pakaian. Lee Kwon tampak menunggu kedatangan Naveah dengan wajah yang cemas dan khawatir.
"Lee Kwon mau aku ambilkan minum?" tanya Naveah dengan ramah.
"Tidak, aku tidak ingin minum apapun"pria itu menggelangkan kepalanya.
"Bicaralah, apa yang ingin kamu bicarakan"ucap Naveah.
"Aku merasa aku sudah banyak salah pada mu dan hubungan kita yang seperti ini hanya akan menyakiti mu. Aku sudah memikirkannya baik-baik, bagaimana kalau kita sudahi saja pernikahan kita ini" ucap Lee Kwon.
Hal yang ditunggu-tunggu oleh Naveah akhirnya terjadi dan dia merasa lega sekarang.
"Baiklah, mari kita berpisah saja" Naveah tersenyum pada Lee Kwon dan menyalami suaminya itu.
"Naveah sudah lama kita tidak berbincang seperti ini" ucap Dongman yang tengah berada di ruang tamu di ruang kerja Naveah. "Benarkah?, mungkin karena Hyung terlalu banyak aktivitas di luar" ucap Naveah sembari meminum teh. "Aku ingat betul kita terakhir berbincang santai saat ulang tahun mu, berarti hampir satu bulan lebih kita tidak bertemu ya" Dongman mengingatkan Naveah. "Apakah ini benar-benar hyung yang aku kenal?, aku tidak menyangka hyung bisa mengingat dengan detail kapan terakhir kali kita bertemu" ucap Naveah heran. "Tidak ada hal yang aku lupakan kalau ada hubungannya dengan diri mu Naveah" ucapan Lee Kwon mengagetkan Naveah. "Sejak kapan orang di depan ku ini belajar menggombali aku seperti ini" gurau Naveah. "Aku tidak tahu, mungkin sejak kita sudah lama tidak bertemu" ucap Dongman santai sembari menatap Naveah yang duduk di depannya. "Haha, dasar!" Naveah tidak kuasa menahan tawa nya. "Habis aku liha
"Kau pikir aku akan diam saja, aku tidak membiarkan perempuan mana pun bisa menggantikan posisi ku di hati mu sayang" ucap Nari sembari menatap foto nya dengan Lee Kwon di layar hp nya. Sudah satu bulan setengah Nari meninggalkan Korea dan tinggal di Taiwan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Perempuan itu tidak hanya fokus menyelesaikan pekerjaannya tapi juga tengah menyusun rencana untuk bisa memiliki Lee Kwon. "Aku yakin kemunculan berita ini di Korea akan mengangkat nama mu sebagai wartawan" ucap Nari melalui telpon pada teman sekolahnya dulu yang kini berprofesi sebagai seorang wartawan di salah satu stasiun tv ternama di Korea. "Haha, aku tidak percaya dengan siapa aku bicara sekarang, benarkah kamu Nari teman smp ku dulu" ucap Nana disambungan telpon. Nari terlihat memainkan rambut panjangnya dengan senyuman licik mendengar perkataan dari Nana. Perempuan itu tak mempedulikan opini teman lama nya tentang dirinya yang sekarang.
Nari duduk termenung di kursi nya, perempuan itu mulai meneteskan air mata. Memejamkan matanya, dan mengepalkan tangannya di atas meja kerjanya. Dia menatap layar laptop yang ada di depannya, sebuah foto dari pria yang dicintainya."Kau bilang sibuk, lalu apa ini semua!" teriak Nari di ruang kerjanya. Perempuan itu mendapat laporan dari informannya kalau Lee Kwon menemani Naveah di pulau Jeju. Informannya mengirim foto-foto kebersamaan Naveah dan Lee Kwon."Aku tidak percaya kenapa semua laki-laki sama, tidak hanya mantan suami ku tapi kamu juga seperti itu Lee Kwon" Nari terisak menahan rasa sakit di hati nya. Perempuan itu merasa dipermainkan oleh pria yang ia sangka akan mencintainya dengan sepenuh hati.Suara teriakan dan isak tangis Nari tersengar oleh asisten pribadinya. Asisten pribadi nya yang bernama Young Ae terlihat khawatir dan mondar-mandir di depan ruang kerja Nari.Tok-tok, Young Ae memberanikan diri mengetok pintu ruang kerja Nari. Tidak a
"Lee Kwon, kita ke tempat Ibu dan Kakek kapan?" tanya Naveah yang duduk bersender di tempat tidur sembari memainkan ponselnya."Terserah kamu saja" ucap Lee Kwon dengan suara mengantuk."Kalau begitu sekarang saja" ujar Naveah tiba-tiba.Lee Kwon tidak mengiyakan ide Naveah, pria itu malah mengganti posisi tidurnya membelakangi Naveah."Lee Kwon" panggil Naveah yang masih fokus melihat sesuatu di ponselnya.Pria itu tetap tidak menjawab dan melanjutkan tidurnya, "sia-sia aku mengajak orang ini pergi ke sini kalau hanya dihabiskan untuk tidur saja" ujar Naveah menggelengkan kepalanya melihat Lee Kwon masih tertidur.Naveah yang tidak tahu mau melakukan apa di dalam kamar akhirnya malah mengantuk dan kembali tidur di samping Lee Kwon."Perempuan ini, bisa-bisa nya dia tidur tanpa dosa seperti ini" Lee Kwon menatap Naveah yang tertidur dengan pulas di sampingnya.Pria itu membelai kepala Naveah, menyentuh pipi Naveah dan kemudian
"Apa yang kamu katakan sepertinya ada benar nya, kadang aku juga berpikiran seperti itu untuk menenangkan pikiran ku tapi lagi, pikiran itu akan kembali hinggap di kepala ku di saat-saat tidak terduga, contohnya saat ini. Kenapa aku jadi emosional begini? maaf aku malah curhat dan membuat mu tidak bisa tidur" Naveah mengusap air matanya.Lee Kwon ikut menitihkan air mata mendengar cerita Naveah, pria itu tidak menyangka dibalik ketangguhan yang selalu diperlihatkan oleh Naveah di depan nya, ternyata ada bagian di mana istrinya begitu rapuh dan terluka. Hati Lee Kwon ikut sakit mendengar kehidupan masa lalu Naveah. Pria itu mengusap air mata di pelupuk mata nya tanpa Naveah tahu. Lee Kwon beruntung lampu di kamar sudah dimatikan kalau tidak dia akan malu."Ngomong-ngomong aku baru kali ini melihat mu menangis seperti ini, dan pertama kali juga mendengar kisah hidup mu yang tidak mudah. Lain kali ungkap kan dan ceritakan apa yang kamu alami pada ku. Aku akan setia
"Dia yang selama ini kamu cari?" tanya pak Park pada Hyungshik sembari menyentuh pundak anak laki-laki nya itu. "Iya ayah" jawab Hyungshik sembari melihat Naveah yang ke luar dari ruangan. "Dia sudah menikah, ayah harap perasaan mu pada nya hanya sekedar rasa terima kasih dan tidak lebih dari itu" nasehat pak Park pada anak nya. "Iya aku tahu" ucap Hyungshik dengan nada tidak bersemangat. "Tenanglah, ayah akan mencarikan perempuan yang tidak kalah menarik dari dia untuk mu" pak Park menyemangati Hyungshik. "Tapi ayah, apakah hubungan dia dengan suaminya baik-baik saja" tanya Hyungshik penasaran. "Ayah tidak tahu pasti, dari informasi yang ayah dapatkan suaminya masih menjalin hubungan dengan mantan pacar nya" ucap pak Park. "Sayang sekali" Hyungshik menggelengkan kepala nya. "Dia anak muda yang luar biasa, ayah sangat suka dengan cara berpikir Naveah itulah kenapa ayah mau bekerjasama dengan TF Group" puji pak Park.
"Kau yakin tidak ingin aku temani?" tanya Lee Kwon yang masih duduk di kursi di kamar Naveah."Tidak perlu, aku tidak akan lama di sana karena aku sendiri sedang tidak enak badan" jawab Naveah sembari berdandan di meja rias."Baiklah, aku akan ikuti kemauan mu" pria itu bangkit dari kursinya dan mendekat ke meja rias Naveah."Hei, apa yang kamu lakukan!" teriak Naveah kaget melihat Lee Kwon yang menyandarkan kepalanya di pundak Naveah."Kau lihat perempuan yang ada di cermin itu?, aku tidak suka pada nya karena terlihat cantik hari ini. Aku tidak senang dia tidak mengajak aku pergi bersama nya. Aku tidak suka memikirkan saat dia datang ke pesta nanti mata para pria terpesona melihat kecantikannya. Aku harus bagaimana?" Pipi Lee Kwon dan Naveah bersentuhan, gambar mereka berdua terlihat di cermin."Jujur saja melihat mu seperti ini, aku semakin yakin kalau dulu hidup mu pasti tidak jauh-jauh dari perempuan, sayangnya aku tidak seperti mereka" Naveah
"Atas nama Korean air beserta kru yang bertugas, kami mengucapkan terima kasih kepada para penumpang yang telah ikut serta dalam penerbangan kali ini. Kami harap anda menikmati perjalanan ini dan sampai jumpa kembali di penerbangan kami selanjutnya" pengumuman yang terdengar di dalam pesawat yang dinaiki oleh Naveah dan Lee Kwon. Naveah dan Lee Kwon menaiki pesawat Korean Air KAL 1231 dari bandar udara Incheon menuju bandar udara internasional Jeju. Pesawat mereka mendarat di bandar udara internasional Jeju sekitar jam 13.50 waktu setempat. Waktu tempuh penerbangan dari Incheon ke Jeju sekitar satu jam sepuluh menit. "Akhirnya sampai juga di Jeju" ucap Naveah sambil menguap. Perempuan itu telah berada di dalam mobil bersama Lee Kwon. Mereka berdua dijemput oleh sopir dari keluarga Lee Kwon menuju ke Grand Hyatt Hotel. "Tutupi mulut mu saat menguap" omel Lee Kwon sambil melihat layar di ponselnya. "Kau ini suka sekali merusak suasana hati k
Naveah dan Solmi tengah berbincang di ruang tamu yang ada di ruang kerja Naveah. Solmi belum lama sampai di perusahaan, dia berencana untuk makan siang dengan menantunya dan sudah menyiapkan makanan kesukaan Naveah. Meskipun akhirnya tahu kalau menantunya sudah makan siang di luar Solmi tidak merasa bersedih hati karena memang dia ke perusahaan tanpa memberi tahu menantunya."Ibu dengar Lee Kwon dan kamu sudah setuju untuk menjalankan kemauan kakek" ucap Solmi sambil mengupas apel untuk Naveah."Siapa yang bilang, Lee Kwon? laki-laki itu memang" ucap Naveah kaget mendengar mertuanya tahu soal rencana mereka berdua akan tinggal bersama."Tentu saja, masak Ibu tahu dari kakek mu" Solmi tersenyum pada Naveah."Rencana nya memang seperti itu bu, tapi aku tidak tahu karena kami berdua belum mendiskusikan lagi masalah ini" ucap Naveah tidak bersemangat."Apa lagi yang perlu didiskusikan?" tanya Solmi pada Naveah."Naveah hanya belum siap, banyak h