Share

BAB 3

Author: Evie Yuzuma
last update Last Updated: 2025-01-04 15:16:54

“Apa se-enggak ada kerjaan itu, sampe elo harus ngajak ngobrol kakak ipar sendiri di jalanan?” Suara ketus itu membuat Arumi dan Kevandra menoleh. Jordhy sudah berdiri di ambang pintu sambil menyampirkan handuk ke bahu.

“Sorry, gue lupa, Mas! Elo penganten baru! Gi-l4, baru semalam akad, sudah bucin akut!” kekeh Kevandra sambil tertawa. Senyumnya terlihat manis dengan netra yang menyipit. Dia membetulkan ikatan rambut sebahunya dan lekas berjalan meninggalkan Arumi yang masih mematung.

“Elo, ngapain bengong disitu! Ayo masuk!” ketus Kevandra sambil kembali masuk ke dalam kamar. Arumi membuang napas kasar. Lalu, dia pun melangkah dan masuk.

Aroma maskulin menguar. Warna kamar dominan formal dan tak ada sentuhan artistik sama sekali. Barang-barang yang diletakkan tampak rapi dan terkesan kaku. Tak ada hiasan apapun pada dinding, hanya satu jam digital yang terpajang pada tembok kamar.

Arumi menjatuhkan bokongnya pada sofa panjang yang ada di sudut ruangan. Sofa tersebut berada di dekat kaca besar yang menjadi pembatas kamar dengan balkon. Tirai warna silver menjadi penghalang agar kaca itu tak tembus pandang.

Dia duduk tepekur sambil menyangga dagunya, ditatapnya ponsel seharaga dua jutaan yang mendadak dibelinya sebelum dilaksanakannya pernikahan. Sekilas terlintas rasa keberatan dari sang mama ketika dia menyatakan ingin berpura-pura jelek untuk mencari lelaki yang benar-benar tulus padanya.

*****

“Tak kesahlah macam ini, Rum?”

“Aku hanya ingin mencari calon suami yang benar-benar tulus, Mi!”

“Memangnya harus macam ni?”

“Umi lihat sendiri ‘kan? Dari sekian banyak calon yang umi kenalin? Rata-rata mundur?”

“Umi juga jangan lupa, karena kecantikkanku ini, lelaki itu hampir saja merusak masa depanku, Mi! Di dunia ini, mungkin tak ada yang benar-benar tulus, entahlah!”

*****

“Ini kartu debit sama kartu kredit buat elo. Tiap bulan nanti gue kirim nafkah ke kartu debit elo. Bisa ‘kan elo pakenya?” Suara Jordhy membuat pikiran Arumi yang tengah berkelana, kembali pada raganya. Diliriknya kartu debit dan kartu kredit yang diletakkan oleh Jordhy. Jordhy terlihat gagah dan seksi dengan kaos slim fit yang membungkus badannya yang ateltis dan proporsional.

“Ck, dia pikir aku katrok banget apa, ya?” gerutu Arumi dalam batinnya. Namun, tak urung dia ambil dua kartu yang diletakkan Jordhy di depannya itu.

“Bisa kok, Mas. Makasih, Mas.” Arumi bicara dengan nada lembut.

“Oh, ya! Gue mau pergi dulu! Ada urusan! Elo boleh tidur di Kasur gue! Ingat, selama jadi istri gue, elo harus terus pakai cadar selama 24 jam, paham?” tanyanya sambil berjalan menjauh kembali. Dia meraih kunci mobil dan tampak merapikan rambutnya sekilas pada cermin besar. Lalu disemprotkannya parfum mahal dan aromanya langsung menguar.

“Mas mau pergi ke mana? Bukankah kita baru saja sampe?”

Wajah Jordhy tampak ditekuk. Dia melirik sekilas ke arah Arumi. Jordhy tak suka kalau perempuan itu mulai merepotkannya.

“Oh iya, satu lagi! Elo memang istri gue, tetapi elo juga gak mesti tahu segala aktivitas gue! Gue juga gak bakal batasin aktivitas elo! Jadi, kita impas!” tutur Jordhy.

Sepasang netra Arumi menyipit. Baru hari kedua, sudah semakin terasa tembok pembatas yang Jordhy ciptakan di antara mereka. Rasanya seperti omong kosong kalau katanya meminta waktu untuk bisa jatuh cinta dan berkenalan dulu selama enam bulan. Arumi berjalan dan mendekat ke arah Jordhy.

“Oh, jadi aku pun bebas melakukan aktivitasku, Mas? Jadi, aku sudah boleh mulai kerja, Mas?” tanya Arumi pada Jordhy yang bersiap hendak keluar kamar. Seketika langkah kaki lelaki itu terhenti. Dia menoleh dan menatap Arumi dengan tatapan entah.

“Kalo elo mau kerja? Terserah elo. Mau kerja, mau kumpul sama teman-teman elo, mau arisan, mau belanja! Gue gak akan ngatur elo. Cuma, gue minta sebaliknya … elo pun jangan ikut campur urusan gue! Selama masa penjajakkan ini, kita masih saling membebaskan! Paham?”

Arumi menelan saliva.

“Ya Tuhaaan … lelaki macam apa sebetulnya yang jadi suamiku ini?”

“Paham?” Suara Jordhy kembali terdengar karena melihat Arumi cuma diam.

“Ya, paham, Mas.” Arumi mengangguk saja sambil membuang napas kasar.

Jordhy pun tersenyum menang dan lekas melangkah keluar kamar.

“Sepertinya gak terlalu sulit ngatur dia, anaknya penurut! Masalahku sekarang cuma satu, Papa.”

Seperginya Jordhy, Arumi memutuskan untuk membersihkan diri. Dia berjalan melewati lemari besar dan hendak menata pakaiannya yang ada dalam paper bag ke dalam lemari. Baju-baju lainnya nanti dia akan ambil saja sepulang kerja. Arumi baru hendak melepas cadar yang membuatnya merasa terhambat bergerak itu. Hanya saja, sudut netranya menangkap sosoknya pada cermin besar yang terlihat menawan. Sepasang netra bening itu menatap lekat pantulan dirinya di depan cermin dengan tampilan yang terasa asing. Gamis, kerudung dan cadar lebar menutup wajahnya.

“Kenapa aku malah terlihat ekslusif dengan pakaian seperti ini, ya? Ah, sayangnya aku belum siap,” batin Arumi sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin.

Tiba-tiba dia merasa malu sekali dengan penampilannya beberapa tahun lalu, jangankan menutup aurat menyeluruh seperti sekarang, jilbab yang hanya menutup kepala saja dia tak pakai. Bahkan, dulu pakaiannya cenderung seksi. Apalagi tubuh proporsional, kaki jenjang dan kulit putih mulusnya, rasanya rugi kalau tak dia pamerkan. Rasanya ketinggalan zaman ketika memakai pakaian yang serba tertutup seperti sekarang. Namun, melihat penampilannya sekarang, tiba-tiba satu titik dalam hatinya merasa tersentuh walau belum seutuhnya.

“Semoga aku bisa belajar agar benar-benar mencintai penampilan ini.” Arumi tersenyum sambil menatap sepasang netra Indah dengan bulu mata lentik yang tengah menatapnya pada cermin. Lalu, dia pun lekas membersihkan diri dan mengguyur tubuhnya dengan air yang menyejukkan. Usai mandi, dia lekas berganti pakaian.

Arumi baru hendak merebahkan diri pada tempat tidur untuk beristirahat siang ketika suara dering ponsel membuat fokusnya teralihkan. Dia menoleh benda pipih itu dan meraihnya segera.

“Siang Bu, maaf mengganggu. Ini ada klien baru yang memaksa bertemu langsung dengan Ibu. Mereka katanya mau mendesain pakaian pengantin untuk enam bulan ke depan!”

“Kamu handel saja, Ver! Aku sedang ada urusan!”

“Hmmm, tetapi mereka memaksa, Bu! Jika tak bertemu langsung, apa boleh bicara by phone saja katanya, Bu?”

Arumi terdiam sejenak. Namun, akhirnya dia mengizinkan juga sang asisten untuk memberikan ponsel itu pada klien barunya.

“Selamat Siang Bu Sabia! Saya Jordhy, apa bisa saya bertemu langsung dengan Ibu untuk konsultasi gaun pengantin?”

Deg!

“Suara itu? Kenapa mirip sekali dengan suara Mas Jordhy suamiku? Namanya juga sama. Lalu, apa itu tadi? Desain gaun pengantin? Untuk siapa? Bukankah kami baru saja menikah?” batin Arumi sambil menahan napas karena rasa terkejutnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 63C - END

    “Ya Allah, Mas! Kenapa jadi kamu yang ribet kayak gini, sih? Lahirannya juga masih lama!” kekeh Arumi.Jordhy menoleh dan mendekat ke arah sang istri. Sebelum berbicara, satu kecupan dia daratkan pada kening Arumi. Tak peduli Bi Muti memalingkan muka karena malu.“Apapun akan kulakukan demi kebaikan anak kita. Anggap saja ini adalah penebusan kesalahan!” kekehnya sambil membelai rambut Arumi. Jika di dalam rumah, Arumi kerap mengenakan pakaian santai. Toh, Pak Kamin memang di larang berkeliaran di dalam.“Baiklah, terserah kamu, Mas! Ini buat kamu!” tutur Arumi sambil menyerahkan segelas cappuccino hangat untuk sang suami. “Ayo! Temani Mas minum!” bisik Jordhy sambil menarik lengan Arumi dan mengajaknya meninggalkan kamar bayi mereka.Sebelum menginjak bulan ke Sembilan, mereka berdua melaksanakan agenda baby moon yang sudah dirancang. Puncak Bogor yang Jordhy pilih dari sekian banyak destinasi wisata yang Rasya sodorkan. Udara sejuk dan pemandangan pegunungan yang indah menjadi daya

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 62B

    “Lisa,” jawab Jordhy singkat.Wajah Arumi menunjukkan sedikit keterkejutan, tetapi ia segera tersenyum tenang. “Bagaimana keadaannya sekarang?”Jordhy menceritakan secara singkat keadaan Lisa yang kini telah jatuh dalam keterpurukan. Arumi mendengarkan dengan seksama, tanpa sedikit pun menunjukkan rasa cemburu atau marah. Sebaliknya, ia justru menepuk bahu suaminya dengan lembut.“Mas, kalau kamu merasa perlu membantunya, lakukan saja. Kadang, Tuhan memberi kita kesempatan untuk membantu orang lain agar kita bisa belajar dari masa lalu,” kata Arumi bijaksana.Jordhy menoleh dan menatap tak percaya pada apa yang Arumi katakana padanya, “Kamu serius berpikiran demikian, Dek?” Arumi tersenyum dan menyandarkan kepalanya di bahu Jordhy. “Semua orang pernah berbuat kesalahan, jika kesempatan kedua itu tak pernah ada, maka hari ini kita pun tak akan pernah bersama, Mas.”Jordhy termenung. Benar yang dikatakan Arumi. Namun, sisi logikanya masih bertahan. Tak semudah itu juga memberikan penga

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 62A

    Beberapa menit kemudian, ia tiba di sebuah pasar kecil. Di sana, matanya langsung tertuju pada gerobak kecil dengan tulisan “Rujak Serut Spesial” yang ditempatkan di samping sebuah pohon besar. Tanpa ragu, Jordhy berjalan cepat menuju gerobak tersebut dan menanyakan pesanan rujak serutnya. Saat menunggu penjual menyelesaikan pesanan, pandangannya tiba-tiba tertumbuk pada sosok perempuan yang berdiri tak jauh darinya. Perempuan itu pun tampak memandangi Jordhy dengan mata yang tampak kosong dan lelah, namun di balik itu, ada sorot yang berkaca-kaca, seolah menyimpan begitu banyak perasaan yang tak terucapkan.Jordhy memandang perempuan itu dengan kening berkerut. Butuh beberapa detik untuk mengenali siapa sosok tersebut. Wajah yang dulu selalu ia lihat dalam kesibukan kantor dan momen-momen pribadi mereka kini tampak berbeda—lelah, penuh bekas luka kehidupan. Lisa, mantan sekretaris sekaligus mantan kekasihnya, berdiri di sana dengan tubuh yang tampak kurus dan kusut dan perut yang te

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 61B

    Arumi tersipu, tapi dengan lembut ia menerima uluran tangan suaminya. “Baiklah karena dipaksa.”Mereka berdansa pelan diiringi musik lembut yang mengalun dari speaker di sudut ruangan. Jordhy memeluk Arumi dengan lembut, mendekapnya penuh cinta sambil berbisik, “Terima kasih sudah ada di hidupku. Kamu tahu, aku mungkin bukan suami yang sempurna, tapi aku berjanji akan selalu berusaha menjadi yang terbaik buat kamu dan anak kita nanti.”Arumi menyandarkan kepalanya di bahu Jordhy, merasakan kedamaian dan cinta yang tak terbendung. “Aku nggak butuh yang sempurna, Mas. Kamu, dengan segala kekurangan dan kelebihan, sudah lebih dari cukup.”Mereka terus berdansa dalam keheningan penuh makna, saling menguatkan tanpa banyak kata.Setelah makan malam, mereka memutuskan mampir ke sebuah mal yang masih buka untuk membeli beberapa keperluan bayi. Meski sudah larut, Jordhy masih tampak bersemangat memeriksa satu per satu barang yang ada di toko bayi. Arumi, yang sesekali duduk di kursi yang terse

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 61A

    “Malam ini bersiap, ya! Mas mau ajak kamu pergi! Cuma siang ini, Mas harus udah kerja, Rasya takut keburu botak kepalanya!” tutur Jordhy sambil meneguk susu hangat miliknya. Tentunya bukan susu untuk ibu hamil seperti yang Arumi sangka. “Mau ajak ke mana? Aku masih capek, tau!” keluh Arumi. “Ada, deh … rahasia!” balas Jordhy sambil mengambil potongan roti bakar miliknya lalu disuap dengan lahap. Pagi itu mereka berpisah dengan senyum yang tersemat pada bibir masing-masing. Ada rasa hangat yang menjalar dari dekapan singkat dan kecupan Jordhy pada kening Arumi sebelum pergi ke kantor. “Jangan lupa, malam nanti dandan yang cantik!” bisik Jordhy sambil melepaskan rangkulan dari pinggang Arumi. “Kan aku pake cadar, cantik juga gak kelihatan!” elak Arumi.Jordhy terkekeh sambil menggaruk tengkuk, “Hmmm … kalau mau dibuka, boleh, sih!” “Dih, enggak, ah! Dulu ‘kan kamu yang minta,” tutur Arumi menyangkal. “Iya deh, iya, Nyonya! Pamit, ya!” Jordhy mengecup sekali lagi kening Arumi, lal

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 60B

    Sepasang netra Arumi membeliak ketika melihat hiasan kamar bak kamar pengantin baru. Semerbak dengan taburan mawar dan ronce melati segar.“Mas?” Arumi menoleh ke arah Jordhy dan menatapnya. Namun bukan jawaban, melainkan tiba-tiba saja Jordhy membopong tubuhnya dan membaringkannya di atas king size bed bertabur mawar.“Malam ini, milik kita,” bisiknya sekali lagi. Lalu pinti dikuncinya dan lampu yang terang berubah temaram. Arumi hanya bisa pasrah ketika Jordhy mengajaknya berpetualang. ***Pagi menyambut dengan sapuan sinar surya yang lembut. Arumi baru saja bangun dan mengerjap ketika sinar matahari pagi menyelinap lewat tirai. Setelah shalat shubuh tadi, Arumi merasakan lelah yang luar biasa dan memilih untuk tidur lagi. Ditatapnya tempat tidur yang kosong di sampingnya, Jordhy sudah tak ada di tempat.Arumi mengerjap, mencoba mengingat-ingat. Baru saja kemarin dia landing di bandara dan menginjakkan kembali kakinya di Indonesia. Lalu bayangan manis malam tadi dan kalimat cinta y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status