Share

Meeting dan Belanja

Penulis: Nathalie
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-02 18:31:11

"Kita harus berangkat sekarang pak, sudah lebih dari jam 10."

Wisnu enggan berdiri, ia masih menopang dagunya termangu sementara Lydia membereskan berkas-berkas.

"Biarin mereka menunggu Lyd, saya mau tes mereka apa bisa mereka bersabar."

Lydia menghela nafas, lagi-lagi bosnya bertingkah. "Baik pak!"

"Lydia, Minggu depan ulang tahun Sella habis meeting kamu temenin saya cari kado yaa?!" pinta Wisnu memainkan ponsel miliknya.

"Baik pak, ehm … kita berangkat sekarang ya pak? Menurut pak Adit mereka juga ada meeting sama klien lain setelah kita," Lydia memberitahukan informasi yang didapat dari Barata Grup dengan hati-hati.

"Hhm," tanpa banyak bicara Wisnu menurut dan akhirnya mengikuti langkah Lydia.

----------------

Meeting berjalan cukup lancar meski Wisnu juga kembali membuat Lydia kerepotan dengan permintaannya yang aneh bin ajaib tapi sejauh ini semua bisa diatasi Lydia.

Jam menunjukkan pukul 2 siang, Wisnu mengajak Lydia makan siang di sebuah restoran di sebuah mall ternama. Meski sedikit tidak nyaman berdua dengan Wisnu, sebagai asisten pribadi Lydia tetap harus profesional.

"Lyd, bisa bantu pilihin baju buat Sella juga nggak?"

Pertanyaan Wisnu membuat Lydia tersedak, Wisnu menuangkan air mineral untuk Lydia.

"Kamu kenapa? Makan yang pelan, kayak nggak pernah saya ajak makan aja sih!"

"Maaf pak, lagian bapak saya lagi makan pake diajak ngobrol!" keluh Lydia, tapi sebenarnya Lydia terkejut dengan permintaan Wisnu.

Memilih kado saja belum dilakukan masih ditambah dengan memilih baju. Itu artinya akan semakin lama waktunya bersama Wisnu hari ini, berdua saja.

Jujur dalam hati Lydia pesona Wisnu seringkali menggoda jiwa wanitanya yang kesepian. Di umurnya saat ini Lydia sama sekali belum pernah berpacaran bukan karena dia menutup diri tapi karena dirinya sibuk mencari uang untuk biaya hidupnya.

Wisnu pria mapan berusia 36 tahun, tampan berkulit sawo matang, penampilan metrosexual yang ditunjang dengan tinggi 178 cm dan tubuh atletis. Terlalu sempurna untuk seorang Direktur lebih cocok sebagai model ketimbang pengusaha muda.

Ia menikah dengan Sella yang terpaut 2 tahun lebih muda dari Wisnu. Tapi sayang pernikahan mereka hanya untuk kepentingan bisnis semata. Kedua orang tua mereka sepakat menyatukan dua perusahaan dengan pernikahan Wisnu dan Sella.

Awalnya Wisnu tidak setuju karena dia tidak ingin mengikat kebebasan dirinya pada institusi yang disebut pernikahan, tapi mamanya meminta Wisnu untuk mengikuti kemauan sang bos besar. Dengan berat hati Wisnu pun menurut, menikahi Sella meski tanpa cinta.

"Hei kamu malah bengong, udah cepetan makannya! Kita mau cari perhiasan dulu!" Wisnu membuyarkan lamunan Lydia.

Dengan tergagap Lydia pun menghabiskan makanan di depannya tanpa sisa. Dalam pikirannya hanya satu, berbelanja dengan bos artinya harus siap tenaga ekstra untuk membawa lusinan kantong belanjaan.

Siap-siap dah jadi kuli panggul! Awas aja kalo bayaran saya dipotong ! Saya getok kepala anda juga nih pak bos!

Satu jam sudah Wisnu dan Lydia menghabiskan waktu mencari perhiasan yang cocok untuk hadiah ulang tahun Sella. Beberapa toko perhiasan dikunjungi tapi tidak ada yang membuat Wisnu tertarik.

Entah mengapa hati Wisnu sama sekali tidak tergerak melihat perhiasan yang ditawarkan padanya dengan harga fantastis. Lydia mulai kesal, kakinya terasa mati rasa mengikuti langkah Wisnu yang seolah tidak pernah kehabisan energi.

"Pak, emang mau cari perhiasan yang seperti apa sih? Dari tadi kita keluar masuk toko masa iya nggak ada yang menarik sih pak!" keluh Lydia.

"Cck, entahlah nggak ada yang menarik!" jawab Wisnu dengan santainya.

Tiba-tiba Wisnu menghentikan langkah kakinya, ia menatap Lydia sejenak.

"Kita cari di toko yang ada di luar mall ini, saya perlu perhiasan yang unik!"

"Ehm, emang bapak tahu dimana tokonya?" 

Wisnu berpikir sejenak dan mengernyit, "Ehm, nggak!"

Ia menjawab dengan pasti dan melenggang begitu saja meninggalkan Lydia yang geregetan. Gemas dan tentu saja kesal dengan ulah bosnya yang sangat menjengkelkan.

"Sabar Lydia … sabar, tarik nafas yang dalam hembuskan!" Lydia berusaha menenangkan dirinya tapi itu hanya bertahan sesaat.

"Dasar bos gila! Nggak tahu apa kakiku udah mau putus rasanya!" umpatnya kemudian.

Mau tidak mau Lydia mengikuti Wisnu keluar dari mall dan mengelilingi kota mencari toko perhiasan melalui bantuan g****e maps.

"Ini ada toko perhiasan di sekitar sini pak, tapi sayangnya disini area pedestrian so kita harus turun dan berjalan kaki," Lydia memberitahu Wisnu informasi yang ia dapat dari ponsel pintar miliknya.

"Oke, kita berhenti disini pak Broto dan tunggu kami kembali!"

Tanpa banyak bicara pak Broto menghentikan mobil mewah keluaran terbaru dari salah satu pabrikan ternama dunia milik Wisnu.

"Turun, kita masih banyak tujuan lain!" perintah Wisnu dengan angkuhnya.

Ya … ya, as you wish Sir! 

Wisnu berjalan dengan santai menyusuri kawasan pedestrian, cuaca yang lumayan terik membuatnya kegerahan. Jas yang dikenakannya pun terpaksa dilepas. Lydia dengan sigap mengambil jas Wisnu dan membawakannya. Lydia benar-benar asisten yang cekatan.

"Dimana tokonya Lyd?"

"Ehm, sekitar 500 meter lagi pak!"

Mereka berjalan tanpa banyak mengobrol, hanya sesekali Wisnu berhenti dan menanyakan sesuatu pada Lydia. Ini kali pertama ia menyusuri pedestrian, jadi banyak hal yang begitu menarik perhatian Wisnu.

 Mulai dari jajanan pinggir jalan yang unik sampai toko-toko souvenir antik yang menjual pelbagai pernak pernik kerajinan tangan. Wisnu sangat menikmati pengalaman barunya.

Wisnu sepertinya sengaja memperlambat waktu, ia merasa sangat nyaman dan terhibur dengan suasana pedestrian. Sementara Lydia yang semula kesal dengan tingkah Wisnu perlahan mulai tenang. Ia mengikuti ritme Wisnu yang melunak.

Terkadang senyum dan tawa Wisnu menghiasi wajah tampannya yang eksotik. Sesekali Lydia pun bersenda gurau dengan atasannya itu. Jika dilihat mereka bukan seperti bos dan anak buahnya tapi lebih seperti sepasang kekasih yang sedang menghabiskan waktu.

Sepasang kekasih?

Yah, mereka terlihat seperti sepasang kekasih. Wisnu terkadang mencuri pandang, menatap wajah cantik Lydia yang tertutup kacamata. Lydia tidak menyadarinya tapi ada rasa aneh yang bergelenyar hangat dalam hati. 

Sepasang mata dalam gelap memperhatikan keduanya. Ada selarik senyum yang menghiasi bibir si pengintai. Sebuah mantra keluar dari bibir tipis yang terpoles lipstik merah menyala.

Sun moto ajiku ....

Sun jalakake jagat wetan

....

....

Godong kayu kanthil lulut

Teko kedep teko welas teko asih,

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Kutukan Sang Presdir   Kenyataan Pahit

    Frans mengambil kamera kecil tersembunyi lalu mengarahkan pada meja Shella.Mila datang dengan secangkir kopi dan cemilan kesukaan Frans, Apple strudel."Thanks sayang," Mata Mila menangkap kamera kecil milik Frans, "Frans?" Ia meminta dari penjelasan Frans."Sorry, didepan sana ada target penyelidikan. Kau lihat pasangan di dekat jendela sana? Itu Shella menantu tuan besar Dhanuaji." "No, kau bercanda kan? Mana mungkin, bukankah Shella itu sudah bersuami? Wisnu kan, terus siapa laki-laki bule disana?" Mila menajamkan mata untuk melihat dengan jelas pria di samping Shella."Eehm, tunggu! Aku kayaknya kenal deh sama dia?" Mila mengubah posisi duduknya."Ohya, dimana?"Mila berusaha mengingat, "Kalo nggak salah dia itu …," Mila tercekat matanya membulat sempurna tak percaya membuat Frans gemas. "Apa? Siapa dia?"Mila hanya terkekeh, ia merasa geli sendiri. "Kau tidak akan percaya kalau aku bilang siapa dia,"Frans bingung, "Coba aja, siap

  • Istri Kutukan Sang Presdir   Kasus yang Penuh Kejutan

    Tidak ada kasus yang tidak bisa dipecahkan Frans. Tingkat ketelitian tinggi dan totalitas tanpa batas dalam setiap pengerjaan kasus membuat Frans berada di jajaran penyelidik swasta level atas. Frans selalu menjaga privasi para kliennya dan ia belum pernah gagal dalam menjalankan misinya. Tapi kali ini memang sedikit berbeda, kasus yang diberikan tuan besar Dhanuaji menyangkut dunia ghaib. Dunia yang tidak dia paham. Frans merasa perlu bantuan dari penyelidik lain, Adi. Tak lama menunggu, seorang lelaki muda dengan dandanan metropolis menyapa Frans. Senyum manisnya terkembang dari wajah tampan hasil blasteran Inggris Indonesia."Hhhm, ini sedikit aneh!" Kening Adi berkerut saat selesai membaca informasi dalam map coklat."Kau tahu sesuatu?" Frans bertanya, ia penasaran dengan tanggapan Adi.Adi menatap Frans sejenak, secangkir coffe latte disajikan pelayan Mila dengan sepiring crouffle keju yang menggoda selera. "Silakan mas," ujar pelayan itu dengan senyu

  • Istri Kutukan Sang Presdir   Frans dan Tugas Baru

    "Frans sudah datang tuan!" Manda, sekretaris tuan besar Dhanuaji memberitahukan kedatangan lelaki tegap berjaket kulit hitam yang menunggu tenang di luar ruangan."Hhm, suruh dia masuk!" Tuan besar Dhanuaji menjawab dengan mata yang tak lepas dari map coklat diatas meja.Frans masuk keruangan dan memberi salam kepada tuan besar Dhanuaji. Ia duduk dan menyerahkan sebuah minidisc padanya."Apa ini?""Ini hasil pengintaian kami selama satu minggu terakhir tuan!"Tuan besar Dhanuaji mengetuk ngetuk jarinya ke meja ia gamang antara ingin melihat isinya atau tidak. "Apa sudah bisa dipastikan?"Frans menjawab dengan mantap, "Ya tuan! Kecurigaan tuan sudah bisa dipastikan kebenarannya!"Tuan besar Dhanuaji menghela nafas dengan berat. Kebimbangan di hatinya terasa semakin menekan dada. "Hmm, baiklah,"Tuan besar Dhanuaji memberikan kode pada Manda. Tak berapa lama sebuah video berdurasi satu jam lebih diputar. Tuan besar Dhanuaji menatap nanar setiap tay

  • Istri Kutukan Sang Presdir   Ciuman Pertama

    Wisnu masih asik meneliti laporan yang diserahkan Lydia, tapi ia tidak tuli. Telinganya menangkap jelas suara laknat dari mulut Lydia. Wisnu semakin tidak bisa mengendalikan dirinya. Pikirannya kacau seketika. Ia merindukan sentuhan wanita untuk melepaskan ketegangan yang tanpa permisi datang saat bersentuhan dengan Lydia.Nyeri kepala melanda Wisnu, ia gamang antara ingin menuntaskan hasratnya atau menjaga image sebagai bos di depan Lydia. Pesona sang sekertaris yang kini duduk di sofa itu membiusnya. Wisnu melirik ke arah Lydia yang menggigit bibir bawahnya, terasa sensual di mata Wisnu.Ya Tuhan, kenapa kamu berpose begitu Lydia!Wisnu menahan debaran di dada yang semakin menyesakkan. Sulit baginya untuk berkonsentrasi memeriksa lembaran-lembaran kertas di depannya. Nafasnya terasa berburu dengan waktu, seperti pelari maraton yang hendak memasuki garis finish.Yah, menahan gejolak hasrat yang tanpa permisi datang memang sangat merepotkan. Membuat nyeri kepala

  • Istri Kutukan Sang Presdir   Rasa yang Menggoda

    "Ada apa ini rame-rame? Pembagian sembako?" Suara Wisnu terdengar dengan nada sedikit tinggi membuat para staf tak terkecuali Lydia terkejut. "Eh, pak Wisnu! Ini tadi kak Lydia sedikit … ehm, masuk angin!" Budi yang panik mencolek Lusi untuk membantunya. Lusi dengan tergagap segera merespon."Ah, iya pak masuk angin! Kak Lydia agak nggak enak badan! Iya kan kak?" Lusi kembali mengerjapkan matanya memohon pada Lydia untuk membantu mereka.Wisnu selalu bisa tunduk pada kata-kata Lydia, jadi keduanya meminta Lydia ikut menjawab."Ehm, iya pak mereka mau nolongin saya tadi buat … ehm, ngecilin AC!" sambung Lydia sedikit ragu karena memberikan alasan yang agak tidak masuk akal.Wisnu mengernyit dan menatap stafnya bergantian, ia ingin mengeluarkan kalimat panjang dari mulutnya tapi kemudian matanya tertuju pada berkas yang masih berserakan di lantai. Ia berjongkok dan mengambil salah satu kertas terdekat, membacanya sejenak lalu,"Lh

  • Istri Kutukan Sang Presdir   Lydia Resah

    Lutut Lydia lemas, pertanyaan tuan besar bak petir yang menyambarnya. Bayangan pemecatan dengan tidak hormat tiba-tiba saja terbayang di pelupuk mata. Dalam pikirannya pasti tuan besar Dhanuaji sudah berpikir macam-macam tentang dirinya dan Wisnu.Duh Gusti mimpi apa aku semalam!Lydia merutuki nasib sial yang menimpanya kini. Cincin itu benar-benar membawanya dalam situasi rumit yang tak berujung."Aku tidak mungkin salah mengenali cincin ini,""Tuan besar tahu tentang cincin ini?"Tuan besar Dhanuaji tersenyum getir dan menurunkan tangan Lydia. Ia tidak menjawab dan masuk ke dalam lift, meninggalkan Lydia yang bingung dan dipenuhi rasa penasaran. *********Tuan besar Dhanuaji duduk dengan gelisah di seat mobilnya, kelebatan bayangan masa lalu menghantuinya lagi. "Marisa, bukankah urusan kita sudah selesai?" Wajah tuanya nampak muram membayangkan Marisa wanita pemilik toko souvenir."Apa yang harus a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status